Operasi Pasar Telur Ayam Produksi telur ayam Indonesia mengalami surplus, namun harganya tiba-tiba naik tinggi di atas harga yang wajar. Harga telur yang ditolerir sesuai dengan harga acuan telur ayam ras yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 22 ribu/kg, namun harga di pasaran mencapai Rp 30 ribu/kg. Operasi pasar telur pun digerakkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Kementerian Pertanian (Kementan) mengadakan Operasi Pasar (OP) dengan telur murah seharga Rp 19.500 per kilogramnya. OP akan terus dilakukan sampai harga telur stabil kembali berkisar antara Rp 20 ribu – Rp 23 ribu/kg. OP akan berhenti setelah harga telur stabil agar peternak terlindungi dari jatuhnya harga jual telur produksinya.
Pada hari pertama OP, didistribusikan telur sebanyak 100 ton ke 43 pasar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Pasokannya berasal dari seluruh provinsi yang ada di Pulau Jawa. OP telur itu membuktikan bahwa sesungguhnya produksi telur memang ada alias surplus. Data dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, produksi telur bulan Januari – Mei 2018 sebanyak 733.421 ton, kebutuhan telurnya sebanyak 722.508 ton. Ada surplus produksi telur dari Januari hingga Mei 2018 sebanyak 10.913 ton. Pada bulan Juni, mencapai 153.450 ton, masih melebihi kebutuhan yang berada pada kisaran 151 ribu ton. Sehingga berdasarkan kondisi pada bulan Januari hingga Juni tahun ini, total surplus telur sebanyak 13.197 ton.
Melonjaknya harga telur saat ini kemungkinan besar adalah masalah distribusi atau mungkin juga karena biaya produksinya yang naik, karena rupiah menurun dibanding dolar, sementara komponen produksi telur banyak yang masih diimpor. Data harga telur di berbagai wilayah Indonesia memang beragam. Di tingkat produsen harga telur di Jawa Barat berkisar Rp 22 ribu – 23 ribu/kg dan di tingkat konsumen harganya berkisar Rp 25 ribu -27 ribu/kg. Di Banten, harga telur di tingkat produsen Rp 23 ribu/kg, di tingkat konsumen Rp 28 ribu/kg. Di Jawa Tengah, harga telur di tingkat produsen Rp 18 ribu -18,5 ribu/kg, di tingkat konsumen Rp 26 ribu – Rp 26.250/kg. Di Jawa Timur, harga telur ayam di tingkat produsen Rp 19 ribu, di tingkat konsumen harganya Rp 22 ribu/kg.
Perbedaan harga telur yang terjadi di beberapa wilayah itu menunjukkan bahwa memang ada masalah distribusi. Pemerintah memang harus merespon secara cepat kondisi ini dengan melakukan OP dari wilayah yang harganya rendah ke wilayah yang harganya masih tinggi. Dari harga telur di berbagai wilayah tersebut juga terlihat bahwa selisih harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen masih tinggi, bahkan ada yang sampai Rp 8.250/kg. Kondisi ini juga harus ditangani pemerintah, agar margin keuntungan yang diperoleh pedagang bisa dibagi kepada petani produsennya.
Tentang kemungkinan harga telur naik karena biaya produksi yang naik, juga sangat mungkin. Dalam struktur biaya agribisnis ayam petelur masih dominan oleh bahan baku berasal dari impor. Pada saat rupiah melemah atas dolar, maka secara otomatis biaya produksi telur ayam akan naik. Oleh karena itu, pemerintah juga harus berupaya agar bahan-bahan produksi telur ayam semaksimal mungkin dari dalam negeri.n