Harga ayam hidup (live bird) di sejumlah daerah beberapa waktu lalu merosot drastis. Kondisi tersebut membuat peternak ayam berduka. Pemerintah pun meluncurkan beberapa startegi menjaga stabilitas harga komoditas yang merupakan bahan kebutuhan pokok tersebut.
Setidaknya ada sepuluh strategi yang pemerintah buat. Dari sepuluh strategi itu, yang ditujukan untuk kalangan integrator mendapat porsi paling banyak. Strategi pertama, menghimbau integrator memaksimalkan kapasitas pemotongan di RPHU (Rumah Potong Hewan Unggas) dan kapasitas cold storage. “Untuk itu pelaku usaha agar memastikan kondisi kapasitas tampung cold storage,” kata Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita.
Kedua, pemerintah meminta kepada pihak integrator untuk tidak menjual ayam hidup ke pasar tradisional. Jika hal ini dilaksanakan dengan baik, maka harga di peternak (farm gate) dapat segera kembali normal. Apalagi pasar untuk komoditas unggas di Indonesia saat ini didominasi fresh commodity, sehingga produknya mudah rusak. “Saya berharap hasil usaha peternak tidak lagi dijual sebagai ayam segar melainkan ayam beku, ayam olahan, ataupun inovasi produk lainnya,” katanya.
Strategi ketiga, Dirjen PKH menginstruksikan penundaanpenundaan setting telur ayam tetas atau Hatching Egg (HE) selama 1-2 minggu untuk se mua perusahaan pembibitan Parent Stock. Keempat, menghimbau pelaku usaha pembibitan meningkatkan kuali tas DOC (day old chicken) atau anak ayam umur sehari dengan menerapkan sertifikat SNI (Standar Nasional Indonesia).
Kelima, pemerintah menghimbau pelaku usaha agar tahuntahun berikutnya dapat mengukur jumlah chick-in ayam, khususnya pada Januari. “Ini agar tidak terjadi kejadian yang sama seperti tahun ini guna menjaga keseimbangan pro duksi dan permintaan,” katanya.
