Tampilkan di aplikasi

Nasib petani cengkeh layu karena impor

Tabloid Sinar Tani - Edisi 3826
9 Desember 2019

Tabloid Sinar Tani - Edisi 3826

Petani Cengkeh

Sinar Tani
Indonesia sebenarnya merupakan penghasil cengkeh nomor satu di dunia, dengan produksi setiap tahunnya sekitar 100 ribu ton hingga 120 ribu ton. Tetapi sayangnya harganya cukup murah, bahkan pernah menembus Rp 2 ribu/kg. Harga mulai membaik sejak tahun 2002-2015.

Bahkan dapat menembus hingga Rp 120 ribu/kg. Tetapi sejak dibuka keran impor, harga cengkeh dalam negeri turun drastis, yakni mencapai Rp 60 ribu/kg. “Harga pokok produksi cengkeh itu sekitar Rp 75 ribu/ kg dan harga jualnya Rp 60 ribu/ kg.

Tentu saja petani merugi dengan harga jual segitu,” kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI), I Ketut Budhyman Mudara. Dengan dibukanya keran impor, menurut Budhyman, petani cengkeh di Indonesia tidak memiliki nilai tawar yang tinggi. Apalagi rantai tata niaga cengkeh cukup panjang dari petani hingga pedagang besar.

Cengkeh petani dibeli pengumpul kecil, lalu ke pengumpul yang ada di kecamatan. Dari pengumpul di kecamatan dibeli pengumpul kabupaten, kemudian pengumpul provinsi. Baru dari pengumpul provinsi, dibeli pedagang besar. “Seperti itu tata niaga cengkeh untuk dapat masuk ke industri. Cukup panjang,” ungkap Budhyman.

Bagi petani saat ini yang penting adalah produk mereka laku terjual. Meski di bawah harga pokok produksi, petani tidak peduli. Karena itu, petani cengkeh mendesak pemerintah untuk menutup keran impor cengkeh karena berimbas ke produksi cengkeh. “Saya takutkan nanti petani enggan memelihara cengkeh, yang mengakibatkan pro duksinya menurun,” tegasnya.
Tabloid Sinar Tani di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI