Menyiasati La Nina di Bisnis Perunggasan
Pembangunan bisnis perunggasan di Indonesia termasuk yang paling cepat berhasil. Produksi telur dan daging ayam sudah memenuhi kebutuhan nasional. Perkembangan perunggasan, skala besar maupun skala rakyat memberikan kontribusi besar bagi penyerapan tenaga kerja dan PDB. Masalahnya juga tidak kurang, mulai penyakit, bencana dan ketimpangan harga input-output yang menjadi cerita berkepanjangan.
La Nina menyebabkan perubahan suhu, kelembaban, kualitas air tanah yang berpengaruh langsung terhadap kesehatan dan produktivitas unggas. Kejadian alam yang berpengaruh dalam skala besar tersebut mengakibatkan kerusakan kandang, kualitas air minum, pakan dan imunitas unggas. Jangan dilupakan juga hambatan transportasi dan distribusi produk, pakan dan sarana produksi lainnya.
Nah, bagaimana mengurangi dan menanggulangi dampak bencana kekeringan dan kebanjiran untuk unggas? Dua terbitan terakhir Tabloid Sinar Tani mengupas tentang La Nina, sejauh mana mitigasi, antisipasi dan adaptasi telah dilakukan dalam menyongsong tamu yang tidak diharapkan tetapi memaksa datang ini. Sebelumnya juga telah dibahas tuntas upaya pengembangan asuransi yang didapuk menjadi salah satu solusi untuk mengatasi bencana alam ini. Tabloid Sinar Tani kali ini mengupas dampak La Nina terhadap usaha perunggasan.
La Nina tak mungkin dicegah tetapi bisa diprediksi, diantisipasi. Mitigasi yang dilakukan oleh berbagai pihak terkait tidak lepas dari peran pemerintah. Fasilitasi sarana dan pendidikan bagi para peternak oleh penyuluh pertanian merupakan peran penting pemerintah. Produsen dan peternak melakukan proses produksi dan mengaplikasikan teknologi, tapi pemerintah menjamin agar semua input yang diperlukan tersedia dengan kualitas terjaga dan proses bisnis dari hulu ke hilir berlangsung lancar dan berkeadilan.
Usaha unggas rakyat adalah usaha skala kecil. Bahkan masih banyak usaha tradisional yang merupakan kegiatan keluarga dengan kandang terbuka. Lokasinya, sarananya, kebutuhan inputnya menyatu dengan tempat tinggal manusianya. Kondisinya rawan bagi kesehatan.
Perjalanan usaha perunggasan skala kecil tidak lepas dari gejolak yang meresahkan peternak kecil. Harga DOC, harga pakan, obat-obatan dan produk telur maupun daging ayam ditentukan oleh pasar yang jauh dari jangkauan peternak menyebabkan mereka tidak mempunyai posisi tawar yang baik.
Jadi perunggasan rakyat tidak hanya rentan terhadap serangan penyakit unggas dan alam yang tidak bersahabat, tetapi terutama karena posisi mereka di dalam pasar dan bisnis yang lemah karena berada di antara dua kekuatan bisnis besar di hulu maupun di hilir.
Tabloid Sinar Tani edisi kali ini juga mengangkat masalah pakan dan input lain yang selalu menjadi issue hangat. Pergerakan harga DOC, pakan, obat-obatan dan telur atau daging ayam menunjukkan bahwa pendapatan peternak sebenarnya tidak besar, bahkan pada saat permintaan tinggi.
Apalagi kalau tenaga kerja keluarga dan asset keluarga diperhitungkan. Jadi semua ini merupakan penegasan kembali bahwa pembangunan sarana, penyediaan input dan kelancaran arus bisnis dari hulu sampai hilir pada bisnis perunggasan sangat diperlukan, dan peran penyuluhan diperluas dan diperbesar untuk memperkuat industri perunggasan nasional.