Pernyataan ”pembangunan pertanian tanpa penyuluhan pertanian sama saja dengan bohong”, kelihatannya cukup menarik untuk dibahas lebih lanjut. Sebagai pendidikan non formal, penyuluhan pertanian memiliki cita-cita mulia guna mewujudkan kehidupan petani yang sejahtera.
Diawali dengan terciptanya perubahan sikap, lalu tindakan dan wawasan, penyuluhan pertanian akan menghantarkan petani beserta keluarganya menuju perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Tugas dan tanggung jawab penyuluh pertanian, memang seperti itu.
Sayangnya, nilai-nilai filsafati dalam paradigma penyuluhan pertanian sebagaimana yang digambarkan diatas, tampaknya tidak dipahami secara utuh oleh kita bersama. Masalahnya, tentu akan semakin menjelimet tatkala mereka yang diberi amanah sebagai penentu kebijakan di bidang penyuluhan pertanianpun, banyak yang tidak faham terhadap semangat filsafati diatas.
Di sisi lain, kita juga memahami, petani adalah bagian dari warga bangsa yang sering dijuluki sebagai pahlawan pangan. Sekali pun petani tidak pernah memperoleh tanda jasa dari negara, namun keheroikan petani dalam membangun bangsa, tidak perlu diragukan lagi.
Sekali pun tanpa imbalan, petani tetap ikhlas memberi makan orang-orang perkotaan, yang setiap hari membutuhkan nasi untuk kebutuhan konsumsi kesehariannya. Kerelaan petani menjalankan kiprah yang demikian, tentunya patut ditiru.
