Sudah Waktunya Fokus ke Benih
Sahabat Tabloid Sinar Tani yang Budiman.
Membaca kemajuan pertanian di daerah yang serba ekstrim seperti di gurun, minim air, air asin, temperatur panas atau dingin, mengingatkan kita pada kemajuan pengembangan kualitas benih. Penelitiannya pasti tidak sekedar penelitian konvensional tapi sudah pada taraf berwawasan jauh ke depan. Itulah wawasan untuk menghadapi tantangan kebutuhan pangan masa depan dalam kondisi dunia yang terancam perubahan iklim.
Tengoklah pusat perbenihan canggih berwawasan masa depan di kawasan Eropa, Amerika dan Cina. Cina sangat maju dalam perbenihan padi dan hortikultura. Eropa adalah kawasan yang tidak berkemampuan menghasilkan tanaman kakao, sawit dan kurma, tetapi memegang kunci perbenihan dan menguasai industri pengolahan kelas dunia. Hulu dan hilir mereka kuasai.
Teknologi benih yang menghasilkan varietas padi unggul PB 5 dan PB 8 yang membawa negeri kita berswasembada beras tahun 80-an sangat membanggakan, tetapi teknologi itu sudah menjadi masa lalu. Kita menghadapi tantangan yang berbeda dan tantangan itu sangat keras.
Fokus utama dalam konsep perbenihan meliputi beberapa aspek, yaitu produksi, pengolahan benih, penyimpanan benih, analisis mutu benih, penanganan benih, distribusi, dan pemasaran benih. Teknologi bisa kita kuasai dan terus ditingkatkan. Itu masalah teknis. Permasalahan nonteknis seperti kondisi lingkungan masyarakat, informasi dan kebijakan perbenihan merupakan masalah tersendiri yang perlu mendapat perhatian yang serius.
Pemahaman tentang benih, informasi tentang teknologi benih dan sosialisasi tentang tata cara perijinan pemasukan dan pengeluaran benih dari dan ke luar negeri, dan sosialisasi pentingnya sertifikasi mutu benih harus menjadi bagian yang semakin penting.
Tanaman transgenik, yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari jenis tanaman yang berbeda bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya agar tanaman tahan suhu tinggi, suhu rendah, musim kemarau, tahan terhadap serangga pengganggu tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami. Sebagian besar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dilakukan untuk mengatasi kebutuhan makanan penduduk dunia yang semakin meningkat, solusi bagi permasalahan kekurangan protein dan gizi manusia sehingga penciptaan tanaman transgenik menjadi bagian dari pemuliaan tanaman.
Hadirnya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi antara harapan dan kehati-hatian. Harapan untuk memecahkan masalah pangan masa depan, tetapi kuatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu keseimbangan lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia. Akhirnya kita harus mengambil sikap yang sangat hati-hati. Kajian yang komprehensif diperlukan secara lebih seksama. Tapi seharusnya ke sana penelitian tentang benih harus diarahkan.
Tanaman transgenik pertama yang berhasil diproduksi dan dipasarkan adalah jagung dan kedelai. Pada tahun 2004 saja, lebih dari 80 juta hektar tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia merupakan kedelai transgenik. Apakah ini solusi untuk masa depan? Kitalah yang menentukan.
Redaksi mengucapkan Selamat Membaca!