Melirik Kembali Lahan Rawa
Sahabat Sinar Tani yang Budiman
Kisah sukses membangunkan lahan rawa kembali ingin diulang Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman. Potensi lahan rawa memang ibarat raksasa yang tengah tertidur. Catatan Pusat Data Daerah Rawa dan Pasang Surut, Indonesia memiliki potensi lahan rawa 33,4 juta hektar (ha) yang terdiri dari lahan pasang surut 20,1 juta ha dan rawa lebak 13,3 juta ha. Dari jumlah tersebut, diperkirakan seluas 9,3 juta ha sesuai untuk pengembangan kawasan budidaya pertanian.
Dengan potensi lahan rawa yang ada dan indeks pertanaman baru satu kali setahun, maka potensi penambahan produksi padi sangat besar dengan menambah tanam menjadi dua kali setahun (IP 200). Hitungannya, jika ada lahan rawa seluas 500 ribu ha yang selama ini hanya satu kali tanam, kemudian dinaikkan menjadi dua kali tanam, berarti akan ada luas tanam sebanyak 1 juta ha.
Kemudian jika produktivitas dinaikkan dari yang selama ini 4-5 ton/ha menjadi 6 ton/ha saja, maka akan ada tambahan 1 juta ton gabah atau sekitar 600 ribu ton beras. Di atas kertas hitung tersebut sangat mungkin untuk dicapai. Sayangnya potensi yang sangat besar tersebut belum tergarap maksimal.
Terlihat dari kontribusi produksi padi di lahan rawa lebak yang hanya 1-1,5% dari total produksi nasional. Penyebabnya, produktivitas tanaman padi di lahan tersebut masih di bawah 4 ton/ha. Secara alami, lahan rawa memiliki tingkat kesulitan budidaya lebih tinggi dibandingkan lahan pertanian non rawa.
Apalagi pengetahuan petani juga masih minim dalam budidaya padi di lahan rawa. Hal itu membuat Indeks Pertanaman (IP) di lahan rawa juga masih rendah. Jika kita melihat apa yang terjadi di lapangan memang tidak mudah menggarap lahan rawa. Menurut Peneliti Center of Excellence Peatland Conservation Productivity Improvement Universitas Sriwijaya, Prof Dr Ir H Rujito Agus Suwignyo, perlu strategi khusus untuk mengelola lahan rawa. Apalagi agar petani bisa tanam sampai tiga kali (IP 300).
Banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang harus pemerintah kerjakan. Diantaranya, bagaimana dukung infrastruktur irigasinya, ketersediaan benih khusus untuk lahan rawa, dan bagaimana kesiapan petaninya. Petani juga menjadi faktor kunci sukses pengembangan lahan rawa. Pasalnya, budaya petani yang berasal dari Jawa dengan petani di luar Jawa sangatlah berbeda.
Bagi Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, pengembangan lahan rawa merupakan komitmennya untuk mempercepat kebutuhan masa tanam dalam waktu dekat ini. Pengembangan lahan rawa ini dikelola melalui optimasi lahan yang diharapkan dapat meningkatkan indeks pertanaman dan produktivitas.
Untuk optimasi lahan rawa, Mentan Amran menegaskan akan fokus pada perbaikan infrastruktur air dan lahan. Dengan penataan sistem tata air dan lahan, diharapkan lahan rawa bisa menjadi lahan pertanian produktif. Tata kelola air dan perbaikan infrastruktur irigasi menjadi hal yang krusial dalam pengelolaan lahan rawa.
PR yang tak mudah bisa langsung bisa terselesaikan. Perlu ada kerjasama semua pihak, khususnya pemerintah daerah. Jangan lupa dukungan penyuluh pertanian sebagai penyambung lidah pemerintah dengan petani juga sangat penting.