Perseteruan antara taksi resmi dengan transportasi berbasis aplikasi daring seru terjadi. Hasil sementara, transportasi daring yang berupa taksi dan sepeda motor semacam Gojek dan GrabBike dimenangkan. Zona nyaman taksi sejak lebih seabad lalu itu guncang karena daring memberi pilihan yang lebih mudah dan murah.
Mudah karena akses lewat aplikasi membuat konsumen segera mendapatkan taksinya dibanding lewat telepon, murah karena taksi aplikasi daring tidak butuh modal yang berlebihan. Cukup bekerja sama dengan perusahaan leasing untuk mendapat taksi lalu bergabung ke perusahaan sewa mobil dan penyelenggara aplikasi, langsung bisa beroperasi.
Tarifnya murah terlebih lagi mobilnya wangi. Mayoritas mobil GrabCar atau Uber adalah kelas Avanza, namun pelanggan boleh mencoba GrabCar Ferrari atau Lamborghini, bahkan juga Mercedes Benz Maybach, asal mau bayar jauh lebih mahal. Di sisi lain Gojek atau GrabBike masih belum beraroma wangi, bahkan banyak yang menggunakan sepeda motor tua, mogokan dan pengemudinya bau apek seperti yang kita lihat di jalanan. Masih jauh lebih bagus dibanding ojek kampung yang jaket pengemudinya bisa digunakan untuk membuat ikan di kolam mengambang karena mabuk.
Kelebihan-kelebihan tadi yang harus dicermati dan diantisipasi perbankan saat ini. Bukan mustahil zona nyaman perbankan yang sudah ada sejak lama terancam porak peranda. Memang beda dengan transportasi yang menyasar pelanggan berbagai kelas – ojek dan taksi – perbankan masih dapat mengandalkan nasabah kelas kakap yang tidak hanya membutuhkan jaminan fisik namun juga unsur lobi yang kuat.
Wajib memiliki jaminan seperti sertifikat tanah dan lobi kuat justru menjauhkan perbankan dari mayoritas masyarakat, beda dengan telekomunikasi seluler yang kini dimanfaatkan hampir 70 persen penduduk. Akibatnya perbankan yang sudah ada sejak dua abad lalu baru bisa diakses oleh sekitar 60 juta penduduk.
