Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali akan memperindah orang tersebut. Sebaliknya, jika kasih sayang terlepas dari diri seseorang, tentu akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita merindukan kasih sayang, perhatian, dan perlindungan dari Allah SWT, untuk kemudian meneladaniNya dengan menjadikan diri kita penebar kasih sayang dan kepedulian pada sesama.
Ada sebuah kisah, pada Hari Akhir datang seorang hamba ahli ibadah kepada Allah SWT dengan membawa aneka pahala ibadah, tapi Allah SWT mencapnya sebagai ahli neraka. Mengapa? Ternyata masalahnya sederhana, suatu ketika si ahli ibadah ini pernah mengurung seekor kucing, sehingga si kucing tidak bisa mencari makan, dan tidak pula diberi makan, sampai dia mati kelaparan.
Maka, walau dia seorang ahli ibadah, laknat Allah SWT tetap menimpanya, karena tidak menyayangi sesama makhlukNya. Namun, ada kisah sebaliknya, sebagaimana yang tersebut dalam Shahih Al-Bukhari Muslim, suatu waktu, ada seorang perempuan berlumur dosa sedang istirahat di pinggiran oase sebuah lembah padang pasir.
Tiba-tiba, datanglah seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya karena rasa haus yang luar biasa. Melihat kejadian itu, tergeraklah si perempuan untuk menolongnya. Dibukalah selopnya untuk dipakai menceduk air, setelah air didapat, diberikannya pada anjing yang kehausan tersebut.
Maka, dengan izin Allah SWT, terampunilah dosa perempuan itu. Demikianlah jika hati kita mampu meraba derita makhluk lain, insya Allah keinginan untuk beruat baik akan muncul dengan sendirinya. Seperti menolong saudara yang sedang tertimpa bencana.
Sahabat bisa menyalurkan bantuan seorang diri, bisa pula dengan menyalurkannya melalui lembaga yang terpercaya, Daarut Tauhiid (DT) Peduli misalnya.