Assalamu’alaikum wr.wb Pembaca yang budiman, Masalah kemiskinan di dunia ini, termasuk Indonesia, semakin kompleks. Untuk itu, upaya penanggulangannya juga butuh strategi yang komprehensif. Kita tidak bisa menggunakan pola penanganan yang konvensional dan biasa-biasa saja.
Dahulu, kita membantu masyarakat miskin hanya dalam bentuk karitas atau santunan. Dalam perkembangannya, pola bantuan diberikan dengan pendekatan pemberdayaan. Ada bantuan modal, pendampingan usaha, hingga penguatan kapasitas dan kompetensi usaha.
Namun, upaya pengentasan kemiskinan melalui program pemberdayaan juga dirasa masih belum memadai. Untuk itu, dalam satu dekade terakhir ada pendekatan baru dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial, khususnya kemiskinan, yaitu social entrepreneurship.
Social entrepreneurship adalah sebuah visi kewirausahaan yang berorientasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuannya bukan hanya profit atau keuntungan, melainkan benefit atau kebermanfaatan bagi masyarakat.
Dompet Dhuafa yang selama ini bergelut dengan kemiskinan pun menyadari, solusi untuk mengatasi kemiskinan tidak tunggal, butuh banyak cara dan strategi, termasuk dengan menggunakan pendekatan bisnis.
Sejak 5 tahun terakhir, Dompet Dhuafa berdiri di atas dua pilar. Pilar filantropi untuk mengoptimalkan kedermawanan masyarakat melalui zakat, infak, dan sedekah. Sedangkan pilar “Social Enterprise” dimaksudkan untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dengan pendekatan bisnis.
Berbeda dengan pola bisnis pada umumnya, kegiatan usaha yang dijalankan Dompet Dhuafa tidak dimaksudkan untuk memperkaya diri sendiri. Karena setiap keuntungan yang diperoleh akan dikembalikan ke masyarakat melalui program-program Dompet Dhuafa. Selamat membaca, semoga menginspirasi.
Wassalamu’alaikum wr.wb.