Ekonomi syariah sudah bergaung sejak lama di Indonesia. Namun, mengembangkan bidangbidang usaha berbasis syariah di Indonesia tidak dapat dikatakan berjalan mulus. Indonesia memiliki populasi muslim terbesar di dunia, hanya saja nilai tersebut masih terhitung sebagai potensi yang harus terus didorong untuk menjadi penggerak utama roda ekonomi syariah.
Berdasarkan data yang dirilis Thomson Reuters dalam “State of The Global Islamic Economy Report”, Indonesia masuk ke dalam “Top 10 Global Islamic Economy”. Apabila melihat lebih dalam lagi, dalam laporan tersebut Indonesia juga masuk ke dalam “Top 10 Islamic Finance” dan “Top 10 Halal Pharmaceuticals and Cosmetics”.
Dalam seminar “Masa Depan Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia” yang digelar Warta Ekonomi dengan dukungan dari Bank Indonesia (BI), Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Global Wakaf, Bank Mandiri Syariah, dan Sofyan Hotels ini, Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan pengembangan ekonomi syariah khususnya industri halal memiliki potensi besar di Indonesia.
Hal tersebut sejalan dengan potensi volume industri halal global yang diperkirakan bisa mencapai US$6,38 triliun pada 2021. Perry menyebutkan, Indonesia masuk peringkat pertama untuk belanja makanan halal, yakni Rp1,2 triliun pada 2015 dan bisa mencapai Rp2 triliun pada tahun 2021.
Negara-negara yang sudah mengembangkan ekonomi syariah dengan baik memiliki political will yang kuat, tidak terkecuali visi dan misinya yang jelas. Selain itu, negara tersebut mencanangkannya dalam strategi nasional, serta memiliki badan yang khusus mengembangkan ekonomi syariah, seperti halnya negara Malaysia.