Milenial dalam Kacamata CEO. Bagaimana sebenarnya sosok chief executive officer (CEO) yang dibutuhkan sekaligus diharapkan dari para generasi milenial? Generasi ini sudah mulai banyak menginjakkan kaki sebagai tenaga kerja sekaligus konsumen. Banyak yang berkomentar, generasi ini susah-susah gampang. “Kesenggol” sedikit bisa langsung kabur, begitu pula saat menjadi konsumen. Apabila tidak puas akan dengan mudah berpaling ke kompetitor–tidak ada loyalitas.
Kita harus menyadari bahwa generasi inilah yang akan mewarisi atau pemegang tongkat estafet para pemimpin-pemimpin perusahaan. Suka atau tidak, merekalah yang selanjutnya mewarnai perusahaan. Apalagi perusahaan rintisan (startup), sebagian besar sumber dayanya adalah generasi milenial.
Sosok pemimpin harus adaptif sekaligus “bersabar” saat memberikan coaching kepada para generasi milenial. Dalam sebuah perbincangan dengan pakar marketing dan branding, Yuswohady, generasi baru yang belum memegang keputusan tidak jarang mentok ide karena bertemu pemimpin kolot–tidak mau membuka diri terhadap perubahan.
Dalam satu kesempatan, saat apresiasi “Indonesia Most Admired CEO 2018” yang digelar Warta Ekonomi, CEO Bank Central Asia (BCA) mengatakan “sosok pemimpin milenial tidaklah menakutkan.” Ia melihat bahwa generasi milenial itu, ibaratnya, masa depan perusahaan yang memiliki banyak pengetahuan tentang digital. Oleh karena itu, sebagai pemimpin haruslah dapat mengayomi para milenial agar tidak salah arah.
Hal senada pun terlontar dari CEO Mandiri Utama Finance, Stanley Setia Atmadja, bahwa ide, kreativitas, dan kecepatan dari generasi milenial menjadi masukan bagi generasinya. Apalagi jumlah pegawai milenial di MUF sangat besar, sekitar 80%.