Surviving And Thriving The Next Downturn.
Tahun ini Warta Ekonomi kembali memberikan apresiasi kepada bankbank dengan kinerja optimal. Mereka adalah perbankan yang memiliki kondisi sehat atau sangat sehat, yang kemudian akan mendapatkan penghargaan Indonesia Best Bank Award 2019. Riset yang dilakukan Tim Riset Warta Ekonomi sendiri berdasarkan pendekatan Risk-Based Bank Rating (RBBR) yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.4/POJK.03/2016 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Ada beberapa aspek penilaian yang digunakan, yakni aspek Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance), aspek Rentabilitas (Earnings), aspek permodalan, dan aspek kinerja intermediasi. Kinerja optimal sangat penting untuk terciptanya kondisi perbankan yang sehat. Dengan demikian bank dapat memberikan keuntungan bagi para stakeholder-nya.
Bagi deposan, bank diharapkan dapat dipercaya dan dikelola secara prudent sehingga risiko pelarian dana semakin minimal. Bagi investor, bank diharapkan mampu tumbuh secara terukur, memberi return yang optimal, dan memiliki risiko yang terkendali. Fadel Muhammad, Founder & Prescom Warta Ekonomi, dalam kesempatan penyerahan penghargaan tersebut menyatakan pentingnya peran perbankan membuat industri ini diatur secara ketat oleh regulator (highly regulated).
Menurutnya di tengah kondisi makro yang rentan bergejolak (volatility), penuh ketidakpastian (uncertainty), kompleks (complexity), serta ambigu (ambiguity) seperti saat ini, kesehatan bank semakin mendapatkan perhatian yang serius agar risiko berdampak sistemik dapat ditekan seminimal mungkin. Oleh karena itu Bank diharapkan memiliki kinerja yang optimal agar mampu mengendalikan risiko internal dan tahan terhadap situasi eksternal sehingga dapat menjalankan bisnis secara berkelanjutan,” ujar Fadel Muhammad.
Fadel menambahkan, perkembangan teknologi digital mempengaruhi dunia perbankan di Indonesia. Sementara perekonomian dunia saat ini tidak bisa hindari apa yang terjadi dengan dua negara besar AS-China perang dagang mempengaruhi ekonomi global. Perkiraan tahun 2020 kita akan memiliki 80 juta kelas menengah Indonesia, hampir 3,5 kali penduduk Malaysia. Artinya daya beli tinggi dengan teknologi yang ada. Maka dari itu kebijakan keuangan ke depan membutuhkaninovasi-inovasi.