Tampilkan di aplikasi

Buku Basya Media Utama hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

La Pensante

1 Pembaca
Rp 97.500 29%
Rp 69.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 207.000 13%
Rp 59.800 /orang
Rp 179.400

5 Pembaca
Rp 345.000 20%
Rp 55.200 /orang
Rp 276.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Gagasan manusia adikuasa yang dilontarkan oleh Nietzsche menjadi arena menarik bagi penulis untuk dituangkan di dalam pemikirannya. Melalui itu mereka berkontemplasi tentang masa depan bangsa yang dibangun di atas pondasi ultranasionalisme. Buku ini semacam sebuah keberanian menghembuskan ide semangat baru dalam membangun sebuah negara yang abadi. La Pensante bukan sekadar teori ekonomi-sosial-politik tetapi membaca fakta dan realitas secara terbuka. Semangat nasionalisme, pendidikan, perjuangan, kebudayaan, dan kebebasan berpikir menjadi dasar paradigma yang disampaikan.La Pensante menyentuh substansi dari metafisik, religi, sejarah, kebebasan, pluralisme hingga kemanusiaan yang berdasarkan wawasan Nusantara, Eropa, hingga global.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Muhammed Gazi / Dafiq Febriali Sahl
Editor: Umi Hanik

Penerbit: Basya Media Utama
ISBN: 9786239927370
Terbit: Februari 2022 , 298 Halaman










Ikhtisar

Gagasan manusia adikuasa yang dilontarkan oleh Nietzsche menjadi arena menarik bagi penulis untuk dituangkan di dalam pemikirannya. Melalui itu mereka berkontemplasi tentang masa depan bangsa yang dibangun di atas pondasi ultranasionalisme. Buku ini semacam sebuah keberanian menghembuskan ide semangat baru dalam membangun sebuah negara yang abadi. La Pensante bukan sekadar teori ekonomi-sosial-politik tetapi membaca fakta dan realitas secara terbuka. Semangat nasionalisme, pendidikan, perjuangan, kebudayaan, dan kebebasan berpikir menjadi dasar paradigma yang disampaikan.La Pensante menyentuh substansi dari metafisik, religi, sejarah, kebebasan, pluralisme hingga kemanusiaan yang berdasarkan wawasan Nusantara, Eropa, hingga global.

Pendahuluan / Prolog

Pendahuluan
Assalamualaikum.
Om Swastiastu.
Namo Buddhaya.
Salam Kebajikan.
Rahayu.

Di sini merupakan kebanggaan dan kehormatan bagi saya memberi kata pengantar pada sebuah buku yang ditulis oleh pemuda Indonesia yang hebat yaitu Dafiq Febriali Sahl dan Muhammed Gazi, merupakan suatu kebanggaan mengingat di usia remaja mampu memproduksi karya tulis berupa buku. Izinkan pada kata pengantar ini saya awali dengan ucapan selamat dan sukses atas telah terbitnya buku La Pesante, Antologi Api Pembebasan: Paradigma, Dialektika, Revolusi dan Unifikasi. Saya melihat bahwa penulis memiliki kemampuan menonjol dalam mendalami ilmu sosial-humaniora terutama politik. Tentu sebagai tenaga pendidik, semangat yang dimiliki itu harus didukung. Satu sisi juga penulis memiliki kemauan keras dalam menggali informasi seputar keadaan sosial-politik domestik sampai internasional hingga memiliki cita-cita mendalami bidang tersebut. Ini memberi gambaran bagi saya bahwasanya kemauan pemuda harus selalu didukung dan bagi saya menjadi guru Indonesia akan menjadi kebanggaan bila melihat generasi muda Indonesia bisa sukses.

Pepatah mengatakan “Dalam percakapan bisa tenggelam namun dalam tulisan muncul keabadian,” menurut saya pepatah tersebut memiliki makna mendalam bagaimana suatu hal bisa menjadi keabadian jika memiliki jejak yang diwariskan berupa tulisan. Seringkali memang kita melupakan pentingnya bagaimana arsip bisa dirawat dan ketika arsip tersebut dirawat dengan baik maka sejarah ada. Sebaliknya bila arsip tersebut hilang maka sejarah juga akan hilang. Keadaan sekarang yang juga turut perlunya kita sadari bersama adalah bagaimana minat generasi muda khususnya generasi milenial dan generasi Z yang lekat dengan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), namun tidak dapat memanfaatkan dunia yang lekat dengan Iptek tersebut dengan baik. Generasi milenial menurut sebagian ahli berpatokan pada tahun 1980 - 1990an dan generasi Z menurut sebagian ahli berpatokan pada tahun 1996 - 2010. Bila kita amati tentu kedua generasi tersebut memiliki perbedaan dengan generasi sebelumnya, namun perlu dicatat bahwa setiap generasi memiliki ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan secara tersendiri.

Berkaitan dengan kondisi Indonesia pada umumnya keadaan generasi milenial dan generasi Z semoga dapat membawa Indonesia menjadi Indonesia Emas 2045 mengingat banyaknya usia produktif akibat dari bonus demografi, namun menjadi celaka bilamana tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Saya berharap generasi sekarang jangan melihat atau mencari sumber ilmu pengetahuan dari sesuatu yang belum jelas atau valid kredibilitasnya mengingat sekarang akses sumber informasi dapat dicari dan ditemukan dengan cepat. Izinkan saya ambil kesimpulan bahwa cepat belum tentu tepat dan tepat belum tentu cepat. Saya merasa khawatir mengingat individu yang sekarang begitu mendewakan media sosial yang di dalamnya juga mengandung muatan informasi yang kurang tepat, menghasut tidak baik dan hoax. Riset penelitian dari PISA (Programme International for Student Assessment) 2019 menunjukkan skor membaca Indonesia ada pada peringkat 72. Ini menjadi tugas bersama agar mampu mengantarkan generasi muda Indonesia mampu membawa kondisi yang lebih baik kedepan. Pendidikan memiliki peranan penting bagaimana mampu menyimpan dan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Tentu harus disiapkan semuanya mulai dari guru, fasilitas dan program pendidikan yang baik.

Bisa kita pelajari bagaimana sejarah Jepang yang hancur lebur mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II setelah dibom atom oleh Amerika Serikat mampu menjadi bangkit dan menyandang status negara maju serta Macan Asia (bersama Korea Selatan). Kaisar Hirohito sebagai kepala negara Jepang waktu itu memikir dan menganalisis dari kehancuran ini berapa guru yang tersisa (bukanya para pasukan militer yang masih tersisa)dan membuat program yang mengedepankan pendidikan daripada ekonomi dan infrastruktur hingga akhirnya Jepang bisa bangkit dari kehancuran pada tahun 1945 dan menjadi negara maju hingga sekarang. Perlu kiranya merefleksi dari sejarah Jepang waktu itu demi kemajuan bangsa Indonesia. Berikutnya saya ingin mengomentari dari segi konten penulisan.

Terkait buku ini saya begitu mengapresiasi mengingat di sini mampu mengkorelasi juga kaitannya sejarah Nusantara. Kita tahu bersama bahwa Nusantara yang notabene adalah nama kuno Indonesia memiliki peradaban yang unggul dan prestisius. Perlu kiranya dalam pewarisan nilai-nilai nasionalisme hendaknya mengambil sisi sejarah Nusantara seperti bagaimana Sriwijaya mampu menjadi negara maritim yang kuat dan Majapahit yang mampu memiliki wilayah luas. Kita juga perlu mengingat bagaimana awal berdirinya Majapahit mampu mengalahkan Imperium Mongol dan dari semua itu tujuanya hanya satu yaitu revolusi mental dengan memberi pemahaman kepada generasi penerus bahwa kita bukanlah bangsa yang bisa disepelekan tapi merupakan suatu bangsa yang besar dengan sejarah yang juga besar.

Menarik juga untuk diapresiasi bahwasanya buku ini juga mengulas pemikiran besar dunia khususnya filsafat. Hal ini tentu menjadi perhatian bahwasanya dunia sudah memasuki zaman globalisasi dengan tidak ada sekat dan semua informasi termasuk ilmu pengetahuan dapat berkembang secara lebih luas. Filsafat yang dikaji juga mengandung muatan diantaranya adalah ideologi dengan sebagaimana kita tahu ideologi adalah kumpulan ide besar atau gagasan besar yang diyakini.

Khusus filsafat izinkan saya dengan sepengetahuan yang dimiliki berbicara mengenai filsafat. Filsafat merupakan ilmu pengetahuan tertua di dunia atau juga disebut sebagai ibu dari segala ilmu pengetahuan.

Banyak tokoh-tokoh filsafat besar yang dicatat seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Konfusius, Lao Tze, Al-Ghazali, Al-Farabi Ibnu Khaldun dan juga ada bagi saya sendiri tokoh filsuf Indonesia (Nusantara) seperti Mpu Tantular, Mpu Prapanca, Hamzah Fansuri, Nuruddin Al Raniri, Sunan Kalijaga dan masih banyak lagi. Memang setiap ideologi dapat memiliki kesamaan namun juga perbedaan layaknya idiom kanan melawan kiri tetapi dari semua itu sejatinya yang terpenting adalah penyelarasan dengan lokal asli yang dimiliki mengingat kita memiliki karakteristik sendiri.

Bagi saya pribadi, saya berpendapat ideologi tidak selamanya bersifat statis namun pasti akan mengalami pembaruan sehingga kadang kita mengenal istilah awalan neo yang disematkan pada awal nama ideologi yang juga hasil dari pemikiran dengan melihat realitas masyarakat. Saya teringat ucapan tokoh filsafat (filsuf) yang terkenal yaitu Rene Descartes atau juga dikenal dengan nama Renatus Cartesius dari Perancis berupa pernyataan yang terkenal yaitu Cogito Ergo Sum yang bermakna aku berpikir maka aku ada. Pernyataan ini mengundang pesan besar kepada masyarakat bahwasanya akal yang menghasilkan gagasan itulah yang membuat eksistensi individu dalam sebuah kelompok. Sampai hari ini tokoh filsafat Rene Descartes dianggap sebagai Bapak Filsuf Modern.

Menarik apabila kita merenungi ucapan Rene Descartes tentang Cogito Ergo Sum, manusia seringkali ingin merasa diakui dengan segala eksistensinya namun sebagian manusia tidak tahu cara ingin diakui eksistensinya sehingga yang terjadi adalah perbuatan amoral yang hanya ingin sekedar menaikkan nama dan kelak disini teori labelling akan berlaku dimana individu sudah diberi cap atau pengakuan dari masyarakat yang negatif. Buku ini dipadukan dengan sastra dalam mengkaji pemikiran filsafat sehingga pembaca akan diajak berpikir ideologi yang berlaku dan disajikan dengan bahasa-bahasa yang indah. Terlepas dari apapun sisi respon pembaca saya tetap menganggap ini pencapaian luar bisa dengan berani berkarya dan berani menuangkan pemikiran sehingga layak eksistensinya Dafiq dan Gazi diakui masyarakat seperti layaknya pepatah Cogito Ergo Sum. Akhir kata saya sekali lagi mengucapkan terima kasih atas diberikan penghormatan menuliskan kata pengantar dan sukses selalu untuk Dafiq dan Gazi.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Pasuruan, 25 Desember 2021

Penulis

Muhammed Gazi - Muhammed Gazi adalah sapaan internasional yang dimiliki oleh seorang pemuda kelahiran Tanjung Karang, Lampung. ia berhasil menerima penghargaan dari Kementerian Pendidikan Republik Turki atas karyanya di bidang pengembangan teknologi (AI) artificial intelligence yang kemudian ia lanjutkan proyeknya sehingga dipilih dan berhasil menjadi project manager computer engineering yang diselenggarakan oleh Harvard University. Kemudian atas keahlian polymath yang ia miliki ia menguasai bidang lain pula. Ia mengurus dan memimpin banyak organisasi dan gerakan seperti perwakilan luar negeri untuk Parlemen Remaja DPR-RI, vice president of International Student Council, Chief of Model United Nation, Perhimpunan Pelajar Indonesia cabang Turki dan masih banyak organisasi lainnya yang sebagian besar bergerak di bidang pendidikan, sosial dan media informasi
Dafiq Febriali Sahl - anak pertama dari Pasangan Arief Cahyono (ayah) dan Wahyuni Hidayati (ibu). Dafiq lahir di Kota Pasuruan pada 15 Februari 2004. Ia menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN Pekuncen lalu lanjut ke SMPN 1 Pasuruan yang sama-sama bekas sekolah Kolonial Belanda. Pada saat Dafiq menulis buku ini, Dafiq berusia 17 tahun dan duduk di bangku kelas 3 SMAN 1 Pasuruan yang dulunya adalah sekolah Tionghoa (Tionghoa Hwee Kwan).Paradigma berpikir Dafiq sangat jelas yakni nasionalis-sosialis (fasis) terlihat dalam 30 lebih karya tulis ilmiahnya di berbagai bidang ilmu sosial-humaniora, 1 buku novel, 1 antologi puisi dan Cerpen, dan 2 buku ilmiah sebelum buku La Pensante

Editor

Umi Hanik - Putri dari pasangan M. Nawawi dan Masrochanah. Merupakan anak ke-4 dari 4 bersaudara. Perjalanan pendidikannya dimulai dari Sekolah Dasar Islam Kota Pasuruan, berlanjut SMP Islam Kota Pasuruan, SMA 4 Kota Pasuruan hingga melanjutkan perguruan tinggi jurusan Matematika. Fokus dalam dunia literasi ia mulai sejak mahasiswa, berbagai buku ia habiskan guna menambah ilmu pengetahuan. Meskipun expert dalam bidang matematika, tapi ia selalu meluangkan waktu untuk membaca buku. Karena ia percaya bahwa buku merupakan akses masuk menuju pengetahuan abadi.

Daftar Isi

Cover
Sekapur sirih
Kata Pengantar
Daftar Isi
Dentingan Pertama Belati
Buah Cumbu Spiritual dan Liberalisme
Suara Parau Libertarian
Suara liberalis: Liberté éternelle, Ultime Retenue
Le existence: Antara Kesetaraan Sosialis dan Keadilan Kapitalis
Ayat-ayat Fasisme: Nationalsozialistische Weltanschauung
Fascism Manifestation
Bangunan Nasionalisme Indonesia dan Dunia
Nasionalisme, Kisah Selinting Candu
Islam Nusantara: Refleksi atas Topografi Sosial Manusia Dunia
Nusantara Humanities: Spiritualismus, Humanismus
Animisme, Paradigma Janggal
Firman-Firman Nietzsche dan Relevansinya
Feminisme: Sebuah Jejak Skandal Abadi
Epos Patriarkisme dan Feminisme
The Relativity of Truth
Pluralisme, Kesesatan Paruh Abadi Monoteisme
Jalang Revolusi itu Bernama Percaya
Sekelumit Rasa Percaya
Pemuda, Indonesia, dan Millennial
Warna-Warni Demokrasi
The Demo-Crazy
Ekspresi dan Refleksi, Sebuah Gebrakan Revolusi
Edukasi dan Doktrinisasi, Sistem Kembar Beda Haluan
Radikalisme Dialektika: Essentiel Et Contextuel
Varolus
Di Atas Bendera Revolusi
Dalam Ambang Bahagia
Lebensraum: Enyahlah Derita Kita!.
Daftar Pustaka
Tentang Penulis