Tampilkan di aplikasi

Buku Bitread hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Polemik Argumen Atas Autentisitas Teks Al-Qur'an

(Perspektif Ahl al-Sunnah)

1 Pembaca
Rp 89.500 50%
Rp 44.750

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 134.250 13%
Rp 38.783 /orang
Rp 116.350

5 Pembaca
Rp 223.750 20%
Rp 35.800 /orang
Rp 179.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku ini mencoba mengurai kembali argumen-argumen dari para ulama terkait isu tentang adanya penambahan dan pengurangan dalam Al-Qur'an. Mulai dari ulama di era klasik hingga modren, baik yang pro maupun yang kontra terhadap autentisitas teks Al-Qur'an. Dengan menggunakan pendekatan analisis-deskriptif, mendorong pembaca untuk lebih terbuka dan berpikir kritis, lebih bersikap netral serta tidak mendahulukan emosi sehingga dapat membuka cakrawala baru dan pemahaman yang dihasilkan akan lebih argumentatif.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Dr. Muhammad, Lc., M.Th.I.

Penerbit: Bitread
ISBN: 9786232244450
Terbit: Oktober 2020 , 330 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Buku ini mencoba mengurai kembali argumen-argumen dari para ulama terkait isu tentang adanya penambahan dan pengurangan dalam Al-Qur'an. Mulai dari ulama di era klasik hingga modren, baik yang pro maupun yang kontra terhadap autentisitas teks Al-Qur'an. Dengan menggunakan pendekatan analisis-deskriptif, mendorong pembaca untuk lebih terbuka dan berpikir kritis, lebih bersikap netral serta tidak mendahulukan emosi sehingga dapat membuka cakrawala baru dan pemahaman yang dihasilkan akan lebih argumentatif.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Al-Qur’an, sebagaimana diyakini mayoritas umat Islam, adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril (al-Qur’an, 26: 192-193), yang di dalamnya tidak mengandung keraguan (al-Qur’an, 2: 2) dan tidak mengandung kebatilan (al-Qur’an, 41: 42). Wujud dari keyakinan umat Islam adalah dijadikannya al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan referensi utama dalam setiap sendi kehidupan.

Meskipun kurun waktu antara turunnya al-Qur’an di masa Nabi Muhammad dengan masa sekarang terlampau jauh, umat Islam tetap meyakini autentisitas dan orisinalitas teks-teks yang terkandung di dalamnya. Dengan kata lain, al-Qur’an yang ada sekarang ini sesuai dengan al- Qur’an yang ada pada masa Nabi Muhammad. Keyakinan ini didasarkan pada sumber otoritatif berupa jaminan penjagaan Allah atas keautentikannya hingga akhir zaman (al-Qur’an, 15: 9).

Hal inilah yang membedakan antara al-Qur’an dengan kitab-kitab suci sebelumnya, seperti Zabur, Taurat, dan Injil, yang dianggap telah lenyap autentisitasnya bersamaan dengan wafatnya para nabi yang menjadi penerima wahyu tersebut. Fakta sejarah juga mencatat bahwa semenjak masa Nabi Muhammad, al-Qur’an telah dihafal oleh ratusan sahabat. Kendati demikian, terpeliharanya wahyu Ilahi tidak cukup terjamin hanya dengan mengandalkan hafalan, tetapi harus didukung juga dengan tulisan.

Data historis menginformasikan bahwa sebelum dikumpulkan dan ditulis dalam satu muṣḥaf yang kemudian populer dengan sebutan muṣḥaf ‘Utsmani, teks-teks al-Qur’an telah ditulis dalam berbagai benda sebagai media, seperti kulit, tulang, pelepah kurma, dan kepingan batu. Hal ini berdasar pada sumbersumber yang diyakini juga autentik oleh sebagian besar umat Islam, yakni riwayat-riwayat hadis.

Sumber-sumber otoritatif tersebut sebagian telah dihimpun dan dikodifikasi di masa tabi’in dan tabi’ al-tabi’in dalam kitab-kitab yang ditulis, lengkap dengan jalur periwayatannya (sanad) hingga sampai kepada Rasulullah, sang penerima wahyu Allah. Tanpa kitab-kitab yang menerangkan riwayat hadis tersebut, mustahil kita memahami sejarah al-Qur’an dan sejarah Islam itu sendiri.

Muṣḥaf ‘Utsmani yang sampai kepada generasi sekarang, sebagaimana diketahui dan diyakini oleh mayoritas umat Islam, ditransmisikan secara mutawatir (al-manqul bi altawatur) melalui jalur periwayatan dari para periwayat al- Qur’an, dari generasi tabi’ al-tabi’in, tabi’in, para sahabat, dan bersumber dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dengan demikian, hingga ke tangan kita, muṣḥaf ‘Utsmani menempuh perjalanan panjang, melewati proses yang rumit dan menimbulkan banyak polemik di antara para ulama. Kontroversi mengenai persoalan ini dapat dilihat dari data-data sejarah yang ditunjukkan secara valid oleh penulis.

Pada bab tiga dalam buku ini, penulis mengemukakan data dan analisis mengenai riwayat-riwayat yang kontradiktif di antara para sahabat tentang autentisitas teks al-Qur’an, termasuk dugaan adanya ayat yang hilang dan adanya perbedaan di antara muṣḥaf-muṣḥaf sahabat besar. Faktafakta historis tersebut cukup menunjukkan bahwa perjalanan kodifikasi al-Qur’an yang dieksekusi di era khalifah Utsman dan kemudian dikenal dengan Muṣḥaf Utsmani tersebut, diwarnai dengan polemik dano nktroversi.

Secara umum, isu-isu tentang ketidak-autentikan teks al-Qur’an bersumber dari golongan di luar Ahl al-Sunnah, di antaranya dari kelompok Shi’ah. Hal tersebut cukup wajar mengingat referensi riwayat al-Qur’an yang digunakan oleh golongan Shi’ah berbeda dengan referensi Ahl al-Sunnah.

Referensi otoritatif di kalangan Shi’ah yang paling populer dan dianggap sahih adalah informasi-informasi yang dihimpun dalam kitab al-Kafi, karya Imam Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq al-Kulaini al-Razi (populer dengan nama al- Kulaini). Ibaratnya, kecintaan orang Shi’ah terhadap kitab al-Kafi seperti kecintaan orang Sunni terhadap Shahih al- Bukhari.

Bahkan, mereka memandang bahwa semua hadis atau riwayat hadis yang terhimpun dalam al-Kafi ini sahih karena telah mendapatkan “restu” dari Imam Hasan al- ‘Ashkari (Hasan bin Ali bin Muhammad), Imam Shi’ah ke sebelas dalam deretan Shi’ah Ithna ‘Ashariah. Selain golongan Shi’ah, isu ketidak-autentikan al-Qur’an juga berasal dari para orientalis.

Daftar Isi

Cover
Kata Pengantar
Ucapan Terima Kasih
Daftar Isi
Pendahuluan
Bab I: Al-Qur'an dan Polemik Kodifikasi
     A. Definisi Al-Qur’an dan Sejarah Kodifikasinya
          1. Definisi Al-Qur’an
          2. Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an
     B. Ayat dan Surat dalam Al-Qur’an
          1. Definisi Ayat
          2. Perbedaan Jumlah Ayat Al-Qur’an
          3. Definisi Surat
          4. Perbedaan Jumlah Surat Al-Qur’an
     C. Polemik dalam Kodifikasi Al-Qur’an
          1. Ibn Masʽūd Merasa Dirinya Lebih Mengetahui Al-Qur’an daripada Sahabat Lainnya
          2. Ibn Masʽūd Lebih Awal Masuk Islam daripada Zayd bin Thābit
          3. Ibn Masʽūd Lebih Awal Menghafal dan Membaca Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad daripada Zaydbin Thābit
Bab II: Argumen atas Autentisitas Teks Al-Qur'an
     A. Argumen Ulama yang Pro terhadap Autentisitas Teks al-Qur’an
          1. Periode Klasik (1-3 Hijriah)
          2. Periode Pertengahan (4-9 Hijriah)
          3. Periode Modern (10-15 Hijriah)
     B. Argumen Ulama yang Kontra terhadap Autentisitas Teks al-Qur’an
          1. Periode Klasik (Tahun 1-3 Hijriah)
          2. Periode Pertengahan (Tahun 4-9 Hijriah)
          3. Periode Modern (Tahun 10-15 Hijriah)
     C. Matematika Al-Qur’an
          1. Pengulangan Kalimat dalam Al-Qur’an
          2. Kesesuaian Angka 7 dan 19 dalam Al-Qur’an
          3. Kritik Atas Matematika Al-Qur’an
Bab III: Munculnya Polemik Atas Autentisitas Teks Al-Qur'an
     A. Sebab Munculnya Kontradiksi Autentisitas Teks Al-Qur’an
          1. Munculnya Riwayat Ketidaksetujuan Sebagian Sahabat terhadap Kodifikasi Muṣhaf
          2. Selektivitas dalam Kodifikasi Al-Qur’an
          3. Terpilihnya Zayd bin ThāBit sebagai Kodifikator Muṣḥaf
     B. Dugaan Ayat dan Surat yang Hilang saat Kodifikasi
          1. Surat al-Ḥafd dan al-Khulʽ
          2. Ayat al-Rajm
          3. Ayat al-Rughbah
          4. Ayat al-Jihād
          5. Ayat al-Mutʽah
          6. Ayat al-Ṣufūf al-Uwal
          7. Ayat al-Shahādah
          8. Ayat Wilāyah al-Nabī
          9. Ayat al-Ḥamiyah
          10. Ayat Ibn A̅dam
          11. Ayat al-Muḥāfaẓah ʽalā al-Ṣalāh
          12. Ayat al-Dīn al-Ḥanafiyah
          13. Dua Ayat yang Tidak Tertulis dalam Muṣḥaf
Bab IV: Bukti Kebenaran Autentisitas Teks Mushaf Uthmani
     A. Kemutawatiran Al-Qur’an
          1. Nabi Muhammad Hafal Al-Qur’an
          2. Para Sahabat Banyak yang Menghafalkan Al-Qur’an
          3. Aspek Pendorong untuk Menghafalkan Al-Qur’an
     B. Klarifikasi Riwayat Autentisitas Teks Al-Qur’an dan Muṣḥaf Para Sahabat
          1. Klarifikasi Atas Riwayat Ketidak-autentikan Teks Al-Qur’an
          2. Klarifikasi terhadap Ragam Muṣḥaf Para Sahabat
     C. Hukum Pengingkar Autentisitas Teks Al-Qur’an Menurut Ulama
Bab V: Penutup
     A. Kesimpulan
     B. Rekomendasi
Daftar Pustaka
Tentang Penulis