Tampilkan di aplikasi

Buku Garudhawaca hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Sampai Depan Pintu

Kumpulan Lakon Monolog

1 Pembaca
Rp 65.000 55%
Rp 29.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 87.000 13%
Rp 25.133 /orang
Rp 75.400

5 Pembaca
Rp 145.000 20%
Rp 23.200 /orang
Rp 116.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Sampai Depan Pintu, adalah kumpulan naskah lakon monolog karya Whani Darmawan. Di Dalamnya berisi 31 naskah lakon monolog berdurasi pendek dengan tantangan karakter tokoh yang menarik. Sangat cocok untuk kebutuhan pertunjukan drama monolog baik untuk bahan pembelajaran, pementasan mandiri maupun dalam rangka mengikuti berbagai festival pertunjukan monolog. Keberadaan buku ini sangat membantu perkembangan dunia teater baik dalam praktik pertunjukan maupun perkembangan kepenulisan teater itu sendiri.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Whani Darmawan

Penerbit: Garudhawaca
ISBN: 9786026581648
Terbit: Oktober 2018 , 231 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Sampai Depan Pintu, adalah kumpulan naskah lakon monolog karya Whani Darmawan. Di Dalamnya berisi 31 naskah lakon monolog berdurasi pendek dengan tantangan karakter tokoh yang menarik. Sangat cocok untuk kebutuhan pertunjukan drama monolog baik untuk bahan pembelajaran, pementasan mandiri maupun dalam rangka mengikuti berbagai festival pertunjukan monolog. Keberadaan buku ini sangat membantu perkembangan dunia teater baik dalam praktik pertunjukan maupun perkembangan kepenulisan teater itu sendiri.

Ulasan Editorial

Whani Darmawan adalah sosok yang genap. Ia tidak hanya aktor panggung, namun juga pendongeng yang adekuat. Tubuhnya hidup. Setiap gerak-gerik Whani, bahkan diamnya, adalah kewajaran yang tak lagi mencitrakan akting. Ruhani aktor yang juga pesilat ini juga terus bertumbuh menguat. Dan, kehadiran Kumpulan Lakon Monolog “Sampai Depan Pintu” ini meneguhkan semua itu. Whani menghadirkan dunia sunyi dalam ciri perenungannya untuk kita. Selamat membaca khazanah kebatinan Whani Darmawan dalam memandang kehidupan

Candra Malik (sastrawan sufi)

Karya ini adalah hadiah bagi kita semua. Tigapuluh satu monolog sudah diterbitkan. Lakon ini, harus dibaca dengan sangat asyik. Jika kita membaca, singgahlah ke hal-hal lain, yang mungkin saja berbeda dengan apa yang ada dalam monolog itu. Ada banyak perkara yang bisa saja muncul dan menjadi sesuatu yang sungguh-sungguh berharga bagi hdup kita. Whani Darmawan, karyamu sungguh sangat mengilhami aku. Terima kasih

N. Riantiarno (pimpinan Teater Koma, Jakarta)

Secara tematik 31 monolog yang ditulis Whani Darmawan menjadi 31 ragam daya tarik tantangan keaktoran. Selain memiliki konteks dengan perkembangan situasi sosial politik Indonesia mutakhir, terkaca melalui teks-teks tersebut pencarian-pencarian Whani Darmawan yang memang penulis sekaligus aktor. Saya berani merekomendasikan buku ini bagi seluruh aktor di Indonesia (laki-laki maupun perempuan), terutama bagi proses pembelajaran di berbagai program studi seni Teater di Indonesia

Wendy HS

Dengan berdiri di dua kaki yang berbeda; seni peran dan seni bela diri, Whani memiliki sensitivitas yang menarik dalam menjaga irama, struktur, dan konflik dalam naskah-naskah tersebut. Ia mematuhi konsep Menyerang-Bertahan. Mengerti kapan pemain mengolah nafas melalui gerak atau aksi berantai serta kapan mengambil jeda. Hal ini terlihat dari pengaturan nebentext dan hauptext-nya. Seperti ying-yang

Abdi Karya (seniman teater, penyunting)

Pendahuluan / Prolog

Pengantar Penulis
Dewasa ini, pementasan monolog secara tunggal atau terangkai dalam sebuah festival, umum dijumpai. Tidak hanya seniman atau pelaku seni saja yang mengusungnya, namun sekolah umum dan perguruan tinggi sering menyelenggarakan festival atau pementasan monolog. Sementara di sekolah seni teater, monolog menjadi salah satu mata pelajaran atau mata ujian keaktoran. Meski keberadaannya cukup menggembirakan, namun ketersediaan naskah atau lakon monolog belum sepenuhnya mencukupi. Atas dasar itulah penulis menyusun kumpulan monolog “Sampai Depan Pintu” yang berisi 31 lakon monolog karya penulis. Seluruh lakon monolog ini ditulis dari Juni 2016 hingga September 2017, di tengah-tengah kesibukan berlatih, pentas, dan mengelola organisasi. Selain sebagai bahan dasar ekspresi artistik serta pengaya vokabulari lakon teater, penulis berharap buku kumpulan monolog ini dapat dijadikan bahan studi di sekolah dan perguruan tinggi baik seni maupun umum.

Pengantar Penyunting
Dewasa ini, pementasan monolog secara tunggal atau terangkai dalam sebuah festival, umum dijumpai. Tidak hanya seniman atau pelaku seni saja yang mengusungnya, namun sekolah umum dan perguruan tinggi sering menyelenggarakan festival atau pementasan monolog. Sementara di sekolah seni teater, monolog menjadi salah satu mata pelajaran atau mata ujian keaktoran. Meski keberadaannya cukup menggembirakan, namun ketersediaan naskah atau lakon monolog belum sepenuhnya mencukupi. Atas dasar itulah penulis menyusun kumpulan monolog “Sampai Depan Pintu” yang berisi 31 lakon monolog karya penulis. Seluruh lakon monolog ini ditulis dari Juni 2016 hingga September 2017, di tengah-tengah kesibukan berlatih, pentas, dan mengelola organisasi. Selain sebagai bahan dasar ekspresi artistik serta pengaya vokabulari lakon teater, penulis berharap buku kumpulan monolog ini dapat dijadikan bahan studi di sekolah dan perguruan tinggi baik seni maupun umum.

Dalam proses penyuntingan, saya diajak memasuki alam pikir, pengalaman, dan pergulatan Whani sebagai seniman yang kompleks; aktor, sutradara, pesilat, penulis, manajer seni, juga penari di masa mudanya. Berkali-kali diajak terlempar ke dalam persoalan dan pergulatan orangtua yang khawatir akan masa depan anaknya, atau tentang seniman yang kesepian, atau guru silat yang khawatir akan muridnya yang berbakat namun sombong, atau tentang masyarakat korban kapitalisme hingga kritiknya pada fanatisme buta terhadap ideologi tertentu.

Sebagai aktor yang telah bekerja dengan beragam seniman, ia dengan santai mempertemukan masa lalu dan masa kini, tokoh lokal dengan tokoh asing, tradisi dan modern. Ia hadirkan Superman menjadi sangat ndeso dan membuat seorang Samurai yang penuh tata krama dan bersemangat menjadi memble dan nrimo. Meski terlihat liar, ia termasuk penggemar aliran klasik, dimana sesuatu sebaiknya tidak dibiarkan menggantung melainkan cenderung dikembalikan ke tempat semula, kembali ke awal, kembali ke dalam, atau kembali ke diri. Pada bagian ini, dapat dimengerti mengapa ia begitu cinta pada teater dan silat. Keduanya adalah dunia yang bertumpu pada penjelajahan dan pencarian pribadi terus-menerus.

Penulis

Whani Darmawan - Whani Darmawan adalah aktor dan sutradara asal Yogyakarta. Ia dikenal sebagai aktor dan sutradara teater yang sangat kuat. Selain bermain teater, ia juga terlibat dalam beberapa film seperti “Drupadi” sutradara Riri Reza (2008), “Sultan Agung” sutradara Hanung Bramantyo (2018), “Kucumbu Tubuh Indahku” sutradara Garin Nugroho (2018/2019), “Bumi Manusia” sutradara Hanung Bramantyo (2019), “Hotel Sakura” sutradara Kristo Darma (2019), “Taufiq : Laki-laki Menantang Badai” sutradara Ismail Basbeth (2019).

Ia juga menulis beberapa buku : kumpulan cerpen Aku Merindukan Anakku Menjadi Pembunuh (Galang Press, 2002), novel memoar My Princess Olga (Gagas Media, 2005), novel Nun (Omahkebon Publishing 2010), esai spiritualitas silat Andai Aku Seorang Pesilat (Omahkebon Publishing, 2011), Jurus Hidup Memenangi Pertarungan (Mizan 2016), kumpulan lakon monolog Sampai Depan Pintu (Omahkebon Publishing, Penerbit Nyala, Whanidproject (2017), kumpulan Lakon monolog “Suwarna-Suwarni” (BasaBasi 2018) dan tahun 2019 adalah buku lakon yang sedang Anda baca ini : “Luka-luka Yang Terluka: Sejarah Perjalanan Lakon” (Dinas Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta).

Whani juga menulis beberapa naskah drama dan monolog, selain novel dan cerpen bahkan kumpulan puisi. Kini bersama komunitasnya yang diberinama WhaniDproject, ia getol melakukan eksplorasi seni keaktoran dan merangkul banyak aktor muda di Jogjakarta untuk menggeluti dan meneliti akting.

Daftar Isi

Verso
Daftar Isi
Pengantar Penulis
Catatan Penyunting
Pengantar N. Riantiarno
Kumpulan Lakon Monolog
     Samurai Sakate
     Istri Pahlawan
     Manusia Binatang
     Putri Sarju
     Tukang Kayu
     Supartinah
     Master Chef
     Sri Sedana
     Lek War
     Philoshopper
     Fotokopi
     Dayang Jubaeda
     Petarung
     Dakkochan
     Tukang Gigi Palsu
     Zukeisi
     Toh
     Sampai Depan Pintu
     Hijrah
     Romeus - Juliet
     Gelang Spiral
     Marsivenia
     Busana Adat
     Sitar Sang Pembunuh
     Master
     Sang Bintang
     Rantai Mas
     Cinta Buta
     Peternakan Besar
     Kawin Kucing
     The Amazing Suparman
Biografi Penulis