Tampilkan di aplikasi

Buku Garudhawaca hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Sabda Hidup

Sehimpun Puisi

1 Pembaca
Rp 40.000 50%
Rp 20.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 60.000 13%
Rp 17.333 /orang
Rp 52.000

5 Pembaca
Rp 100.000 20%
Rp 16.000 /orang
Rp 80.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Sehimpun puisi karya Wisnu Prayuda. Buku ini adalah sekumpulan puisi karya Wisnu Prayuda, seorang penyair muda di Semarang, Jawa Tengah. Bagi Wisnu, menerbitkan kumpulan buku adalah seperti membuat prasasti. Ini adalah monumen yang menandai “wilayah” dan “keberadaan” nya. Wilayah yang dimaksud adalah sejauh mana ruang hidup yang ia jelajahi melalui kesadaran raga dan jiwanya, dan kesadaran itu adalah kerberadaanya. Banyak puisi-puisinya adalah sebuah ungkapan syukur yang indah, dan beberapa juga sebuah janji akan “hidup baik” baik pada dirinya sendiri, maupun kepada orang-orang yang kepadanya ia mengalirkan cinta kasihnya.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Wisnu Prayuda

Penerbit: Garudhawaca
ISBN: 9786026581983
Terbit: April 2020 , 95 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Sehimpun puisi karya Wisnu Prayuda. Buku ini adalah sekumpulan puisi karya Wisnu Prayuda, seorang penyair muda di Semarang, Jawa Tengah. Bagi Wisnu, menerbitkan kumpulan buku adalah seperti membuat prasasti. Ini adalah monumen yang menandai “wilayah” dan “keberadaan” nya. Wilayah yang dimaksud adalah sejauh mana ruang hidup yang ia jelajahi melalui kesadaran raga dan jiwanya, dan kesadaran itu adalah kerberadaanya. Banyak puisi-puisinya adalah sebuah ungkapan syukur yang indah, dan beberapa juga sebuah janji akan “hidup baik” baik pada dirinya sendiri, maupun kepada orang-orang yang kepadanya ia mengalirkan cinta kasihnya.

Pendahuluan / Prolog

Mukadimah
Hidup ialah satu paket dengan kesadaran kita menjalani sesuatu dan menemukan keindahannya. Kita sadar bahwa kita melihat, kita sadar bahwa kita bernafas, kita sadar bahwa kita mengayunkan tangan. Dari kesadaran itu munculah letupan yang menjadi daya bagi hidup, ia menjadi pendorong untuk kita menjalani sesuatu dengan kesadaran dan menemu keindahan.

Buku ini lahir atas kesadaran saya menjalani hidup. Menjumpai peristiwa-peristiwa yang Tuhan suguhkan dan meng-arifi-nya. Sepanjang perjalanan saya menemukan cinta, duka, lara, gembira dan kesedihan. Dari itulah muncul letupan kata yang mengudara, menjelma rentetan bait, menyatu menjadi kumpulan puisi yang saya beri nama “Sabda Hidup”. Lewat buku ini saya menanamkan ikrar untuk terus menjalani hidup dalam suasana dan keadaan apapun hingga pada saatnya maut menjemput. Kelak sebagaimana Coelho dalam bukunya Seperti Sungai Yang Mengalir (2017). Saya menginginkan di makam saya kelak bertuliskan: “Dia wafat ketika sedang menjalani hidupnya”.


Penulis

Wisnu Prayuda - lahir di Semarang, 4 Mei 1996. Di kota itu pula ia tumbuh dan berkembang. Menyelesaikan jenjang pendidikan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi di kota kelahirannya. Alumnus UIN Walisongo Semarang dan Futuwwah Institut. Ia pernah juga singgah untuk nyantri di Ponpes Al-Itqon Bugen asuhan Romo Kyai Haris Shadaqah.

Menulis sejak 2016. Karya pertamanya yang terbit ialah Fedeli d’Amore “mereka yang setia dalam cinta” (Garudhawaca, 2018) yang ia tulis secara kolektif bersama teman-teman Ordo Futuwwah.

Laki-laki ini, kini bekerja sebagai serabutan kehidupan. Ia bisa saja tampak di ruang-ruang kelas Yayasan Perintis 29 Semarang dan SMK Nurul Islami Semarang, kadang juga terlihat di sebuah warung Mie Ayam yang ia kelola bersama orangtuanya. Pengelola bisnis kecil Tahu Bakso Kinasih dan Kandjeng Semarang Pomade ini juga menggeluti kegiatan pendidikan non-formal di lingkungan TPQ Nurul Hikmah dan Madrasah Diniyyah Al-Iskandariyah.

Selain itu, ia juga turut andil dalam bidang sosial dan pendidikan bersama komunitas Ordo Futuwwah Nusantara yang didirikan oleh Abah Muhammad Zainurrakhman (penulis buku mantyasih) sedang ia sendiri sebagai ketua komunitasnya.

Kini bersama istrinya, ia bermukim dan mendarmakan hidupnya dalam ranah sosial, pendidikan dan keagamaan di kampung kebonharjo, Semarang, pesisir pelabuhan Tanjungmas.

Daftar Isi

verso
mukadimah
Daftar Isi
Puisi-Puisi
Bio Penulis