Tampilkan di aplikasi

Buku Garudhawaca hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Ikat Kait Impulsif Sarira

Gagasan yang Mewujud Era 1990-2010

1 Pembaca
Rp 99.000 55%
Rp 45.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 135.000 13%
Rp 39.000 /orang
Rp 117.000

5 Pembaca
Rp 225.000 20%
Rp 36.000 /orang
Rp 180.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku ini adalah hasil dari penelitian Eko Supriyanto, seorang doktor dan koreografer tari kontemporer Indonesia. Di dalamnya berisi catatan sejarah kemunculan dan perkembangan tari kontemporer di Indonesia dengan sorotan utama pada 5 tokoh tari kontemporer yang menandai jaman dan pertumbuhan budaya tari kontemporer Indonesia. Tidak hanya paparan sejarah saja, Eko Supriyanto menekankan pengamatannya pada wilayah “habitus” atau perilaku dan kebiasaan tubuh koreografer dan nilai-nilai yang disangganya. Juga mengenai bagaimana interaksi seniman dengan jaman dan lingkungan budayanya melahirkan gagasan-gagasan dan mewujud menjadi karya kreatif yang khas dan bermutu.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Eko Supriyanto

Penerbit: Garudhawaca
ISBN: 9786026581433
Terbit: Juli 2018 , 313 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Buku ini adalah hasil dari penelitian Eko Supriyanto, seorang doktor dan koreografer tari kontemporer Indonesia. Di dalamnya berisi catatan sejarah kemunculan dan perkembangan tari kontemporer di Indonesia dengan sorotan utama pada 5 tokoh tari kontemporer yang menandai jaman dan pertumbuhan budaya tari kontemporer Indonesia. Tidak hanya paparan sejarah saja, Eko Supriyanto menekankan pengamatannya pada wilayah “habitus” atau perilaku dan kebiasaan tubuh koreografer dan nilai-nilai yang disangganya. Juga mengenai bagaimana interaksi seniman dengan jaman dan lingkungan budayanya melahirkan gagasan-gagasan dan mewujud menjadi karya kreatif yang khas dan bermutu.

Pendahuluan / Prolog

Pengantar
Buku ini adalah sesuatu yang sudah (seharusnya) sangat dinantikan oleh dunia tari kontemporer Indonesia. Sebuah catatan tentang tari kontemporer Indonesia, mulai dari awal kemunculan sampai perkembangan terkini, pengaruh yang memotivasi kemunculan, perjalanan dan arah ke depan.

Lebih klop lagi karena yang menuliskannya adalah pelaku aktif tari kontemporer Indonesia. Penulis mengenal sebagian besar tokoh-tokoh tari kontemporer Indonesia. Ia pun penjelajah tari kontemporer yang aktif, sebagai penari, koreografer, pelanglang buana aneka festival tari kontemporer nasional-internasional. Selain sebagai pengajar, penulis banyak mengikuti kegiatan workshop tari di beberapa negara dan melakukan kerja-kerja kolaborasi dengan koreografer nasional-internasional. Dengan demikian penulis memahami betul seluk-beluk percaturan dunia tari kontemporer.

Lebih jauh dari itu, penulis memiliki perhatian khusus terhadap tubuh sebagai elemen utama tari kontemporer. Dari seluruh pembacaan penulis atas dunia tari kontemporer Indonesia, saya paling tertarik dengan pembahasannya tentang Habitus dan 3R (Re-Visiting, Re-Questioning, Re-Interpreting). Pembahasan ini membantu menjelaskan apa yang terjadi dengan tubuh pada dunia tari kontemporer Indonesia.

Berdasarkan teori habitus yang dikeluarkan Bourdieu, habitus merupakan pengalaman keseharian yang terserap tubuh tanpa disadari. Ada rutinitas yang membentuk kebiasaan diikuti nilai (norma) yang mendasarinya. Habitus merupakan prinsip generatif yang menubuh, terpasang dengan kebiasaan yang diatur, menghasilkan praktik yang cenderung mereproduksi keteraturan imanen dalam kondisi objektif produksi prinsip generatif mereka. Bourdieu meyakini bahwa asal-usul yang terbentuk dari lingkungan sosial memiliki pengaruh paling kuat pada pengetahuan (modal) seseorang. Pernyataan-pernyataan Bourdieu secara tersirat menegaskan bahwa habitus mempengaruhi individu dan masyarakat dalam melakukan tindakan.

Dalam konteks tari kontemporer Indonesia teori tersebut menyoroti dua pihak, yaitu individu seniman kreator dan masyarakat. Indonesia adalah sebuah bangsa yang tumbuh dengan kultur yang kuat dan beragam. Tubuh masyarakatnya adalah tubuh kultural. Tubuh-tubuh itulah yang menjadi pilar tari kotemporer Indonesia. Berkaitan dengan interaksi antara kedua pihak tersebut, penulis melihat ada tiga hal yang harus dilakukan kreator pada masyarakat. Pertama adalah re-visiting, mengunjungi kembali situs-situs kebudayaan, melalui riset, mengajak untuk memelihara kebudayaan asli Indonesia. Kedua adalah re-questioning, menanyakan kembali asal mula kebudayaan Indonesia. Dengan mengetahui dan memahami sejarah kebudayaan, maka proses pemeliharaan akan lebih mudah dan kondusif dilakukan. Ketiga adalah re-interpretating, menterjemahkan kembali kebudayaan dengan elemen-elemen kebaruan tanpa menghilangkan sama sekali tradisi aslinya. Hal ini juga adalah bentuk pemeliharaan kebudayaan yang dikondisikan dengan perkembangan zaman.


Penulis

Eko Supriyanto - Eko Supriyanto lahir di Kalimantan Selatan tahun 1970, dibesarkan di Magelang Jawa Tengah. Ia menempuh pendidikan strata 1 (S1) di Jurusan Tari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta, strata 2 (Master of Arts) tahun 2001 di Dance and Choreography, Department of World Arts and Cultures University of California Los Angeles (UCLA) Amerika, dilanjut S3 di Universitas Gajah Mada Yogyakarta tahun 2015 di bidang Kajian Seni Pertunjukan dan S3 bidang Penciptaan Seni di ISI Surakarta.

Eko adalah koreografer yang bereputasi internasional. Ia telah mengikuti berbagai festival tari kelas dunia seperti Indonesian Dance Festival 1993, American Dance Festival di New York tahun 1997, Asia Pasific Performance Exchange Programs 1998-1999 di Los Angeles dan sebagainya. Ia juga bekerja sebagai konsultan tari dalam karya Julie Taymore “Lion King”. Ia pun berkesempatan mengkoreografi dan mempertunjukkan produksi-produksi internasional utama termasuk Le Grand Macabre (Peter Sellars), Opera Flowering Tree in Vienna (John Adam), the Barbican Centre di London, Berlin Philarmonic, The Lincoln Center in New York, dan LA Phiharmonic, Lyn Dally Jazz Tap Ensemble Los Angeles. Tahun 2001 Eko berkesempatan terlibat sebagai penari dalam tur konser “Drowned World” penyanyi Madonna.

Kini Eko menjadi pengajar di Institut Seni Indonesia Surakarta sekaligus berkarir di bidang koreografi kontemporer bersama www.ekosdancecompany.com dan www.solodancestudio.org.

Daftar Isi

Sampul
Catatan Editor
Pengantar oleh Nirwan Dewanto
Bab I. Pendahuluan
Bab II. Tari Kontemporer : Peristilahan dan Gagasan Penciptaan
Bab III. Periodisasi Pencapaian Kreativitas Tari Kontemporer Indonesia
Bab IV. Lima Koreografer Tari Kontemporer Indonesia Periode 1990-2008
Bab V. Posisi Tari Kontemporer Indonesia Terkini
Bab VI. Perspektif Tari Kontemporer Indonesia
Bab VII. Kesimpulan
Kepustakaan
Glosarium
Tentang Penulis