Tampilkan di aplikasi

Spirit berdakwah di wilayah konflik

Majalah Hidayatullah - Edisi 02/XXXIII
31 Mei 2021

Majalah Hidayatullah - Edisi 02/XXXIII

Rubrik Serial Da'i edisi Juni 2021 / Foto : Suara Hidayatullah

Hidayatullah
“Ditolak ataupun diancam, itu sudah menjadi hal biasa bagi kader Hidayatullah.”

Tantangan berat dalam berdakwah sudah pernah ia rasakan, meski tak sebanding dengan tantangan yang dihadapi Nabi Muhammad SAW. Setidaknya, berdakwah di wilayah konflik Ambon, Maluku Utara serta Poso, Sulawesi Tengah sudah cukup menguji komitmennya dalam berjuang mensyiarkan agama Islam.

Adalah ustadz Muharram. Maka ketika ditugaskan untuk berdakwah di Sulawesi Selatan, ia diberi tiga pilihan tempat antara Bulukumba, Masamba, atau Pinrang. Karena di Bulukumba serta Masamba sudah ada pesantren Hidayatullah, ia lebih memilih Pinrang.

Waktu itu, memang belum terdapat apapun di Pinrang. Artinya, Muharram harus memulai semuanya dari nol. Pengalaman yang didapat dari berdakwah di wilayah konflik itu, pun menjadi bekal berharga baginya. Termasuk menjadi spirit dakwah dalam mengemban setiap amanah baru.

“Ditolak ataupun diancam, itu sudah menjadi hal biasa bagi kader Hidayatullah,” tegasnya kepada Suara Hidayatullah, beberapa waktu lalu.

Sembunyi-sembunyi

Dalam berdakwah, tentu ada suka dukanya. Begitu juga yang dirasakan Muharram tatkala berdakwah di dua wilayah konflik tersebut.

Kisah perjuangan pria kelahiran Seko, 8 Juni 1970 ini, bermula ketika ia mendapat amanah dari pimpinan pada tahun 2000. Dari Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, ia meninggalkan istri dan anak-anaknya menuju Ambon untuk berdakwah. Waktu itu, di Ambon tengah terjadi kerusuhan hebat yang memakan banyak korban jiwa.

Baca lengkap di Majalah Hidayatullah edisi Juni 2021
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI