Tampilkan di aplikasi

Buku Irfani hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

30 Tahun Muhammadiyah Cabang Depok (1952-1982)

Asal-usul, Tantangan, dan Pengembangan

1 Pembaca
Rp 75.000 21%
Rp 59.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 178.500 13%
Rp 51.567 /orang
Rp 154.700

5 Pembaca
Rp 297.500 20%
Rp 47.600 /orang
Rp 238.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Tujuan utama penulisan buku ini adalah mengingatkan kembali akan langkah-langkah pergerakan pengurus Muhammadiyah Depok pada saat periode pendiriannya. Namun, sayang isi penulisan ini tidak maksimal karena kekurangan bahan-bahan penulisan sebagai sumber informasi baik tertulis maupun lisan, karena arsip yang ada tinggal sedikit sekali, itu pun kebanyakan tentang Muhammadiyah Ranting Rawadenok dan sekitarnya. Sedangkan tokoh-tokoh pendiri yang penulis temukan hanya tinggal beberapa orang, itu pun sudah lupa apa yang dikerjakan pada masanya. Dalam rangka penulisan buku ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Maruf, Sdr. Djahrodin dan Sdr. Lailu Jamil, serta H. Ali Wartadinata yang telah membantu kelancaran penulisan. Akhirnya mengharapkan saran, kritik sehat, maupun tegur sapa dari semua pihak demi tercapainya penulisan yang lebih sempurna.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Nawawi Napih
Editor: Ali Wartadinata

Penerbit: Irfani
ISBN: 9786235929101
Terbit: Agustus 2022 , 162 Halaman










Ikhtisar

Tujuan utama penulisan buku ini adalah mengingatkan kembali akan langkah-langkah pergerakan pengurus Muhammadiyah Depok pada saat periode pendiriannya. Namun, sayang isi penulisan ini tidak maksimal karena kekurangan bahan-bahan penulisan sebagai sumber informasi baik tertulis maupun lisan, karena arsip yang ada tinggal sedikit sekali, itu pun kebanyakan tentang Muhammadiyah Ranting Rawadenok dan sekitarnya. Sedangkan tokoh-tokoh pendiri yang penulis temukan hanya tinggal beberapa orang, itu pun sudah lupa apa yang dikerjakan pada masanya. Dalam rangka penulisan buku ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Maruf, Sdr. Djahrodin dan Sdr. Lailu Jamil, serta H. Ali Wartadinata yang telah membantu kelancaran penulisan. Akhirnya mengharapkan saran, kritik sehat, maupun tegur sapa dari semua pihak demi tercapainya penulisan yang lebih sempurna.

Pendahuluan / Prolog

Pendahuluan
Penduduk Depok mayoritas beragama Islam, hanya sebagian kecil saja yang beragama Kristen. Tetapi walau hanya sebagian kecil, Kristen Depok terkenal ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan sampai ke Negeri Belanda. Agama Kristen masuk ke Depok dibawa oleh Cornelis Castelein, seorang warga negara Belanda keturunan Prancis, penganut agama Kristen Protestan yang sangat fanatik.

Cornelis Castelein datang ke Indonesia/Betawi pada tahun 1674. Mula-mula ia bekerja pada VOC, kemudian beralih menjadi pengusaha bidang pertanian. Ribuan hektare tanah dibeli disekitar Senen, Gambir, Serengseng dan terus berkembang sampai ke Depok. Tanah-tanah di sekitar Depok yang dibeli meliputi, Depok, Kampung Poncol, Kampung Parung Melela, Kampung Parung Belimbing, Kampung Lio, Kampung Jemblongan, Kampung Sengon, Kampung Pulo, Kampung Kekupu, Kampung Pitara, Kampung Rawadenok dan Kampung Parung Bingung. Tanah di sekitar Depok ini dibeli tujuannya untuk kepentingan missi Kristen dan menjadi tanah partikulier, kemudian Cornelis Casteleien membeli 150 budak.

Untuk mencapai tujuan misi ia mengangkat dua belas budak-budaknya, mereka dibina menjadi pengikut Kristen yang setia. Dalam rangka melaksanakan ibadah pada 28 Juni 1714 dibangun sebuah Gereja dan pada tahun itu juga Cornelis Casterlien meninggal dunia dan diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Jamaat Masehi Depok. Sesuai dengan amanatnya tanah tersebut dihibahkan kepada keduabelas budak-budaknya.

Dengan demikian statusnya berubah dari budak menjadi tuan tanah. Mereka tinggal di Depok, nama-namanya dirubah menjadi nama baru sebagai berikut: BACAS, JACOB, ISAKH, JONATHANS, JOSEPH, LAURENS, LEANDER, LOEN, SAMUAL, SOEDIRA, THOLENSE, dan ZADOHK. Sehariharinya mereka menggunakan bahasa Belanda. Mereka ini disebut Belanda Depok. Penduduk yang tinggal di kampungkampung, disebut orang kampung, mereka beragama Islam.

Hidup mereka tergantung sekali pada tuan tanah. Mereka banyak dibebani kewajiban yang berat-berat. Penduduk diwajibkan membayar sewa tanah. Petani diwajibkan membayar cukai, yaitu 1/5 bagian hasil panen dan diantarkan sendiri ke gudang tuan tanah di Depok. Selain itu juga penduduk diwajibkan kompenian dan pula wajib kemit walau hidup mereka terbilang miskin, mereka tetap berpegang teguh pada agama Islam, tidak seorang pun orang Islam yang ikut agama Kristen. Kecuali wanita-wanita yang dikawini dengan mereka dan ikut ke rumah bersama keluarganya.

Memasuki abad ke-20 Islam mulai bangkit. Hampir setiap kampung umat Islam membangun Masjid. Seperti Kampung Rawadenok, Masjid dibangun pada tahun 1905 oleh Melihun, di Kampung Kekupu pada tahun 1911 oleh Moon, Kampung Pitara tahun 1910, oleh Saman, Kampung Parungbingung tahun 1910 oleh Muhasyim dan Kampung Mampang, penduduk membangun Masjid tahun 1910 dipimpin oleh Syuair.

Di dalam diadakan pengajian, jamaah belajar membaca Al Qur’an, di samping itu belajar sifat dua puluh dan rukun Islam. Setiap hari Jum’at umat Islam berduyun-duyun datang ke Masjid untuk menunaikan shalat Jum’at dan mendengarkan khotbah Jum’at yang disampaikan oleh khatib dalam Bahasa Arab yang tidak dimengerti. Dalam suasana Islam baru mulai bangkit, muncul zending. Sejalan dengan keinginan Cornelis Casterlein, mereka membangun sekolah di Depok (sekarang SD Depok II Jln. Stasiun Depok) dan di Parungbingung (sekarang SD Parungbingung).

Sekolah di bangun untuk anak-anak pribumi, terutama ditujukan untuk anak-anak pribumi Islam. Di sekolah diperkenalkan agama Kristen oleh guru-guru yang terlatih, sejauh masa pendidik sekolah Kristen tersebut tidak ada satu orang anak pun yang ikut agama Kristen. Di waktu malam anakanak belajar membaca Al-Qur’an di rumah guru ngaji. Dalam belajar membaca Al-Qur’an baik anak-anak maupun orangorang dewasa, hanya diulang-ulang. Mereka tidak mengerti apa isi kandungan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Karena tidak mengertinya ayat-ayat Al-Qur’an ada yang dijadikan jimat ditulis dalam sebuah kertas atau kain. Ayat-ayat tersebut ditulis oleh Kiai untuk menjaga keselamatan pengguna jimat.

Setiap menghadapi bulan suci Ramadhan, bulan Sya’ban, dan bulan Ruwah, umat Islam melakukan upacara kenduri atau selametan dengan mengundang sanak keluarga para tetangga. Berdoa lalu makan-makan. Sebagian dari umat Islam berpendapat pintu ijtihad telah tertutup untuk selamalamanya. Dengan demikian, umat Islam di sekitar Depok tidak mengerti Islam sesungguhnya, mereka hanya, bertaklid kepada guru, atas apa yang diajarkan. Bagi wanita yang hamilnya telah mencapai tujuh bulan diadakan acara tujuh bulanan dalam acara itu dihadiri oleh sanak keluarga, guru ngaji membaca ayat suci Al-Qur’an atau maulid Nabi dan berdoa untuk keselamatan sang ibu dan anak yang dikandung, dalam acara itu disediakan pula sesaji berupa, tujuh macam rujak, kopi pahit, kopi manis, serta rokok untuk arwah orang tua yang sudah meninggal.

Selain itu, kebiasaan lama yang turun-temurun terus berjalan. Seperti misalnya adat sedekah (nyelametin) orang mati. Adat ini berupa ngesur tanah (selametan setelah selesai mengubur orang mati), selametan tiga hari, nujuh hari, empat puluh hari, nyeratus hari dan upacara hari ulang tahun kematian. Adat kebiasaan berasal dari pengaruh agama Budha atau Hindu yang biasa dilakukan adalah bila ada kematian, keluarga menyediakan sesaji kepada ruh yang telah mati pada hari-hari tersebut di atas. Bila tidak, ruh orang yang telah mati itu akan mengganggu salah seorang keluarga yang ditinggalkan yang masih hidup. Maka terjadilah apa yang disebut kesurupan, yaitu ruh orang yang mati tadi masuk ke dalam tubuh orang yang disurupi.

Adat menyedekahi orang mati yang dengan membuat sesaji yang ditujukan kepada orang yang telah mati. Caranya ialah menyediakan berbagai macam makanan, atau minuman dan ada berupa rokok kesenangannya si mati semasa masih hidup, ditaruh di dalam kamar. Menurut kepercayaan mereka, ruh si mati akan makan sari makanan yang disajikan itu.

Praktik seperti itu merupakan penyelewengan dari ajaran Islam yang sebenar-benarnya berdasarkan Al-Qur’an dan hadis Rasul.

Dari situ munculah K.H. M. Usman mendirikan Muhammadiyah Cabang Depok, sebuah perserikatan yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta, bertujuan tercapainya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya berdasarkan Al-Qur’an dan hadis, serta memberantas bid’ah, khurafat, syirik dan taqlid. Kemudian muncul pula M. Awab Usman dari Rawadenok, seorang modernis Islam di Depok dalam dakwahnya baliau selalu mengajak memberantas bid’ah, khurafat, syirik dan taklid serta kembali kepada ajaran Islam yang sebenar-benarnya yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunah Rasul. Karena adanya persamaan tujuan, keduanya bergabung bersama-sama dalam perserikatan Muhammadiyah memberantas bid’ah, khurafat, dan syirik dalam kalangan masyarakat Islam khususnya di Depok.

Penulis

Nawawi Napih - Penulis lahir di Rawadenok, Kota Depok, pada tanggal 4 Agustus 1941. Ia memiliki 5 orang anak (Pujiati Suhita, Hikmawati, Fatah Yasir, Rahmawati, dan Komariah), dan 4 orang cucu.

Riwayat Pendidikan: 1. Sekolah Rakyat Rawadenok tahun 1948, kemudian melanjutkan ke SR Parungbingung dan lulus tahun 1954; 2. Sekolah Menengah Ekonomi Harapan, 1954-1956 SMP Kristen Depok tahun 1956-1957; 3. Kursus Kader Penerangan Pramuka Kwarnas di Jakarta 1962; 4. Kursus Kader Masyarakat Bagian A (Umum) 1970 dan Kursus Kemasyarakatan Orang Dewasa tahun 1971.

Editor

Ali Wartadinata - H. Ali Wartadinata merupakan ketua PDM Kota Depok dan Pengajar di SMA Muhammadiyah 4 Depok. Ali merupakan penggerak literasi di sekolah tempatnya mengajar.

Daftar Isi

Cover Depan
Cover Dalam
Prelim - Identitas Buku
Lembar Persembahan
Kata Pengantar
Sambutan PDM Depok
Daftar Isi
Pendahuluan
Bab I - Asal-usul Berdirinya Muhammadiyah Cabang Depok
     KH. M. Usman Mendirikan Muhammadiyah Cabang Depok
Bab II - Asal-usul Muhammadiyah di Rawadenok dan Sekitarnya
     Terbentuknya Muhammadiyah Rawadenok dan Sekitarnya
     Awal Perkenalan dan Pemantapan
     Masalah Bid’ah
     Ustadz M. Awab Pindah Rumah
Bab III - Musyawarah Cabang Pertama Muhammadiyah Depok
     Pimpinan Ranting Muhammadiyah se-Cabang Depok
Bab IV - Dakwah Muhammadiyah di Depok;Reaksi dan Tantangan
     Reaksi H. Saprin
     Shalat Idul Fitri dan Idul Adha di Lapangan
     Mendirikan SD Muhammadiyah
     Kiai Abdul Halim Meresmikan Musholah Muhammadiyah Ranting Pulo
     Muhammadiyah Dituduh Memecah Belah
     Perjanjian Kerja Sama Antara Pemuda Muhammadiyah dan GP Ansor
     Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
     Reaksi Ketua DKM
     Majelis Ulama Desa Rangkepanjaya Dibentuk
Bab V - Muhammadiyah dan Partai Muslimin Indonesia
     Sejarah Partai Muslimin Indonesia
     Lambang Partai ‘Bulan-Bintang
Bab VI - Usaha Meningkatkan Gerakan Muhammadiyah Cabang Depok
     Penataran Guru-Guru
     Pengajian Ramadhan
     Ustadz M. Syamsudin Menggantikan Ustadz Awab dan Mendirikan SMP PELITA
Bab VII - Masjid Assalam Rawadenok Dibongkar
Bab VIII - Muhammadiyah dalam Pemilihan Kepala Desa
     Desa Pondok Cina
     Desa Kukusan
     Desa Rangkepanjaya
     Muhammadiyah Ranting Rawadenok Pecah
Bab IX - Gerak Langkah Pemuda Muhammadiyah Cabang Depok (1961-1982)
     Mendirikan Persatuan Sepak Bola
     Mendirikan Drumband
     Drumdband IPM
     Sekitar Aksi Pengganyangan G30S/PKI
     Front Pancasila
     Membela H. Amsir Kepala Desa Rangkepanjaya
     Rembuk Desa dan LSD
     Mengadakan Drama
     Muhammadiyah Cabang Depok menjadi Muhammadiyah Daerah Depok
Penutup
Daftar Sumber
Biografi Singkat
Cover Belakang

Kutipan

Bab I - Asal-usul Berdirinya Muhammadiyah Cabang Depok
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi massa Islam tertua yang sampai saat ini memiliki jutaan anggota di seluruh Nusantara bahkan di luar Indonesia. Ditilik dari segi etimologi, nama Muhammadiyah itu berasal dari kata bahasa Arab “Muhammad”, yaitu nama Rasullullah SAW yang membawa agama Islam dan Muhammadiyah berarti pengikut Nabi Muhammad. Organisasi Islam ini didirikan pada tanggal l8 November 1912 dan bertepatan dengan 8 Zulhijah 1330 oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kauman, Yogyakarta.

K.H. Ahmad Dahlan dilahirkan di Kampung Kauman 1 Agustus 1868 bertepatan dengan 12 Rabi’ul Akhir 1285 Hijriah. Ketika masih kanak-kanak bernama Muhammad Darwis. K.H. Ahmad Dahlan dilahirkan dari keluarga yang taat beragama Islam. Ayahnya bernama Kiai Haji Abubakar bin Kiai Haji Sulaeman. Menurut satu silsilah dari garis ayahnya ditelusur sampai Maulana Malik Ibrahim. Sebagaimana diketahui Maulana Malik Ibrahim yang juga dikenal Syekh Maghribi dalam sejarah dikenal sebagai mubalig pertama yang meyiarkan agama Islam di Pulau Jawa. Mula-mula ia menyebarkan agama Islam di Jawa Timur dengan cara yang bijaksana, penuh keramah-tamahan, sopan santun dan budi bahasa yang harus.