Tampilkan di aplikasi

Buku UGM Press hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Dua Menyemai Damai: Peran dan Kontribusi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam Perdamaian dan Demokrasi

1 Pembaca
Rp 80.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 240.000 13%
Rp 69.333 /orang
Rp 208.000

5 Pembaca
Rp 400.000 20%
Rp 64.000 /orang
Rp 320.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Kehadiran buku ini sangat tepat waktu dan pada momen yang sangat strategis, yaitu pada saat dunia internasional se dang meng alami masa paceklik narasi dan inspirasi mengenai co rak ke islaman yang damai, demokratis, dan berkeadaban. Bahkan, hingga tingkat tertentu, wacana keislaman di kancah re gio nal dan global justru didominasi oleh diskursus kekerasan, eks trem isme, dan sektarianisme yang dilakukan oleh sejumlah kelom pok yang mengatasnamakan Islam. Sebut saja feno mena ISIS di Ti mur Tengah dan ‘cabangnya’ di seantero pen juru dunia yang te lah menelan korban kemanusiaan begitu banyak. Di te ngah ke gers angan wacana keislaman yang damai, de mokratis, dan ber ke adaban inilah kiprah-kiprah kemanusiaan yang telah dilaku kan oleh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama perlu mendapat apre siasi yang lebih kuat dan luas terutama di kancah komunitas inter nasional.

Karena alasan itulah maka saya menyambut positif langkah yang dilakukan oleh tim peneliti dari PSKP UGM yang telah melakukan riset mendalam tentang peranan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam pembangunan perdamaian dan demokrasi di tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional. Hasil dari riset tersebut yang sekarang menjelma menjadi buku yang berada di tangan pembaca. Saya mengapresiasi setinggi-tingginya ikhtiar yang dilakukan oleh tim peneliti PSKP UGM yang berhasil menggali dan kemudian menarasikan salah satu mutiara bangsa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia: Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Kita semua tentu patut bersyukur bahwa bangsa Indonesia te-lah berhasil melampui sejumlah fase kritis dalam perjalanan ke-bangsaan dan kenegaraannya. Antara lain, mampu melintasi fase kritis Transisi Demokrasi yang dimulai sejak Gerakan Reformasi pada tahun 1998 hingga saat ini proses demokrasi Indonesia telah memasuki fase yang sering disebut oleh para pakar sebagai Konsolidasi Demokrasi. Saat ini Indonesia bahkan dikenal sebagai negara demokrasi dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Tentu saja proses Transisi Demokrasi maupun Konsolidasi Demokrasi tersebut tidak mungkin bisa berjalan dengan baik tanpa dukungan kuat dan luas dari Masyarakat Madani, khususnya yang berbasis keagamaan Islam di Indonesia. Seperti ditunjukkan dalam buku ini, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama sebagai pilar Ma-syarakat Madani memiliki peran dan kontribusi yang signifikan dalam mengawal proses transisi dan konsolidasi demokrasi yang damai tersebut. Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama merupakan ‘Dwi Tunggal’ organisasi Islam terbesar di Indonesia berdiri di ga-ris terdepan dalam mendorong proses reformasi dan mengawal cita-cita demokrasi hingga saat ini dan ke depan.

Dalam pandangan UGM, kedua organisasi Islam terbesar di Indonesia itu telah berkontribusi secara aktif dan positif terhadap pembangunan perdamaian dan demokrasi di Indonesia. Kontribusi keduanya dalam bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, ke se-hatan, ekonomi, kebencanaan, hingga ikhtiar resolusi konflik dan bina damai telah secara nyata dirasakan tidak hanya oleh masya-rakat Indonesia, namun juga oleh masyarakat di berbagai belahan di dunia. Spektrum kontribusi mereka telah melintasi batas-batas suku, budaya, agama, dan negara.

Universitas Gadjah Mada sebagai universitas nasional, uni-versitas perjuangan, universitas Pancasila, universitas ke rak yat an, dan universitas pusat kebudayaan tentu senantiasa ber ko mit men untuk turut, serta merawat dan mengembangkan nilai-nilai per-da maian dan demokrasi dalam masyarakat Indonesia dan dunia. Oleh karena itu, buku ini sangat gayut dengan komitmen UGM. Semoga dengan ini, kita dapat mempromosikan peranan Islam Indonesia dalam pembangunan perdamaian dan demokrasi di kancah nasional, regional, dan internasional sekaligus mengangkat Islam Indo nesia sebagai salah satu ‘model’ Islam yang selaras dengan nilai-nilai demokrasi dan perdamaian di kancah internasional

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Muhammad Najib Azca / Hairus Salim / Mohammad Zaki Arrobi / Budi Asyhari / Ali Usman

Penerbit: UGM Press
ISBN: 9786023863433
Terbit: April 2023 , 286 Halaman










Ikhtisar

Kehadiran buku ini sangat tepat waktu dan pada momen yang sangat strategis, yaitu pada saat dunia internasional se dang meng alami masa paceklik narasi dan inspirasi mengenai co rak ke islaman yang damai, demokratis, dan berkeadaban. Bahkan, hingga tingkat tertentu, wacana keislaman di kancah re gio nal dan global justru didominasi oleh diskursus kekerasan, eks trem isme, dan sektarianisme yang dilakukan oleh sejumlah kelom pok yang mengatasnamakan Islam. Sebut saja feno mena ISIS di Ti mur Tengah dan ‘cabangnya’ di seantero pen juru dunia yang te lah menelan korban kemanusiaan begitu banyak. Di te ngah ke gers angan wacana keislaman yang damai, de mokratis, dan ber ke adaban inilah kiprah-kiprah kemanusiaan yang telah dilaku kan oleh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama perlu mendapat apre siasi yang lebih kuat dan luas terutama di kancah komunitas inter nasional.

Karena alasan itulah maka saya menyambut positif langkah yang dilakukan oleh tim peneliti dari PSKP UGM yang telah melakukan riset mendalam tentang peranan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam pembangunan perdamaian dan demokrasi di tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional. Hasil dari riset tersebut yang sekarang menjelma menjadi buku yang berada di tangan pembaca. Saya mengapresiasi setinggi-tingginya ikhtiar yang dilakukan oleh tim peneliti PSKP UGM yang berhasil menggali dan kemudian menarasikan salah satu mutiara bangsa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia: Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Kita semua tentu patut bersyukur bahwa bangsa Indonesia te-lah berhasil melampui sejumlah fase kritis dalam perjalanan ke-bangsaan dan kenegaraannya. Antara lain, mampu melintasi fase kritis Transisi Demokrasi yang dimulai sejak Gerakan Reformasi pada tahun 1998 hingga saat ini proses demokrasi Indonesia telah memasuki fase yang sering disebut oleh para pakar sebagai Konsolidasi Demokrasi. Saat ini Indonesia bahkan dikenal sebagai negara demokrasi dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Tentu saja proses Transisi Demokrasi maupun Konsolidasi Demokrasi tersebut tidak mungkin bisa berjalan dengan baik tanpa dukungan kuat dan luas dari Masyarakat Madani, khususnya yang berbasis keagamaan Islam di Indonesia. Seperti ditunjukkan dalam buku ini, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama sebagai pilar Ma-syarakat Madani memiliki peran dan kontribusi yang signifikan dalam mengawal proses transisi dan konsolidasi demokrasi yang damai tersebut. Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama merupakan ‘Dwi Tunggal’ organisasi Islam terbesar di Indonesia berdiri di ga-ris terdepan dalam mendorong proses reformasi dan mengawal cita-cita demokrasi hingga saat ini dan ke depan.

Dalam pandangan UGM, kedua organisasi Islam terbesar di Indonesia itu telah berkontribusi secara aktif dan positif terhadap pembangunan perdamaian dan demokrasi di Indonesia. Kontribusi keduanya dalam bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, ke se-hatan, ekonomi, kebencanaan, hingga ikhtiar resolusi konflik dan bina damai telah secara nyata dirasakan tidak hanya oleh masya-rakat Indonesia, namun juga oleh masyarakat di berbagai belahan di dunia. Spektrum kontribusi mereka telah melintasi batas-batas suku, budaya, agama, dan negara.

Universitas Gadjah Mada sebagai universitas nasional, uni-versitas perjuangan, universitas Pancasila, universitas ke rak yat an, dan universitas pusat kebudayaan tentu senantiasa ber ko mit men untuk turut, serta merawat dan mengembangkan nilai-nilai per-da maian dan demokrasi dalam masyarakat Indonesia dan dunia. Oleh karena itu, buku ini sangat gayut dengan komitmen UGM. Semoga dengan ini, kita dapat mempromosikan peranan Islam Indonesia dalam pembangunan perdamaian dan demokrasi di kancah nasional, regional, dan internasional sekaligus mengangkat Islam Indo nesia sebagai salah satu ‘model’ Islam yang selaras dengan nilai-nilai demokrasi dan perdamaian di kancah internasional

Ulasan Editorial

"Di tengah-tengah padang sahara kekerasan, ekstremisme, sektarianisme dan kekacauan yang sedang melanda dunia lslam, kehadiran Islam Indonesia yang direpresentasikan oleh Muhammadiyah dan Nandlatul Ulama mampu menjadi oase dan kiblat baru bagi masa depan Islam di dunia. Peran kedua ormas Islam terbesar di dunia ini sangat penting diwartakan agar umat Islam tidak terus menerus berada di buritan peradaban. Buku ini secara apik menarasikan peran keduanya dalam bingkai perdamaian, kemanusiaan, dan demokrasi."

Ketua Umum PP Muhammadiyah 2000- 2005, Pendiri Maarif Institute for Culture and Humanity / Prof Dr Ahmad Syafii Maarif

"Indonesia punya dua karunia sejarah yang tak dimiliki bangsa mana pun lainnya. Pertama, para Bapak Bangsa memancangkan cita-cita peradaban mulia yang dirumuskan dengan sempurna dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945. Kedua, Indonesia punya aktor-aktor gerakan madani yang sungguh ikhlas berkomitmen pada cita-cita peradaban mulia itu dan tak kenal lelah merengkuh segenap warga Bangsa untuk memperjuangkannya, yaitu Muhammadiyah dan Nandlatul Ulama. Di tengah kemelut yang makin tak menentu hari-hari ini, dua hal itulah yang paling dibutuhkan Dunia. Dunia perlu berkaca pada Indonesia, pada Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, yang dinarasikan dengan cantik di buku ini."

Katib Aam Syuriah PBNU 2015-2020, Co-Founder Bayt ar Rahmah, Winston-Salem, Amerika Serikat / KH Yahya Cholil Staquf

"Lewat uraian yang sedemikian komprehensif dan penting, penulis berhasil membuktikan sebuah kenyataan dasar dari demokrasi di Indonesia: bahwa Muhammadiyah dan Nandlatul Ulama adalah pilar utama dari sebuah Islam berkeadaban yang menjamin dan melestarikan konsolidasi demokrasi di Indonesia. Bahkan, lewat aktivitas secemerlang ini, Muhammadiyah dan Nandlatul Ulama telah memberikan sebuah pelajaran penting untuk seluruh dunia tentang kompatibilitas Islam dan demokrasi di dunia moderen ini"

former Director Institute on Culture, Religion, and World Affairs (CURA), Boston University, Amerika Serikat / Prof Robert W Hefner

"Sumbangan unik buku ini ialah membongkar dan dan menjelaskan secara mendetail kontribusi Muhammadiyah dan Nandlatul Ulama dalam bina damai dan mengokohkan budaya demokrasi. Budaya Islam Indonesia yang moderat dan progresif memang penting, tetapi hanya bisa menjadi kekuatan transformasional jika digerakkan lewat masyarakat madani. Dalam hal ini, kedua ormas Islam yang tidak ada tandingan di seluruh dunia lslam ini memberi pelbagai sumbangan berharga pada setiap tingkat."

Chair in Global Islamic Politics, Deakin University, Australia / Prof Greg Barton

"Islam Indonesia adalah Islam wasathiyah, Islam jalan tengah yang inklusif, akomodatif, toleran dan damai. Muhammadiyah dan NU adalah lokomotif Islam Indonesia wasathiyah; keduanya tidak hanya merupakan jam7yah dakwah dan pendidikan, tapi Islamic-based civil society yang menjadi bridging and mediating force between state and society. Dengan begitu Muhammadiyah dan NU berperan instrumental dalam pembangunan civic culture dan civility yang memungkinkan tumbuhnya budaya politik damai dan demokrasi. Negara-negara Muslim lain beserta umat Islam masing-masing patut belajar dari Islam Indonesia wasathiyah dengan Muhammadiyah dan NU sebagai tulang punggungnya untuk membangun religio-politik yang damai dan berkeadaban."

CBE, UIN Jakarta dan anggota AIPI / Prof Azyumardi Azra

Pendahuluan / Prolog

Prakata
Riset ini diawali oleh perbincangan ringan bernada galau di suatu sore di sebuah café di Jalan Kaliurang pada pertengahan Agustus tahun lalu. Rangkaian panjang acara dalam rangka kenduri hari lahir Republik Indonesia baru saja usai, namun ruang dan diskursus publik kita telah kembali kusut oleh sengkarut sengketa gara-gara beda dukungan capres dan partai politik dan aneka konflik lainnya.

Belum lagi banjir bandang hoax dan gelombang fitnah yang mengarus tanpa henti di media sosial maupun media massa. Sehingga terpantik tanya dan sekaligus ide: tidak ada kah keping inspirasi berharga yang bisa dipersembahkan oleh bangsa ini bagi dunia? Masa’ narasi yang muncul dari negeri Katulistiwa nan kaya raya ini hanya rentetan cerita tentang pertikaian dan perselisihan atau akumulasi permusuhan dan kebencian yang menggunung dan memuncratkan amarah dan laknat belaka?

Lalu meletiklah ide tentang riset ini. Ihwal perlunya kita mengangkat narasi damai yang indah dan cemerlang yang telah dipahatkan oleh segenap anak bangsa dalam merawat dan membangun bangsa besar yang amat bhinneka ini; lebih dari seperempat miliar warga menghuni wilayah yang terbentang luas dari ujung Timur Papua hingga terdiri lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil, dengan aneka budaya, adat istiadat, bahasa dan agama. Bukan kelahirannya benar (sebagai Bangsa) yang menusuk kalbu; tapi bagaimana kebhinnekaan yang kaya raya itu bisa tetap bertahan dan terawat sebagai satu keutuhan dalam harmoni itu yang lebih menguras energi dan pengorbanan. Maka, perlahan muncullah gagasan riset yang akhirnya menjadi buku ini: mengumpulkan narasi-narasi kecil maupun besar yang dilakukan oleh berbagai actor yang terhimpun dalam dua ormas keagamaan Islam terbesar sejagat, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, yang bergerak di berbagai arena dan aras, yang akhirnya membentuk Islam yang berwajah Keindonesiaan, yang damai, demokratis dan berkadaban.

Di tengah krisis dan citra Islam yang buruk dan buram di pentas global, yang sebagian didominasi oleh tindakan kelompok ekstremisme kekerasan dan konflik sectarian berdarah berkepanjangan, maka seperti disampaikan oleh Buya Syafii Maarif di sampul belakang buku ini, “kehadiran Islam Indonesia yang dipresentasikan oleh Muhammadiyah dan NU mampu menjadi oase dan kiblat baru bagi masa depan Islam di dunia.” Mungkin, bagi sebagian orang, cara pandang seperti itu dianggap agak sentimentil. Namun Buya Syafii tidak sendirian. Sejumlah pakar dan peneliti yang rajin melakukan penelitian komparatif juga menemukan ‘isyarat’ yang sama. Catatan Prof. Robert Hefner dari Boston University, Prof. Greg Barton dan Deakin University, juga refleksi diplomat senior dari Munk School of Global Affairs di Universitas Toronto Scott Gilmore menemukan petikan inspirasi serupa.

Meski mengusung optimisme, kita tentu tak boleh terjatuh pada sikap romantik yang tidak kritis. Bahwa kenyatannya Islam di Indonesia, termasuk Muhammadiyah dan NU, masih jauh dari paripurna. Bahkan, seperti diperingatkan oleh sejumlah peneliti seperti Singh (2007) dan Menchik (2018) bahwa kita dikepung oleh gelombang radikalisme dan intoleransi yang bukan mustahil berujung pada menguatnya apa yang disebut Singh sebagai “Talibalization” atau, minimal, seperti kata Menchik, terjadinya “Democratic breakdown”.

Tulisan ini ingin ditutup dengan rasa syukur dan terima kasih. Banyak pihak telah berkontribusi bagi lahir dan hadirnya buku ini. Salah satunya adalah Prof. Pratikno, dosen senior dan mentor, yang meski sibuk sebagai ‘carik republik’ masih menyempatkan diri berdiskusi dan melecut adik-adiknya untuk terus menulis, meneliti dan berkarya. Tanpa dukungan dari Ketua MWA UGM ini proyek riset ini mustahil bisa dijalankan.

Dukungan berikutnya datang dari jajaran pimpinan UGM. Tanpa sikap terbuka dan dukungan penuh dari Rektor UGM Prof. Panut Mulyono, Wakil Rektor Dr. Paripurna P. Sugarda, Sekretaris Eksekutif Rektorat Dr. Gugup Kismono, dan Kepala BPP UGM Dr. Widodo dan jajarannya, penerbitan buku ini dan rangkaian acara peluncuran buku dan diskusi publik yang direncanakan tidak akan bisa terwujud.

Buku ini tidak akan lahir tanpa kerja keras tim peneliti dan asisten yang teguh dan tekun bekerja dalam sunyi. Meski waktu riset yang tersedia tidak panjang, kami beruntung mendapatkan tim peneliti dan asisten yang sangat berdedikasi, serta memiliki akumulasi pengetahuan yang berlimpah tentang topik yang dikaji. Maka proses riset berjalan dengan cepat, tentu juga karena dukungan para narasumber yang bermurah hati berbagi data dan narasi yang kaya kepada kami, baik melalui wawancara maupun FGD.

Tim dan pasukan kerja di PSKP UGM juga sangat penting mendukung proses dan irama kerja yang cepat dan spartan. Terima kasih kepada Bung ‘Kyai’ Munjid yang bersedia memimpin pasukan ketika saya ‘cuti umroh’, Bro Zaki yang selalu siap dengan tugas-tugas tak terduga, Bung Erich yang mengawal komunikasi publik, dan terutama sekali “Srikandi PSKP” yang sigap menuntaskan semua agenda, baik substantive maupun teknis: Mbak Arifah, Mbak Didien, Mbak Ayu, Mbak Aang, dan Mbak Indah. Juga Mas Parman, Mas Supri, dan Mas Slamet yang acap menemani lembur.

Di luar PSKP, kegiatan ini juga tidak akan lancar tanpa dukungan sebuah jamaah kecil di kampus Fisipol yang solid dalam ‘kerja dan guyon’. Matur nuwun Mas EAP, mas NPM, mas DA, mas BJ, dan mas Marto. Khusus dalam dalam persiapan penerbitan buku ini peran sobat lawas Mas Yahya tak tergantikan. Dengan sabar, telaten dan cerewet ia mengawal proses penerbitan buku yang ruwet dan detail. Terima kasih juga untuk mas Erwan dan mas Ipin yang menyumbangkan desan sampul yang keren.

Terakhir, ucapan terima kasih terbesar tentu disampaikan kepada Allah Swt yang telah membimbing kami dalam mengerjakan tugas-tugas kecil dalam merawat kewarasan dan keadaban kehidupan bersama ini. Juga kepada seluruh keluarga yang merelakan kami ‘absen’ dari sejumlah kewajiban kadang justru di saat-saat penting dan genting.

Akhirulkalam, semoga kontribusi kecil kami bagi ikhtiar merawat kehidupan bersama yang lebih baik ini membawa berkah dan manfaat.

Salam Damai dan Salam Sejahtera,
Muhammad Najib Azca
Ketua Tim Peneliti PSKP UGM

Penulis

Hairus Salim - peneliti dan penulis esai-esai sosial, budaya dan keagamaan. Basisnya berada di Yayasan LKiS dan Lumbung In-formasi Kebudayaan Indonesia (LIKE Indonesia), keduanya bertempat di Yogyakarta. Hairus Salim menyelesaikan pendidikan di ju rusan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga pada tahun 1994 dan pas casarjana jurusan antro pologi di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2004. Tulisan po puler maupun karya risetnya tersebar luar di berbagai me dia. Yang terbaru adalah Krisis Keistimewaan (2017, CRCS UGM, ditulis bersama Iqbal Ahnaf).
Mohammad Zaki Arrobi - dosen muda dan peneliti di Departemen So siologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Ia me-nyelesaikan studi masternya di Department of Sociology Uni-versity of Essex, UK pada tahun 2017 dengan beasiswa dari British Chevening. Sebelumnya, pada 2013 skripsinya tentang Islami sme dan gerakan mahasiswa meraih penghargaan Maarif Fellowship dari Maarif Institute, Jakarta. Zaki juga aktif sebagai pe neliti muda di Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian UGM. Ia intens terlibat dalam penelitian tentang multikulturalisme, int ol eransi, kekerasan, kewargaan, dan politik identitas. Bebe-rapa publikasinya, antara lain ‘Vigilantism as ‘Twilight Insti-tution: Islamic Vigilante Groups and the State in Post-Suharto Yogyakarta’ (2019), ‘The Making of Islamist-inspired Terrorism and Its Counter-Terrorism in Indonesia’ (2018), dan Trump Executive Order Will Spark Radicalization (2017). Selain aktif di dunia aka demik, Zaki juga pernah aktif di Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di UK dan kini bergiat dalam komunitas Ja ringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM).
Budi Asyhari - lulusan program master di Prodi Agama dan Lintas Budaya (CRCS), Sekolah Pascasarjana UGM. Sejak 2007 hingga sekarang, ia bekerja sebagai peneliti di almamaternya tersebut. Ia terlibat dalam banyak penelitian CRCS, dari isu agama, pem-bangunan perdamaian dalam keragaman, dan isu Papua. Be-berapa penelitian dan laporan tersebut misalnya adalah Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia sejak 2008 hingga 2012, Serial Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia: Politik Pendidikan Agama: Kurikulum 2013 dan Ruang Publik Sekolah (2014), Serial Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia: Politik Lokal dan Konflik Keagamaan: Pilkada dan Struktur Kesempatan Politik dalam Konflik Keagamaan di Sampang, Bekasi, dan Kupang (2015), dan Mutiara Terpendam Papua: Potensi Kearifan Lokal untuk Perdamaian (2015). Selain aktif di CRCS, ia pernah bergabung dalam tim redaksi Majalah Suara Muhammadiyah, dan hingga sekarang masih aktif dalam Tim Asistensi Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. Sekarang ia sedang menempuh studi S3 di Antropologi UGM. Ia dapat di-hubungi melalui budiasy@gmail.com.
Ali Usman - lahir di Sumenep, 20 April 1984. Menempuh studi S1 Aqidah dan Filsafat (2003–2007), S2 Agama dan Filsafat (2008–2010) di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Aktivitas sebagai dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran (STAISPA) dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, peneliti, editor buku, kolumnis/penulis di berbagai media cetak/online (koran, ma jalah, jurnal, dan beberapa judul buku). Bergiat di Jamaah Nahdliyin Yogyakarta (JNY), SMP Bumi Cendekia, PWNU DIY, dan lain-lain.

Daftar Isi

Sampul
Prakata Editorial
Kata Pengantar Rektor Universitas Gadjah Mada
Endorsement
Ringkasan Eksekutif
Executive Summary
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan: Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam Bingkai Demokrasi dan Perdamaian
     A. Tesis: Islam, Demokratisasi dan Perdamaian di Indonesia
     B. Bingkai Teoretis: Demokrasi dan Perdamaian
     C. Tiga Argumen
     D. Konteks: Muhammadiyah dan NU di Arena Kontestasi
Bab 2 Menyemai Damai, Demokrasi dan Keadaban: Narasi Muhammadiyah, dari Lokal hingga Global
     A. Kilasan Sejarah Muhammadiyah
          1, Merintis Kemerdekaan dengan Pendidikan
          2. Fatsun Politik Muhammadiyah
          3. Muhammadiyah dan Perdamaian Dunia
          4. Muhammadiyah: Pengayom dan Pemersatu Umat
     B. Mengawal Reformasi dan Merawat Demokrasi
          1. Mendorong Suksesi Nasional
          2. Mengawal Reformasi Damai
          3. Merawat Demokrasi Berkeadaban
     C. Pendidikan
          1. Kristen-Muhammadiyah dan Pendidikan Interreligius
          2. Pendidikan Perdamaian dan Demokrasi
          3. Narasi Perdamaian dari Anak Muda dan Perempuan Muhammadiyah
     D. Filantropi
          1. Wujud Filantropi Muhammadiyah
          2. Aksi Filantropi di Level Regional dan Internasional
     E. Advokasi Minoritas dan HAM
          1. Advokasi Minoritas dan HAM: Struktural dan Kultural
     F. Bina Damai dan Rekonsiliasi Konflik
          1. Muhammadiyah Sebagai Juru Damai Bangsa
          2. Bina Damai di Kancah Regional dan Internasional
          3. Agen-Agen Perdamaian Muhammadiyah
     G. Reformasi Tata Kelola SDA dan Agraria
          1. Peranan Muhammadiyah dalam Reforma Agraria
          Untitled
          2. Jihad Konstitusi dan Fikih Air
     H. Simpul Penutup
Bab 3 Menyemai Damai, Demokrasi dan Keadaban: Narasi Nahdlatul Ulama, dari Lokal hingga Global
     A. Kilasan Sejarah NU
     B. Beberapa Pemikiran NU Kontemporer
          1. Kedudukan Perempuan
          2. Islam Nusantara
          3. Fikih Disabilitas
          4. Lingkungan dan Sumber Daya Alam (SDA)
     C. NU dan Transisi Demokrasi Era Reformasi 1998
          1. Gus Dur dan Reformasi Damai
          2. Rekonsiliasi Kultural
     D. NU dan Filantropi
          1. NU Care-LAZISNU
          2. Koin NU
          3. NU Peduli dan LPBI NU
     E. Pengembangan Pendidikan NU dan Pendidikan Nasional
     F. Membela Minoritas
          1. Banser dan Pengamanan Rumah Ibadah
          2. Pembelaan Minoritas
     G. Inisiatif-Inisiatif Perdamaian Nasional dan Global
          1. Meredam Arus Ekstremisme Keagamaan: Peran NU-Online
          2. Isu Israel dan Perdamaian Global
          3. Inisiatif Perdamaian Global
     H. Simpul Penutup
Bab 4 Penutup: Narasi Damai dan Nusantara untuk Dunia
     A. Dua Menyemai dan Merawat Demokrasi
     B. Dua Menyemai dan Merawat Damai
     C. Narasi Damai di Padang Sahara
     D. Rekomendasi Kebijakan
          1. Menyangkut Hubungan Muhammadiyah dengan Nahdlatul Ulama
          2. Menyangkut Hubungan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dengan Organisasi Islam Lainnya
          3. Menyangkut Hubungan antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dengan Umat Non-Muslim
          4. Menyangkut Hubungan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dengan Pemerintah
Daftar Narasumber
Daftar Pustaka
Biografi Singkat