Tampilkan di aplikasi

Buku Kanaka hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Sesruput Kopi Mantra

1 Pembaca
Rp 59.000 19%
Rp 48.000
Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Sesruput Kopi Mantra mengandung makna seteguk rasa tentang SMP Negeri 9 Tarakan yang ditebarkan oleh tiga orang guru melalui guratan pena mereka. Mereka mencurahkan pendapat, perasaan, hasrat, keinginan, cita cita dan harapan sebagai insan-insan yang menghidupi mantra, mutiara dari tarakan utara yang adalah sekolah itu sendiri. SMP Negeri 9 Tarakan menyebut dirinya mutiara dari Tarakan Utara.

Tiga orang penulis ini masing masing mengkontribusikan 40 puisi dalam buku ini. Dengan estimasi jumlah kata isi dan kata fungsi 12.276 dari awal hingga akhir, kata-kata isi yang digunakan tentu dapat dianalisis, kata apa yang paling dominan sehingga dapat dianggap sebagai tema yang tanpa sadar mereka usung dalam buku ini.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Alfarisma Melandika / Astuti / Syamsu Rijal

Penerbit: Kanaka
QRSBN: 623690969499
Terbit: Mei 2022 , 158 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Sesruput Kopi Mantra mengandung makna seteguk rasa tentang SMP Negeri 9 Tarakan yang ditebarkan oleh tiga orang guru melalui guratan pena mereka. Mereka mencurahkan pendapat, perasaan, hasrat, keinginan, cita cita dan harapan sebagai insan-insan yang menghidupi mantra, mutiara dari tarakan utara yang adalah sekolah itu sendiri. SMP Negeri 9 Tarakan menyebut dirinya mutiara dari Tarakan Utara.

Tiga orang penulis ini masing masing mengkontribusikan 40 puisi dalam buku ini. Dengan estimasi jumlah kata isi dan kata fungsi 12.276 dari awal hingga akhir, kata-kata isi yang digunakan tentu dapat dianalisis, kata apa yang paling dominan sehingga dapat dianggap sebagai tema yang tanpa sadar mereka usung dalam buku ini.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Buku ini adalah buku pertama dalam serial Buku Antologi Puisi SMP Negeri 9 Tarakan yaitu 1) Sesruput Kopi Mantra ditulis oleh Alfarisma Melandika, Astuti dan Syamsu Rijal, 2) Arti Kesendirian diulis oleh Dayana Mandasari, Ludia Padang Zakaria dan Suhartini, dan 3) Duhai Engkau Lelakiku ditulis oleh Azizah, Juhaema, Nuraini, dan Puji Nita Herawati.

Sesruput Kopi Mantra mengandung makna seteguk rasa tentang SMP Negeri 9 Tarakan yang ditebarkan oleh tiga orang guru melalui guratan pena mereka. Mereka mencurahkan pendapat, perasaan, hasrat, keinginan, cita cita dan harapan sebagai insan-insan yang menghidupi mantra, mutiara dari Tarakan Utara yang adalah sekolah itu sendiri. SMP Negeri 9 Tarakan menyebut dirinya mutiara dari Tarakan Utara.

Tiga orang penulis ini masing masing mengkontribusikan 40 puisi dalam buku ini. Dengan estimasi jumlah kata isi dan kata fungsi 12.276 dari awal hingga akhir, kata-kata isi yang digunakan tentu dapat dianalisis, kata apa yang paling dominan sehingga dapat dianggap sebagai tema yang tanpa sadar mereka usung dalam buku ini. Survey sederhana dengan menggunakan fitur find didapatkan hati sebanyak 216 kali dalam buku ini, sedangkan beberapa kata yang dipilih seperti kopi tampil 14 kali, cinta tampil 33 kali, bahagia tampil 24 kali, air mata tampil 11 kali, dan sengsara hanya muncul sekali. Dari sedikit kata yang disurvey didapat kesimpulan, meski tidak terlalu akurat, bahwa buku ini bernuansa positif.

Buku ini menebarkan kabar baik, sesruput tapi melegakan, layaknya kopi mantra. Saya tidak akan mengulas judul demi judul karena akan menghabiskan separoh buku untuk melakukannya. Baik kita mengambil sedikit waktu untuk berefleksi dengan berguru pada sang guru. Dua orang analis puisi senior yaitu Suminto A Suyuti dan Rachmat Djoko Pradopo setidaknya dapat dijadikan sumber pembelajaran. Dari mereka mari kita belajar melalui sinopis beberapa pemikirannya.

Suyuti menegaskan bahwa penyair adalah seseorang yang secara total menghanyutkan diri dalam telaga kehidupan. Dengan bekal kejujuran nuraninya, penyair selalu menghayati dan memberi kesaksian atas hidup, hidup jiwanya yang personal dan hidup kewadagannya yang komunal. Oleh karena itu apa yang diungkapkan dalam puisi tidaklah terbatas pada pengalaman-pengalaman personal, tetapi juga berbagai persoalan kehidupan sosial, yang semuanya diupayakan sampai pada apa yang disebut the ultimate reality. Penyair adalah orang yang berkesadaran bahwa anugerah dan hikmah kehidupannya bukanlah untuk diri sendiri, melainkan untuk orang lain juga. Dari sisi ini kita dapat menemukan bahwa 120 judul yang diguratkan juga menunjukkan sumber inspirasi, bahkan secara tekstual terungkap, dari puisi - puisi mereka berasal dari diri sendiri dan dunia sosial disekitar mereka.

Penulis

Alfarisma Melandika - Alfarisma Melandika, S.Pd., dilahirkan dan dibesarkan di Nganjuk, salah satu kabupaten di Jawa Timur. Pernah mengajar di Mts Al-Huda Gondang, Nganjuk dan SMTI Yogyakarta. Saat ini ia menjadi tenaga kependidikan di SMP Negeri 9 Tarakan. Bagi penulis, menulis puisi merupakan ungkapan hati dan perasaan, baik yang dirasakan penulis sendiri maupun yang dirasakan oleh orang lain. Mottonya adalah jangan pernah berhenti untuk belajar karena hidup tak pernah berhenti mengajarkan.

Begitupun dengan menulis, penulis ingin terus belajar hingga akhir hayat dengan cara menulis, menulis, dan menulis, walaupun hasilnya masih jauh dari kata sempurna dan tak seindah penulis-penulis lain. Kumpulan puisi ini merupakan karya pertamanya. Puisi-puisi ini tercipta dari ungkapan hati dan perasaan penulis serta yang ditemui penulis seperti kasih sayang ibu, bapak, dan pasangan, tentang kehidupan, persahabatan, pahlawan, guru, kondisi negara, alam, dan harapan penulis. Karya ini masih jauh dari kesempurnaan, harapan penulis agar pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun un.
Astuti - Astuti, S.Pd. dilahirkan di Cilellang salah satu Desa di Kecamatan Mallusetasi Kab. Barru. Ia adalah anak dari pasangan Bapak M. Saleh dan Ibu Hj. Saddia, merupakan anak 1 dari 3 bersaudara, dan saat ini ia bekerja di SMPN 9 Tarakan sebagai Guru Bimbingan Konseling sejak Tahun 2011. Pendidikan terakhirnya adalah S.1 Bimbingan Konseling. Ia tinggal di Jalan Pangeran Aji Iskandar, Perum Korpri RT. 7, Juata Permai Kec. Tarakan Utara.

Kata Mutiara :“Tak peduli bagaimana buruknya hari kemarin dan perasaanmu hari ini, Bangun, Dandan , Senyum, dan Mulailah Kembali”. “Sabar meringankan, Syukur menambahkan, Dzikir menenangkan, dan Doa menguatkan”.

Mulai belajar menulis bersama dengan rekan-rekan guru di SMP Negeri 9 Tarakan, penerbitan buku ini adalah yang pertama dimana ia berkonstrubusi dalam penulisan puisi. Ia dapat di hubungi Hp. 085332452422 atau melalui Surel astutisyarif08@gmail.com
Syamsu Rijal - Syamsu Rijal, S.Pd, Lahir di Barru, Lipukasi Kab. Barru, Anak dari pasangan Bapak Saharuddin dan Ibu Marhama. Merupakan anak 3 dari 3 bersaudara, Saat ini ia bekerja di SMPN 9 Tarakan sebagai Guru Bimbingan Konseling sejak Tahun 2011 sampai hingga sekarang, Pendidikan terakhir adalah S.1 Bimbingan Konseling, Ia tinggal di Jalan Sebengkok Tiram RT. 33 No. 11, Kel. Sebengkok, Kec. Tarakan Tengah.

Kata Mutiara : “Berbuat baiklah tanpa perlu alasan” Mulai belajar menulis bersama dengan rekan-rekan Guru di SMP Negeri 9 Tarakan, ini bukan pertama dimana ia berkonstribusi dalam penulisan puisi, dia dapat dihubungi di 08115306292 atau syamsurijal171984@gmail.com

Daftar Isi

Cover
Pengantar: Kepala SMP Negeri 9 Tarakan
Pengantar: Pengolah Kata
Daftar Isi
Puisi Puisi Alfarisma Melandika
     Untuk Sahabat
     Wanita itu Ibuku
     Aku ingin, tapi tak ingin
     Nyanyian Rindu
     Selamat Jalan Ayah
     Rinduku Padamu
     Hujan
     Bila Waktu Telah Berakhir
     Bila Waktu Telah Tiba
     Lelaki-Lelaki Berdasi Pink
     Menanti Jawabmu
     Catatan Kalbu
     Sarabba Mantra
     Kisah Sebotol Sarabba
     Merpati Putih
     Kabar Burung
     Perjalanan Cinta
     Penantianku
     Pahlawanku
     Apa Kabar Indonesia
     Hujan Pagi Ini
     Hampa
     Jangan Salahkan
     Gadis Kecil dan Hujan
     Pentas Burung Gagak
     Kini Tak Lagi Sama
     Dunia Ini Fana
     Aku Bukan Pujangga
     Ketika Alam Murka
     Hujan Tak Pernah Bohong
     Purnama
     Perempuan dalam Jelaga
     Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
     Sajak Putih
     Pejuang Masa Depan
     Pada Manusia Sombong
     Lelaki Bermata Senja
     Pelita dalam Kelam
     Yang Kau Pilih
     Melukis Pelangi
     Tentang Rasa
     Tentang Penulis
Puisi Puisi Astuti
     Belahan Jiwa
     Tuhanku
     Kasih Ayah Ibu
     Malaikatku
     Bidadariku
     Kepergianmu
     Biarkan Aku
     Rinai
     Hadirmu
     Aku Padamu
     Kenapa Harus Ada
     Realita Kehidupan
     Suara Hati
     Ketegaran Hati
     Penantian
     Bingkai Kehidupan
     Entah
     Terima Kasih
     Aku
     Katanya
     Maafkan Hati
     Lembaran Usang
     Malaikat Tak Bersayap
     Ketajaman Bertutur
     Aku Bukanlah Lampu
     Si Jago Merah
     Sebuah Keputusan
     Rahasia Hati
     Terjerat Pesonamu
     Akhir dari Mimpi
     Ibu, Aku Rindu
     Kerinduan yang Mendalam
     Terlalu Istimewa
     Rapuh
     Siang Ini
     Menata Hati
     Ku Tahu
     Tegar
     Belajar Lupa
     Desaku
     Padamu Luka
     Tentang Penulis
Puisi Puisi Syamsu Rijal
     Andai
     Ibuku
     Keluarga Semangatku
     Matahariku
     Sayapku
     Kebersamaan
     Teman Hidup
     Kuda Besi
     Rindu
     Curahan Hati
     Perjuangan
     Menanti
     Sahabat
     Paket Ajaib
     Kopi Mantra
     Penantian Tak Bertepi
     Malam Terakhir
     Malam Minggu
     Bunga Desa
     Uang
     Surga Dunia
     Kotak Online
     Bubur Ayam
     Topeng Kehidupan
     Ruang Rapat
     Pelindung
     Kemenangan
     Belum Rezeki
     Nikmat Tuhan
     Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
     Jodohku
     Pahlawan
     Kemenangan yang Tertunda
     Masih ada Harapan
     Pembaca Puisi Pahlawan
     Terpenjara
     Bingkisan Biru
     Senam Mantra
     Rumah Tua
     Satu Hati
     Sedarah
     Alam Bertabur Bintang
     Andai
     Mungkin Tidak Mungkin
     Jalan Panjang
     Hati Hati Hati
     Hujan
     Tentang Penulis
Cover Belakang