Ikhtisar
Zikir, doa, tahlil dan sejumlah amal ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt sering kita lakukan. Tetapi apakah dari semuanya itu mampu mewujudkan kemanfatan yang bisa dirasakan?Amal ibadah yang baik butuh ilmu pengetahuan yang baik dan sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang bermanfaat secara praktis. Dari cara praktis itulah kita semua mampu mengambil manfaat keilmuwan sesuai pedoman yang dianjurkan. Buku ini merupakan anjuran yang baik untuk diamalkan sehingga ibadah yang kita amalkan benar-benar memberikan manfaat yang nyata.
Pendahuluan / Prolog
Mukadimah
Segala puja dan puji bagi Allah Swt, Rabb semesta alam. Seraya memanjatkan rasa syukur yang tak terhingga ke hadiratNya, dan berkat qudrat dan iradat-Nya serta izin-Nya, kami dapat memulai penulisan buku ini. Ya Allah, Engkau telah memberikan rahmat dan karunia berupa iman, takwa dan tawakal kepada-Mu yang tiada taranya. Semoga segala nikmat yang Engkau berikan ini dapat kami gunakan di jalan yang Engkau ridhai. Âmîn yâ rabbal-‘âlamîn!
Salam sejahtera semoga dilimpahkan Allah Swt atas Nabi Muhammad Saw, hamba-Nya, dan manusia pilihan-Nya, yang terpancar sinar kenabian dari wajahnya dan terungkap kebesaran Al-Haqq dalam kepribadiannya. Juga atas keluarga dan para sahabat beliau yang telah berjuang dengan susah payah, penuh penderitaan dan pengorbanan, serta untuk seluruh pengikut beliau, para ikhwan dan akhwat yang senantiasa berupaya menghayati dan mengamalkan Metode Dakwah Al-Hikmah di mana saja mereka berada.
Teriring doa kami untuk para sahabat (ikhwân fillâh) yang telah menyumbangkan tenaga, pikiran, fasilitas serta dana untuk mendukung penyelesaian penulisan buku ini, mogamoga Allah memberi balasan yang lebih baik di dunia maupun sebagai deposito akhirat atas segala amal mereka itu. Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak H. Permana Sasrarogawa, Syaikh Riva’i Dt. Indo Maradjo, Syaikh Abdullah Sulaiman Hasyim, K.H. Abdurrahman Siregar, H. Nasir Adnin, istri kami tercinta, Jusmaniar, dan para sahabat kami, Rinaldi Sri Herlambang, S.E., Irawan Noer dan Ade Hermawan.
Kehadiran manusia di muka bumi memiliki tujuan dan misi tersendiri. Tujuan eksistensialnya adalah mengagungkan Allah Swt, pencipta langit, bumi dan segala makhluk yang ada di dalamnya. Sedangkan misi otentiknya adalah memakmurkan bumi dan membangun peradaban. Di hadapan Allah, manusia adalah hamba-Nya, sementara di hadapan makhluk yang ada di muka bumi, manusia adalah Khalifah-Nya. Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada ilah (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingat-Nya. (Qs an-Naml: 62).
Demikianlah janji Allah, Dia senantiasa menghilangkan kesulitan yang dihadapi hamba-Nya. Namun terkadang, manusia lupa akan segala nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya itu. Karena itulah Allah memerintah manusia agar senantiasa berzikir kepada-Nya. Maksud pertama dari perintah Allah kepada manusia untuk berzikir kepada-Nya ialah agar Allah menguasai (men-take over) segala urusan mereka. Dengan begitu, orang yang beriman akan terhindar dari berbagai kesulitan serta mampu keluar dari krisis dan konflik kehidupan yang dihadapinya.
Riwayat panjang kehidupan manusia di muka bumi ini senantiasa diwarnai dengan berbagai konflik yang berkepanjangan. Krisis demi krisis terus menghantui kehidupannya. Umat Islam di Indonesia sebagai anggota masyarakat dunia juga menghadapi tantangan yang sama.
Selama berabad-abad, bangsa yang besar ini bagai buih yang dihempaskan gelombang ke segala arah, tanpa peran yang berarti. Berbagai krisis yang dihadapi manusia berpangkal dari lemahnya sumber daya insani (SDI) yang ada. Umat Islam Indonesia, sebagai warga mayoritas di Indonesia, aset terbesarnya sekarang ini adalah sumber daya insani (SDI). Ironisnya, sampai kini, SDI justru sekaligus merupakan kekurangan yang terbesar pula. Tidak sedikit kita melihat sarjana yang menganggur, karena memang SDI kita belum dikembangkan sebagaimana mestinya. Sekalipun, belakangan ini orang makin gencar membicarakan soal pengembangan SDI, namun belum terlihat upaya serius untuk mengembangkan aset SDI itu dengan arah dan tujuan yang jelas.
Maka wajar saja, kalau pada saat industri dan lapangan kerja membutuhkan tenaga kerja terampil, kita malah menyaksikan banyaknya pengangguran. Sebagian besar peluang kerja yang dapat diraih umat Islam saat ini barulah sebagai tenaga kasar atau buruh yang dibayar dengan upah tidak memadai. Namun sayangnya, belum terlihat keinginan untuk menggali potensi yang tersembunyi di dalam diri seseorang. Islam tidak mengajarkan pemeluknya tertidur dan terlena dalam lamunan zaman, apalagi menyerah kepada keadaan.
Daftar Isi
Sampul
Mukadimah
Daftar Isi
Bab I: Kekuatan Pribadi
Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Quwwatul-Insâniyyah
Qalb Insan tiada Tetap
Hubungan Ilmu, Akal dan Hati
Membangun Kekuatan Iman
Memanfaatkan Kekuatan Spiritual
Enam Langkah Membangun Kekuatan Spiritual
Bab II Manajemen Waktu
Memahami Watak Kehidupan
Menyingkap Tirai Malam
Menata Waktu Berporos Zikir
Bab III: Manfaat Zikir
Pengertian Zikir
Tafakkur
Keutamaan Tafakkur
Keutamaan Tilawah Al-Quran
Menyambut Bacaan Al-Quran
Bab IV: Fadhilah Mengingat Allah
Dalil-dalil Dzikrullâh
Faedah-faedah Dzikrullâh
Metode Zikir
Jenis-jenis Zikir
Tata Tertib Mengingat Allah
Berzikir dengan Lafal Mufrad
Waktu-waktu yang Utama
Bab V: Penghayatan Asma’ul-Husna
Menyebar Kasih Sayang
Integrasi Tauhid Rubûbiyyah, Ulûhiyyah dan ‘Ubûdiyyah
Memenuhi Kebutuhan Pokok Manusia
Asma’ul-Husna
Aplikasi Zikir dalam Kehidupan
Menjalin Silaturrahim
Bab VI: Sujud Berserah Diri
Senantiasa Muraqabah
Selalu Taqarrub
Hidupnya Penuh Cinta
Bab VII: Respons Zikir
Teknik Zikir sebagai Hasil Ijtihad
Dalil Sahnya Ijihad para Sufi
Rahasia Posisi Zikir
Puncak Zikir dalam Shalat
Keutamaan Tahlil
Makna Tahlil
Pengaruh Tahlil dalam Pembinaan Umat
Hasil Penghayatan dan Pengamalan Tahlil
Indeks
Daftar Pustaka
Tentang Penulis