Tampilkan di aplikasi

Buku Media Publikasi Kita hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Mental Toughness Training Circle (MTTC): Teori dan Praktik

1 Pembaca
Rp 105.000 10%
Rp 95.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 285.000 13%
Rp 82.333 /orang
Rp 247.000

5 Pembaca
Rp 475.000 20%
Rp 76.000 /orang
Rp 380.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Dalam olahraga kompetitif, mengandalkan kemampuan fisik semata dipandang tidak cukup untuk modal berprestasi. Banyak aspek yang berjalin-berkelindan di dalamnya dan hal tersebut mempengaruhi performa serta prestasi atlet di lapangan. Secara umum, terdapat empat aspek yang dominan dalam kaitannya dengan capaian prestasi atlet, yaitu kualitas fisik, teknik, taktik, serta mental. Tiga aspek yang pertama, yaitu fisik, teknik, dan taktik mendapat perhatian luar biasa besar dari para pelatih. Itu sebabnya, legenda renang asal Australia, Elka Graham, mengatakan: “In training everyone focuses on 90% physical and 10% mental, but in the races its 90% mental because there’s very little that separates us physically at the elite level.” Apa yang dikatakan perenang Australia tersebut bukan lah “isapan jempol” karena petenis profesional Amerika, Alexandra Stevenson, juga menyatakan bahwa: “Mental toughness is 90 percent of the game.” Meskipun memberikan pengaruh yang paling besar dalam hasil suatu pertandingan, sayangnya, latihan mental kerap dilupakan (baca: diabaikan). Buku yang ada di tangan Anda ini dapat menjadi pengantar dalam memahami aspek mental atlet serta cara memberikan latihan mental yang sitematis. Model latihan mental yang ada dalam buku ini disebut dengan MTTC dan menjadi model baru di dunia tentang program latihan mental untuk atlet.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Miftah Fariz Prima Putra / Evi Sinaga / Rodhi Rusdianto Hidayat / Ipa Sari Kardi / Ermelinda Yersin Putri Larung

Penerbit: Media Publikasi Kita
ISBN: 9786230954818
Terbit: September 2023 , 277 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Dalam olahraga kompetitif, mengandalkan kemampuan fisik semata dipandang tidak cukup untuk modal berprestasi. Banyak aspek yang berjalin-berkelindan di dalamnya dan hal tersebut mempengaruhi performa serta prestasi atlet di lapangan. Secara umum, terdapat empat aspek yang dominan dalam kaitannya dengan capaian prestasi atlet, yaitu kualitas fisik, teknik, taktik, serta mental. Tiga aspek yang pertama, yaitu fisik, teknik, dan taktik mendapat perhatian luar biasa besar dari para pelatih. Itu sebabnya, legenda renang asal Australia, Elka Graham, mengatakan: “In training everyone focuses on 90% physical and 10% mental, but in the races its 90% mental because there’s very little that separates us physically at the elite level.” Apa yang dikatakan perenang Australia tersebut bukan lah “isapan jempol” karena petenis profesional Amerika, Alexandra Stevenson, juga menyatakan bahwa: “Mental toughness is 90 percent of the game.” Meskipun memberikan pengaruh yang paling besar dalam hasil suatu pertandingan, sayangnya, latihan mental kerap dilupakan (baca: diabaikan). Buku yang ada di tangan Anda ini dapat menjadi pengantar dalam memahami aspek mental atlet serta cara memberikan latihan mental yang sitematis. Model latihan mental yang ada dalam buku ini disebut dengan MTTC dan menjadi model baru di dunia tentang program latihan mental untuk atlet.

Pendahuluan / Prolog

Pendahuluan
Latar Belakang Presiden Jokowi sudah merestui Papua sebagai Provinsi olahraga. Dengan demikian, Papua akan menjadi barometer dalam hal pembinaan olahraga nasional. Secara infrastruktur relatif tidak ada masalah karena venues megah telah berdiri dengan standar nasional hingga internasional paska PON ke-XX 2021. Itu artinya, tempat berlatih sudah tersedia dengan sangat baik. Pertanyaannya kemudian, bagaimana dengan atletnya? Berdasarkan pengalaman Kami di lapangan, terutama atlet tingkat remaja, acapkali atlet tampak tergesa-gesa, cemas, dan tidak fokus dalam pertandingan/kejuaraan level nasional. Semangat bertandingnya turun saat berada di event besar. Padahal, ketika berlatih terlihat sangat siap bertanding, namun saat hari “H” semua itu berubah. Selain itu, terdapat pula atlet yang mengalami “kesurupan” dan jumlah serta frekuensinya meningkat ketika mendekati event nasional digelar. Itu sebabnya, tidak mengherankan jika terjadi tren penurunan prestasi dari atlet remaja tersebut di tingkat nasional. Data 2013 hingga 2021 menunjukkan terjadi degradasi prestasi hingga pernah tanpa medali emas satupun (Guntoro et al., 2020). Bukankah capaian prestasi ini ironi ketika provinsi olahraga disematkan pada Papua? Para ahli sepakat banyak faktor yang menentukan prestasi atlet, seperti aspek fisik, teknik, taktik, dan mental (Williams & James, 2001; Bompa & Buzzichelli, 2019; Lesyk, 1998). Namun, saat Training Center (TC) tidak semua aspek tersebut mendapat perhatian secara proporsional dari pelatih (Jannah & Widohardhono, 2020). Hal ini mengemuka pada diskusi yang dilakukan oleh Asosiasi Pelatih Mental Olahraga Indonesia (APMOI) beberapa waktu yang lalu pasca PON ke-XX (peneliti anggota APMOI). Peserta diskusi melihat masih terdapat pengetahuan yang belum baik dari pelatih dan pengurus berkaitan dengan pentingnya latihan mental untuk atlet. Umumnya, aspek yang berkaitan dengan fisik, teknik, dan taktik mendapat perhatian lebih besar selama proses latihan (Sutoro et al., 2020). Pengalaman Kami sebagai anggota KONI Provinsi Papua serta KONI Kota Jayapura memperkuat argumen di atas bahwa aspek psikologis/mental hanya sedikit tertuang dalam program latihan (periodisasi latihan) dan parahnya itu pun (programnya) tidak diimplementasikan. Itu sebabnya tidak mengherankan jika hasil penelitian pada PPLP/D menemukan tidak ada satupun atlet yang menjalankan program latihan mental secara sistematis (Nasution, 2009). Ironinya, ketika atlet mengalami kekalahan maka aspek mental kerap dikambing hitamkan sebagai penyebab gagalnya atlet (Guntoro et al., 2020).

Kami menilai belum terbentuknya mental juara atlet merupakan sumber utama munculnya berbagai masalah di atas. Padahal, atlet PPLP/D merupakan atlet elit tingkat remaja dan bahkan oleh pemerintah pusat, keberadaan atlet PPLP/D dianggap sangat penting serta strategis dalam upaya pencapaian peningkatan prestasi olahraga Indonesia (Surono et al., 2020). Oleh sebab itu, beban yang diemban atlet sudah pasti berat karena berstatus sebagai atlet masa depan Indonesia. Tidakkah hanya ada dua sebab lagu Indonesia Raya dikumendangkan dan bendera merah putih dikibarkan di negara lain, yaitu ketika Presiden RI melakukan kunjungan kenegaraan dan atlet Indonesia menjadi juara? Di Indonesia, istilah yang kerap digunakan untuk menunjukkan karakter atlet yang pantang menyerah, tidak kenal takut, memiliki motivasi berprestasi, dapat mengontrol diri dengan baik, berpikir positif, bertanggung jawab, gigih, dan hal positif lainnya adalah mental juara (Adisasmito, 2007; Nasution, 2009). Untuk maksud yang sama, literatur internasional kerap menggunakan istilah mental toughness (lihat misalnya: Liew et al., 2019; Crust, 2007; Gucciardi & Gordon, 2011; Sheard et al., 2009). Oleh sebab itu, kedua istilah ini akan digunakan secara bergantian.

Secara definitif, mental juara merupakan sekumpulan atribut psikologis yang mempengaruhi atlet merespon dan bertahan dalam kondisi yang tidak nyaman demi meraih prestasi (Mumford, 2015; Short & Atkinson, 2015; Tay et al., 2019). Ahli yang lain mendefinisikannya sebagai kemampuan atlet untuk mengontrol diri, emosi, dan kuat dalam menghadapi kesulitan/permasalahan yang merintangi meraih prestasi (Gucciardi & Gordon, 2011; Said & Jannah, 2018). Mental juara menjadi faktor terpenting agar atlet dapat konsisten penampilannya dalam mengejar target prestasi (Adisasmito, 2007; Maksum et al., 2011).

Dalam multi-event olahraga terbesar dunia, olimpiade, Gould et al., (2002) menyebutkan bahwa faktor yang paling menentukan hasil pertandingan dan prestrasi atlet di lapangan adalah mental toughness. Ini terjadi karena pada level elit dunia faktor fisik dan teknik relatif tidak berbeda mengingat para atlet sudah ditempa dengan beragam program latihan dan metode yang mutakhir (Maksum, 2020). Oleh sebab itu, pada level tersebut, faktor mental atlet diyakini yang berkontribusi besar di lapangan (Maksum, 2007). Petenis profesional Amerika, Alexandra Stevenson, menyatakan bahwa: “Mental toughness is 90 percent of the game” (Lauer et al., 2010). Hal yang sama juga dikemukakan legenda renang Australia, Elka Graham, bahwa: “In training everyone focuses on 90% physical and 10% mental, but in the races its 90% mental because there's very little that separates us physically at the elite level” (Karageorghis & Terry, 2011). Meskipun memberikan pengaruh yang paling besar dalam hasil suatu pertandingan, sayangnya, latihan mental kerap dilupakan.

Umumnya, pelatih mengakui bahwa aspek mental memberikan pengaruh terhadap kesuksesan atlet (de Freitas et al., 2013), namun sisi lain, mereka tidak mempersiapkan program latihan mental secara khusus dan cenderung fokus pada aspek fisik serta teknik (Nasution, 2009; Sutoro et al., 2020). Hasil penelitian menemukan bahwa penyebab hal tersebut adalah karena kurangnya pengetahuan pelatih tentang program pelatihan mental atlet yang terstruktur dan terintegrasi (Weinberg & Gould, 2015). Itu sebabnya program latihan mental tidak diberikan pada atletnya. Fakta yang terjadi dalam pembinaan olahraga nasional ini berbeda dengan pembinaan dan pelatihan di luar negeri yang sudah mengintegrasikan antara latihan fisik, teknik, taktik, dan mental dalam periodisasi latihan (Bompa & Buzzichelli, 2019; Lesyk, 1998; Gould et al., 2002).

Hasil penelitian terkait pemberian latihan mental membuktikan bahwa terjadi peningkatan performa atlet (Jannah & Widohardhono, 2020). Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan Sheard & Golby (2006) pada 36 atlet renang menunjukkan bahwa program latihan mental selama 7 minggu memberikan pengaruh terhadap performa dan prestasi atlet. Gharayaghzandi et al., (2014) yang menerapkan latihan mental selama 16 minggu menemukan terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretes dan postes ketangguhan mental serta performa atlet. Golby & Wood (2016) memberikan program latihan mental selama 6 bulan pada atlet pelajar dan menemukan terjadi peningkatan signifikan ketangguhan mental atlet.


Penulis

Miftah Fariz Prima Putra - Miftah Fariz Prima Putra merupakan dosen di Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Cenderawasih. Berbagai karya tulis, baik buku maupun artikel ilmiah, telah berhasil dipublikasikan.
Evi Sinaga - Penulis adalah dosen di Prodi Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Cenderawasih. Berbagai kaya ilmiah telah dipublikasikan, baik di jurnal nasional terakreditasi maupun di jurnal internasional berepotasi.
Rodhi Rusdianto Hidayat - Penulis adalah dosen di Prodi Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Cenderawasih. Berbagai kaya ilmiah telah dipublikasikan, baik di jurnal nasional terakreditasi maupun di jurnal internasional berepotasi.
Ipa Sari Kardi - Penulis adalah dosen di Prodi Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Cenderawasih. Berbagai kaya ilmiah telah dipublikasikan, baik di jurnal nasional terakreditasi maupun di jurnal internasional berepotasi.
Ermelinda Yersin Putri Larung - Penulis adalah dosen di Prodi Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Cenderawasih. Berbagai kaya ilmiah telah dipublikasikan, baik di jurnal nasional terakreditasi maupun di jurnal internasional berepotasi.

Daftar Isi

Cover
Prakata
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
     A. Latar Belakang
     B. Tujuan
Bab II Model Lingkaran Latihan Ketangguhan Mental
     A. Gambaran Model Latihan Mental
     B. Filosofi Model Latihan Mental
Bab III Keterampilan Mental
     A. Positive Thinking
     B. Mental Log
     C. Goal Setting
     D. Breathing
     E. Relaxation
     F. Concentration
     G. Self-talk
     H. Mental imagery
     I. Leadership
     J. Managing Anxiety
     K. Managing Emotion
Bab IV Kerangka Program Latihan Mental
     A. Kegiatan Pendahuluan
     B. Kegiatan Inti
     C. Kegiatan Penutup
Bab V Rencana Latihan Ketangguhan Mental (RLKM)
     A. RLKM Positive thinking
     B. RLKM Mental Log
     C. RLKM Goal-setting
     D. RLKM Breathing
     E. RLKM Relaxation
     F. RLKM Concentration
     G. RLKM Self-talk
     H. RLKM Mental imagery
     I. RLKM Leadership
     J. RLKM Managing Anxiety
     K. Managing Emotion
Bab VI Bukti Ilmiah Penerapan MTTC
     A. Bukti Ilmiah
     B. Petunjuk Ke Depan
Daftar Rujukan
Indeks