Tampilkan di aplikasi

Buku Nuansa Cendekia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Meracik Buku Menjadi Bestseller

Sukses Menulis, Menerjemah, Menyunting dan Mengemas Demi Kenyamanan dan Kepuasan Pembaca

1 Pembaca
Rp 29.000 15%
Rp 24.650

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 73.950 13%
Rp 21.363 /orang
Rp 64.090

5 Pembaca
Rp 123.250 20%
Rp 19.720 /orang
Rp 98.600

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Tak setiap buku yang laku, isinya bagus, dan tak setiap buku yang isinya bagus itu laku. Sungguh langka buku yang mencerahkan dan laku, tetapi kitab semacam itulah nyatanya yang didambakan oleh banyak pihak penulis, penerjemah, penyunting, penerbit, dan juga pembaca. Dan, karya yang tengah Anda simak ini mendedah bagaimana cara menganggit kitab yang mencerahkan sekaligus laris manis.

Syahdan, empat sila utama seyogianya diindahkan oleh pekerja buku bestseller, yakni menulis untuk menjual gagasan, menerjemah demi kenyamanan pembaca, menyunting demi kepuasan pembaca, dan mengemas untuk menggaet pembaca. Empat sila ini merangkum segala ihwal di dapur redaksi penerbit. Seluruh ihwal tersebut dibahas secara tajam, cermat, dan teperinci berdasarkan kekayaan pengalaman nyata penulisnya di zona pustaka.

Terakhir, kitab ini membeberkan pelbagai fakta rahasia files para penerbit dan pekerja buku. Kalau pun beberan ini dibaca menelanjangi borok-borok mereka di depan sidang pembaca, semua itu dimaksudkan untuk turut mereparasi dan melajukan perkembangan tradisi perbukuan menuju puncak keemasan pustaka Nusantara.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Agung Prihantoro
Editor: Mathori A Elwa / Agus Salim

Penerbit: Nuansa Cendekia
ISBN: 9786023503155
Terbit: September 2006 , 152 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Tak setiap buku yang laku, isinya bagus, dan tak setiap buku yang isinya bagus itu laku. Sungguh langka buku yang mencerahkan dan laku, tetapi kitab semacam itulah nyatanya yang didambakan oleh banyak pihak penulis, penerjemah, penyunting, penerbit, dan juga pembaca. Dan, karya yang tengah Anda simak ini mendedah bagaimana cara menganggit kitab yang mencerahkan sekaligus laris manis.

Syahdan, empat sila utama seyogianya diindahkan oleh pekerja buku bestseller, yakni menulis untuk menjual gagasan, menerjemah demi kenyamanan pembaca, menyunting demi kepuasan pembaca, dan mengemas untuk menggaet pembaca. Empat sila ini merangkum segala ihwal di dapur redaksi penerbit. Seluruh ihwal tersebut dibahas secara tajam, cermat, dan teperinci berdasarkan kekayaan pengalaman nyata penulisnya di zona pustaka.

Terakhir, kitab ini membeberkan pelbagai fakta rahasia files para penerbit dan pekerja buku. Kalau pun beberan ini dibaca menelanjangi borok-borok mereka di depan sidang pembaca, semua itu dimaksudkan untuk turut mereparasi dan melajukan perkembangan tradisi perbukuan menuju puncak keemasan pustaka Nusantara.

Pendahuluan / Prolog

Pendahuluan
Terbitnya berbagai-bagai buku semenjak tumbangnya rezim Orde Baru pada 1998 menandai sebuah babak baru perkembangan perbukuan di republik ini. Orang-orang di kota-kota besar dan kecil bergairah sekali menulis, menyunting, menerjemah, mencetak, menerbitkan, memasarkan, dan mendiskusikan segala macam buku.

Babak baru ini memantik kreativitas di satu sisi, dan memicu timbulnya kejahatan buku pada sisi lain. Budaya tulis dan baca beranjak tumbuh, meskipun belum menyentuh mayoritas penduduk. Para penulis mengeksplorasi seribu satu tema kehidupan dalam menyusun buku. Buku-buku berbahasa asing diburu untuk diterjemahkan.

Para setter dan perancang sampul berlomba menghasilkan karyakarya terbaik. Distributor-distributor dan toko-toko mengerahkan segala daya upaya untuk menjual buku-buku mereka. Akan tetapi, pembajakan buku juga tidak kalah marak, dan barangkali inilah jenis kejahatan buku yang paling mencolok. Sampaisampai, hampir bisa dipastikan bahwa buku-buku bestseller akan selalu dibajak.

Selain itu, plagiarisme mulai menjangkiti beberapa penulis lama dan baru. Sejumlah penerbit pun enggan membayar royalti atau honor penulis, penerjemah, dan penyunting. Babak baru tradisi perbukuan ini juga memperluas pandangan tentang buku. Dahulu buku dipandang terutama sebagai alat untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan, dan kitab rujukan segala macam kebenaran dan kebaikan.

Namun, sekarang banyak orang memperlakukan buku juga sebagai media ekspresi, alat kampanye dan pembelaan diri, alat untuk menaikkan pangkat, dokumentasi, mesin uang, dan lain sebagainya. Fenomena yang sedang tumbuh ini tak sepatutnya terburu-buru dihakimi secara negatif. Kita malah boleh menaruh harapan bahwa kelak buku menjadi barang primer dan simbol prestise masyarakat.

Dengan perkataan lain, aktivitas menulis tak lagi didominasi oleh para ilmuwan dan sastrawan. Siapa saja artis, petani, tukang becak, anak-anak, lembaga, organisasi sekarang ini dapat menulis dan menerbitkan buku. Menulis buku tidak hanya merupakan kegiatan akademis, tetapi telah menjadi alat untuk pelbagai tujuan, dan bahkan menjadi tujuan itu sendiri.

Di sini ada satu hal yang pasti dan jelas, yaitu para penulis dan penerbit ingin buku-buku mereka tersebar luas dan dibaca banyak kalangan. Dalam bahasa ekonomis, mereka menginginkan bukubuku tersebut jadi bestseller. Tak pelak, bestseller menjadi tujuan mereka pokok maupun sampingan.

Menjadikan buku bestseller sebagaimana dikemukakan beberapa kali dalam bab-bab di belakang berarti memaksimalkan kerja seluruh bagian penerbit, yaitu redaksi, percetakan, dan pemasaran. Di antara ketiga bagian ini, redaksi mengawali alur produksi dan pemasaran buku. Kegagalan redaksi niscaya akan berimbas langsung pada percetakan dan pemasarannya. Hatta, redaksi berperan teramat penting, tanpa mengecilkan peran dan bahkan harus disangga oleh dua bagian lainnya.

Kerja-kerja redaksi terus berkembang sehingga kini kita mendapati banyak suntingan, terjemahan, dan kemasan yang bagus dan menarik. Sayangnya, masih jauh lebih banyak buku yang ditulis, disunting, diterjemah, dan dikemas secara tidak optimal. Ini bisa dilihat dengan terang pada sebagian besar buku yang beredar di pasaran. Sepertinya, memang baru segelintir penerbit beserta segenap editor dan penerjemahnya yang menyadari signifikansi kerja-kerja redaksi, dan kemudian secara serius mengoptimalkannya.

Hasil penyuntingan, penerjemahan, dan pengemasan yang bagus dan menarik, selain merupakan modal bestseller dalam arti ekonomis, juga memenuhi kebutuhan pembaca dan mengindahkan kepentingan mereka. Pembaca tentu berharap menuntaskan keingintahuannya, dan menemukan kemudahan, kenikmatan, dan kepuasan dari buku yang disimaknya. Lebih jauh, pembaca juga diajak untuk berpikir dan berbahasa secara lateral, logis, dan tertib.

Sesungguhnya, terdapat bermacam persoalan di meja redaksi yang perlu diperbincangkan dan diurai. Saya mencatat 28 persoalan pokok redaksional berdasarkan pengalaman selama enam tahun bekerja sebagai penerjemah lepas di berbagai penerbit, dan sebagai editor di sebuah penerbit. Persoalan-persoalan pokok redaksional itulah yang coba dipaparkan dan diurai dalam buku ini.

Idenya adalah bagaimana meracik buku jadi bestseller sekaligus memenuhi kebutuhan pembaca dan mengindahkan kepentingan mereka. Pemikiran-pemikiran dan prinsip-prinsip dasarnya diketengahkan dalam setiap babnya, dan kemudian diturunkan ke dataran yang sangat teknis. Agar lebih jelas, saya menyertakan banyak contoh riil dari buku-buku yang dipasarkan dan tidak dipasarkan.

Ada empat hajat besar redaksi, yaitu menulis, menerjemah, menyunting dan mengemas. Semua dibahas secara berurutan dalam empat bagian buku ini, yang masing-masing berisikan tujuh bab. Bagian menulis dan mengemas lebih berkenaan dengan bestseller, sedangkan menerjemah dan menyunting dengan kepentingan dan kebutuhan pembaca. Sejatinya, keempat kerja redaksi ini bersifat integral sehingga seyogianya penulis, penerjemah, dan editor mengetahui dan memahami seluruh kerja tersebut.

Bagian I membicarakan pandangan kontemporer tentang tulismenulis dan hubungan dengan penerbit. Zaman yang kompetitif ini menuntut para penulis untuk tak sekadar menulis, melainkan juga memikirkan cara menjual gagasan yang ditulisnya. Hal ini mengantarkan mereka ke pintu penerbit. Mengingat adanya penerbitpenerbit nakal, mereka harus berhati-hati dalam menawarkan naskah agar tidak dirugikan.

Seterusnya, akan dibedah benang ruwet penerjemahan, yang tampaknya tiada henti-hentinya menghiasi atmosfer perbukuan kita. Penyebabnya tak lain adalah menjamurnya karya terjemahan yang dinilai buruk. Pembaca sepatutnya menyikapinya secara bijaksana. Penerjemahan yang sempurna demi kenyamanan pembaca menjadi concern utama pada Bagian II.

Bagian III mengupas teknik-teknik penyuntingan dan tugastugas editor. Editor memikul tanggungjawab untuk mengolah naskah menjadi buku yang memuaskan pembaca laiknya kepuasan tamu restoran yang menyantap makanan lezat bin nikmat. Editor seumpama koki dan penjaga gawang.

Selain menyunting, editor juga bertugas mengemas buku. Sekali lagi melihat minimnya pengemasan buku-buku yang ada, boleh dibilang baru sedikit editor dan penerbit yang mengerti kerja redaksi ini. Bagian terakhir menunjukkan tujuh komponen penting buku yang perlu dirias untuk menggaet pembaca: sampul, tentang penulis, judul, kata pengantar, indeks, sinopsis, dan endorsement.

Sebagian bab dalam empat bagian itu pernah dipublikasikan di majalah Matabaca tahun 2003-05, yang kemudian diedit seperlunya. Selebihnya merupakan tulisan-tulisan baru yang sengaja dibuat untuk menganggit kitab ini seutuh mungkin. Sebagian tulisan berbicara secara cukup panjang, tetapi lainnya secara ringkas.

Lantaran merisalahkan bagaimana meracik boekoe jadi bestseller, karya ini mungkin juga menjadi sebuah taruhan: Andaikata buku ini bestseller, berarti gagasan-gagasan di dalamnya terbukti benar. Dapat pula ditambahkan, sebagai kelakar, bahwa apabila tidak bestseller, tidak berarti gagasan-gagasannya keliru, sebab kita masih harus menengok proses pencetakan dan pemasarannya.

Akhirnya, dalam kesempatan ini, saya hendak menghaturkan banyak terimakasih kepada orangtua saya yang telah merestui putra mereka menekuni alam tulis-menulis yang sepi. Mudah-mudahan alam tersebut menjadi titik-tolak untuk melangkah ke alam-alam yang lebih ramai demi memperbaiki kehidupan bangsa yang bobrok ini.

Kepada istri dan dua bidadariku, terimakasih sekali atas dukungannya. Menelurkan karya pertama ini laksana melahirkan anak pertama yang membutuhkan waktu lebih lama daripada melahirkan anak kedua. Semoga Tuhan mempercepat dan memudahkan terbitnya karya-karya berikutnya. Tak lupa, saya pun menyampaikan terimakasih kepada teman-teman (dulu) di Yodkali 16 Bandung yang telah menyilakan saya “mencuri” pengetahuan dan pengalaman mereka perihal penerbitan buku.

Penulis

Agung Prihantoro - Agung Prihantoro telah menghasilkan lebih dari 40 karya terjemahan dan karya suntingan. Meracik Bouku Menjadi Bestseller adalah buku pertama yang ditulisnya. Dia pernah menjadi editor di Mizan Pustaka Bandung, tetapi kemudian didepak dari sana. Tulisan-tulisannya dimuat di beberapa media massa, seperti Kompas, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, dan Matabaca. Selama tujuh tahun kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FPBS IKIP Yogyakarta (sekarang FBS UNY), putra sulung dari lima bersaudara kelahiran Purworejo 12 September 1972 ini aktif dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO dari tingkat komisariat sampai pusat. Kini, dia bermukim di Yogyakarta bersama istri tercintanya, Rachma Sulistyowati, serta dua putrinya, Aglis Vara Pranidhana (4,5 tahun) dan Zonarifa Aglis Namma (3 tahun).

Daftar Isi

Sampul
Tentang penulis
Daftar isi
Pendahuluan
Bagian I Menulisuntuk Menjual Gagasan
     Menulis adalah menjual gagasan
     Riset sebagai modal untuk menulis
     Menganggit buku-buku abadi
     Perhatikan bahasamu
     Contoh kasus: Mendulang segundang naskah dari Aceh dan Nias
     Antara royalti dan jual-lepas
     Hati-hati memilih penerbit
Bagian II Menerjemah Demi Kenyamanan Pembaca
     Menimbang proyek penerjemahan
     Penerjemahan: Cara memahami kebudayaan lain
     Menerjemah itu mudah
     Menangkap makna menuang kata
     Kala penerjemah bersua dengan teks yang sulit
     Penting koreksi bagi penerjemah
     Pelido seorang penejemah
Bagian III Menyunting Demi Kepuasan Pembaca
     Editor laksana koki
     Menjaring kesalahan menyempurnakan teks
     Repotnya menyunting terjemahan yang buruk
     Menambahkan catatan kaki
     Meminimalisasi salah ketik
     Contoh kasus: Menyunting bahasa pembukaan UUD 1945
     Memilih naskah lewat reading copy
Bagian IV Mengemas untuk Menggaet Pembaca
     Jangan terkecoh dan mengecoh dengan judul
     Memperkenalkan penulis
     Memesan sampul yang memikat dan informatif
     Mengoptimalkan fungsi kata pengantar
     Buku tanpa indeks?
     Mengail dengan sinopsis
     Jangan lupa, sertakan endorsement
Indeks