Ikhtisar
Buku ini memberikan sesuatu di balik sebuah proses karya jurnalistik, disajikan dengan gaya sastra sehingga menjadi lebih hidup. Esai-esainya pun dipetik dari peristiwa-peristiwa faktual. Penulis bisa lebih banyak secara bebas menuliskan pendapat, gagasan, dan kritik. Ia menjadi merdeka, dalam pengertian bahwa unsur subyektivitas dan emosi masuk di dalamnya. Lebih jauh lagi, sang penulis menentukan sikap dan keberpihakannya. Buku ini tentu saja bukan lagi sebuah karya jurnalistik. Buku ini menurut saya menjadi sebuah karya sastra berdasarkan bahan-bahan yang faktual. Berdasarkan peristiwa yang terjadi. Itulah sebabnya buku ini menjadi menarik, dilihat sebagai karya sastra, berbeda dengan daya tarik sebuah karya jurnalistik.
Pendahuluan / Prolog
Kata Pengantar
Buku ini memberikan sesuatu di balik sebuah proses karya jurnalistik, disajikan dengan gaya sastra sehingga menjadi lebih hidup. Esai-esainya pun dipetik dari peristiwa-peristiwa faktual. Penulis bisa lebih banyak secara bebas menuliskan pendapat, gagasan, dan kritik.
Ia menjadi merdeka, dalam pengertian bahwa unsur subyektivitas dan emosi masuk di dalamnya. Lebih jauh lagi, sang penulis menentukan sikap dan keberpihakannya. Buku ini tentu saja bukan lagi sebuah karya jurnalistik.
Buku ini menurut saya menjadi sebuah karya sastra berdasarkan bahan-bahan yang faktual. Berdasarkan peristiwa yang terjadi. Itulah sebabnya buku ini menjadi menarik, dilihat sebagai karya sastra, berbeda dengan daya tarik sebuah karya jurnalistik.
Berbeda dengan buku Seno Gumira Adjidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara (1997) yang ditulis di tengah-tengah situasi represif, yang mengungkapkan terjadinya banyak hambatan penulisan berita, toh kebenaran tetap dapat disampaikan meski dalam bentuk fiksi. Bedanya, buku ini ditulis tidak dalam situasi represif.
Penulis juga menyajikannya dalam suasana jiwa merdeka. Ini memang sebuah karya sastra yang menonjolkan unsur individual, yang merdeka yang disajikan secara bebas. Di dalam kebebasan itu, penulisnya menentukan pilihan dan sikap, mana yang “benar” dan mana yang “salah”, mana yang “baik” dan mana yang “buruk”.
Daftar Isi
Sampul
Tentang Penulis
Kata Pengantar
Oplah Sebecak buat
Penumpang Satu Bus:
Semacam Pendahuluan
Daftar Isi
Baterai Soak, Dibuang Sayang
Bikin Rusuh kok
Malam Minggu?
Bila Bodrek
Diobok-obok
Booking
“Kupu-kupu”
untuk Satu Jeep
Dari Embargo ke
Reka Fakta
Demonstran tak
Luput, Intel Pun
Terliput
Dugem atawa
Dunia Gemblung
HAM:
Hak Asasi Maling
Independensi Media,
Fluktuasi Berita
Jurnalisme
Profetik
Kalabanda:
Maling Dadi Ratu
Kau Tipu Dia,
Ku Kejar Kau
Mata Air Korupsi
Laki-laki
Pendamping
Lima Menit Lagi....
Logika Dukun
Mata Pena atau
Mata Pisau
Mempertahankan
Status Quo
Nggak di Surga,
Nggak di Neraka
Penculikan:
dari Bayi
sampai ABG
Jet Li, Si Penebas
Gabah
Pijit, Pijit....
Pagerku Berbunyi
Reformasi
“Kuda Troya”
Sewindu Kematian
Udin: Kehabisan
Kata Bukan
Putus Asa
Supervisor
Ketoprak Tobong
Yaaa, Udah
Terlanjur
Transfer
Yang Dikenang
Pager Tersayang
Indeks