Tampilkan di aplikasi

Buku Nuansa Cendekia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Gunung Padang

Penelitian situs dan temuan menakjubkan

1 Pembaca
Rp 110.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 330.000 13%
Rp 95.333 /orang
Rp 286.000

5 Pembaca
Rp 550.000 20%
Rp 88.000 /orang
Rp 440.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Dengan munculnya buku ini harapan kami adalah: 1) hasil riset tim peneliti Gunung Padang tersebut mampu dikomunikasikan secara luas kepada masyarakat, 2) semua polemik yang berlangsung juga direkam secara objektif dan berimbang, 3) Memberikan apresiasi keilmuan kepada para peneliti atas capaian-capaian yang telah dilakukan.

Demikian sejujurnya buku ini kami publikasikan. Penerbit Nuansa Cendekia sangat berharap buku karya Hermawan Aksan ini bisa diterima secara luas di tengah masyarakat sebagai bentuk dokumentasi pengetahuan penting, dan juga alat kelengkapan informasi awal untuk mengetahui seluk-beluk Gunung Padang.

Melalui buku ini, sekarang kita memiliki dokumentasi penting di Indonesia yang tak bisa dilewatkan begitu saja karena bagaimanapun, di luar polemik ilmiah terkait dengan riset para peneliti telah berhasil memberikan bukti ilmiah tentang situs bersejarah tersebut.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Hermawan Aksan
Editor: Faiz Manshur

Penerbit: Nuansa Cendekia
ISBN: 9786023502387
Terbit: Januari 2015 , 284 Halaman










Ikhtisar

Dengan munculnya buku ini harapan kami adalah: 1) hasil riset tim peneliti Gunung Padang tersebut mampu dikomunikasikan secara luas kepada masyarakat, 2) semua polemik yang berlangsung juga direkam secara objektif dan berimbang, 3) Memberikan apresiasi keilmuan kepada para peneliti atas capaian-capaian yang telah dilakukan.

Demikian sejujurnya buku ini kami publikasikan. Penerbit Nuansa Cendekia sangat berharap buku karya Hermawan Aksan ini bisa diterima secara luas di tengah masyarakat sebagai bentuk dokumentasi pengetahuan penting, dan juga alat kelengkapan informasi awal untuk mengetahui seluk-beluk Gunung Padang.

Melalui buku ini, sekarang kita memiliki dokumentasi penting di Indonesia yang tak bisa dilewatkan begitu saja karena bagaimanapun, di luar polemik ilmiah terkait dengan riset para peneliti telah berhasil memberikan bukti ilmiah tentang situs bersejarah tersebut.

Pendahuluan / Prolog

Pengantar Penulis
Mengapa saya menulis buku ini? Nama Gunung Padang pertama kali saya dengar pada tahun 2010 ketika seorang teman bercerita baru saja mengunjunginya. Diunggahnya foto-foto dia sedang berpose di situs tersebut di media sosial Facebook. Foto-foto itu sungguh menarik keinginan saya untuk suatu saat mengunjunginya.

Namun keinginan itu harus tertunda karena, pertama, teman saya bilang lokasinya terpencil dan dibutuhkan stamina yang kuat untuk mencapainya dan, kedua, belum juga ada waktu dan kesempatan. Keinginan itu pun lama-kelamaan meredup seiring dengan waktu berlalu.

Ketika Mas Faiz Manshur dari Penerbit Nuansa Cendekia menawari saya untuk menulis buku tentang Gunung Padang, keinginan saya untuk mengunjungi situs itu mencuat lagi. Namun saya sempat ragu mengenai proses penulisan buku ini, terutama setelah saya membaca buku Situs Gunung Padang, Misteri dan Arkeologi yang ditulis Dr. Ali Akbar, arkeolog yang sedang terlibat langsung dalam penelitian di sana. Ini buku yang bagus tentang Gunung Padang, dan ditulis oleh ahlinya. Jadi, saya ragu, apa lagi yang akan saya tulis dan apakah saya berkompeten menulis tentang Gunung Padang.

Mas Faiz membesarkan semangat saya dengan mengatakan bahwa saya bisa menulisnya dari sudut pandang seorang jurnalis dan memang niatan penulisan buku ini oleh redaksi harus ditulis oleh pihak independen dari sisi jurnalistik. Jadi, begitulah, saya menulis buku ini sebagai semacam laporan panjang jurnalistik.

Keinginan saya untuk mengunjungi Gunung Padang akhirnya terpenuhi pada hari Minggu, 14 Agustus 2014. Bersama dengan Mas Faiz dan Mas Andy Yoes Nugroho, juga dari Nuansa Cendekia dan berperan sebagai fotografer, saya berangkat dari Bandung sekitar pukul 10.00 pagi. Kami tiba di lokasi sekitar pukul 14.00 dan langsung mendaki hingga ke puncak gunung—yang sebenarnya lebih pas disebut bukit—berketinggian 100 meter itu.

Saya benar-benar menginjak puncak puncaknya, meraba bebatuannya, mencium udara dan aroma rumput dan pepohonannya, serta menyaksikan pemandangan di sekitarnya. Saya yakin bahwa pengalaman indrawi seperti itu sangat penting dalam proses penulisan buku mengenai sebuah lokasi.

Sayangnya, kami tidak sempat bertemu dengan satu pun peneliti. Tapi kami berkenalan, lalu berbincang dengan Kang Nanang, salah satu juru pelihara Gunung Padang, dan dengan sejumlah anggota TNI yang mulai diperbantukan dalam penelitian Gunung Padang.

Sore harinya kami kembali ke Bandung. Pada hari Minggu, 7 September 2014, kami bertiga, saya, Mas Faiz, dan Mas Andy Yoes, mengunjungi Gunung Padang lagi.

Berangkat dari Bandung sekitar pukul dua dini hari, kami sampai kira-kira pukul empat. Kami memang mengejar pemandangan matahari terbit alias sunrise. Sayang sekali, pagi itu kabut tebal menyelimuti sehingga maksud memotret sunrise tidak tercapai.

Hari itu saya sempat berbincang dengan warga setempat, wisatawan, dan, tentu saja, yang paling penting berhasil bertemu dengan salah satu peneliti, Dr. Danny Hilman Natawidjaja. Saya mencoba menggali sedikit dari luasnya ilmu geologi yang dimilikinya.

Siang hari selepas makan siang di warung makan Umi Hindun, kami bertemu dan ngobrol lebih dari satu jam dengan Mas Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Sosial dan Bencana, yang menjadi inisiator penelitian di Gunung Padang.

Dua minggu kemudian, 21 September 2014, kami berangkat lagi ke Gunung Padang. Berangkat tengah malam dari Bandung dan tiba menjelang pagi. Kali itu langit cerah dan kami berhasil mengambil gambar matahari terbit di Gunung Padang. Beranjak siang, kami mengunjungi areal kuburan tua beberapa ratus meter di selatan situs.

Kami pun meneruskan perjalanan menuju helipad buatan anggota TNI. Hari itu kami sempat bertemu dan berbincang dengan beberapa peneliti, antara lain Dr. Danny Hilman, Dr. Andang Bachtiar, Dr. Y.

Paonganan, Dr. Ali Akbar, dan Ir. Erick Ridzky, di serambi sebuah rumah warga setempat yang menjadi “markas” para peneliti.

Terakhir, pada 27-28 September 2014, kami mengunjungi Gunung Padang untuk kali yang keempat. Kali itu kami berangkat sekitar pukul enam pagi dan tiba kira-kira pukul sembilan. Sebelum naik ke puncak, kami sempat juga bertemu dan berbincang dengan para peneliti. Saya juga sempat memangku sebuah artefak batu yang panjangnya sekitar 60 cm. Setelah berbincang, kami naik bareng dengan Mas Erick Ridzky, yang memandu kami untuk menunjukkan penemuan dolmen yang diduga sebagai “jendela”, matriks di antara batu-batu kolom yang mirip semen, serta sejumlah galian ekskavasi di lereng timur, di Teras Kelima, dan di sebelah selatan Teras Kelima.

Malamnya, kami bergabung dengan tim peneliti, beberapa anggota TNI, dan sejumlah warga setempat di acara makan malam kambing guling di puncak Gunung Padang. Sayang kami tidak boleh mengikuti rapat para peneliti malam itu, yang diadakan di Menara Pandang. Kami maklum, tentu saja, itu acara internal mereka. Kami pun turun dan bermalam di sebuah rumah warga.

Selain kunjungan ke lokasi dan mewawancarai para peneliti, juru pelihara, dan warga setempat, saya mengandalkan studi literatur, baik dari buku-buku maupun dari kemajuan teknologi berupa internet, baik laman-laman berita, blog-blog, maupun Youtube.

Yang terakhir ini rupanya memberi kita video rekaman banyak peristiwa, termasuk berbagai diskusi mengenai Gunung Padang.

Tentu saja saya juga memanfaatkan telepon dan Facebook untuk terus berkomunikasi dengan beberapa peneliti, terutama Mas Erick Ridzky, guna mengikuti perkembangan penelitian terhadap Gunung Padang dan kontroversi yang melingkupinya.

Atas terbitnya buku ini, tentu saja limpahan terimakasih patut saya sampaikan kepada para peneliti, Dr. Danny Hilman, Dr. Ali Akbar, Dr. Andang Bachtiar, Mas Erick Ridzky, dan lain-lain, serta sang inisiator, Mas Andy Arief; buat Mas Faiz, Mas Andy Yoes, Mas Taufan Hidayat, Pungkit Wijaya, Yopi Setia Umbara, Zuhal, Mudris Amin, dan lain-lain dari Penerbit Nuansa; untuk para juru pelihara Gunung Padang; bagi para anggota TNI; dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Buku ini boleh jadi hanya laporan awal mengenai Gunung Padang. Ada banyak kekurangan itu pasti. Dan semoga, sejalan dengan perkembangan-perkembangan riset di Gunung Padang, akan ada lagi buku-buku lain mengenai situs ini, siapa pun penulisnya.

Bandung, November 2014

Daftar Isi

Sampul
Kata mereka
Pengantar penerbit
Pengantar penulis
Daftar isi
Bagian satu
     Situs Bebatuan yang Misterius
     Teras demi teras
     Menara pandang dan helipad
     Seperti cawan raksasa
     Menuju wisata favorit
     Strategi menteri pariwisata
Bagian dua
     Ditemukan orang Belanda
     Sejak 1891
     Versi Lain
     Sampai sungai cimanggu
Bagian tiga
     Mereka membedah gunung padang
     Riset bencana
     Terpadu dan mandiri
Bagian empat
     Kontroversi dan petisi
     Latar petisi
     Cara ilmiah
     Jalan terus
Bagian lima
     Membuka tabir gunung padang
     Skala dewa
     Bentukan manusia
     Tim terpadu
     Hasil lab beta analytic miami
     Makam tua
     Penelitian lanjutan
     Semen purba
     Metalurgi purba
     Bantuan lava
     Gotrasawala
     Perkembangan Penelitian
     Kontroversi Lagi
     Luasan Situs
     Lapisan Geologi Versus Lapisan Budaya
     Survei Bawah Permukaan
     Hubungan Struktur dengan Morfologi Permukaan
     Bukti Ada Ruang dan Lorong
     Umur Lapisan
     Benarkah Ada Ruang?
Bagian enam
     Inilah Piramida Nusantara
     Kujang Gunung Padang
     Amulet
     Ratusan Artefak
     Batu Hitam yang Aneh
     Mencari Tangga Asli
     “Jendela” Gunung Padang
     Dinding Batu
Bagian tujuh
     Menuju Pemugaran
     Bertemu Presiden
     Tangapan Presiden
     Menunggu Hasil Lengkap Penelitian
     Bagian delapan
     Misteri Masih Menanti
     Apa Sebenarnya Gunung Padang?
     Kapan Dibangun?
     Siapa yang Membangun?
     Untuk Apa?
     Narasi Besar Gunung Padang
Tentang penulis