Ikhtisar
Buku ini menjelaskan lebih dari 300 mukjizat Rasul saw yang menjadi indikator benarnya kerasulan beliau. Sejumlah hadits yang terdapat di dalamnya di samping sahih dan diterima oleh para imam hadits, juga menjelaskan berbagai riwayat yang paling valid dan kuat.
Harapan kami, semoga dengan hadirnya buku-buku terjemahan karya beliau dapat memperkaya khazanah keilmuan dan memperluas wawasan keislaman umat Islam di tanah air.
Said Nursi lahir pada tahun 1293 H (1877 M) di desa Nurs, daerah Bitlis, Anatolia timur. Mula-mula ia berguru kepada kakak kandungnya, Abdullah. Kemudian ia berpindah- pindah dari satu kampung ke kampung yang lain, dari satu kota ke kota yang lain, menimba ilmu dari sejumlah guru dan madrasah dengan penuh ketekunan.
Pendahuluan / Prolog
Kumpulan Mukjizat Al-Qur'an
Buku ini (Kumpulan Mukjizat Nabi Muhammad SAW) adalah hasil terjemahan dari karya seorang Ulama Turki, Badiuzzaman Said Nursi, yang berjudul al-Mu’jizât al-Ahmadiyah.
Edisi asli buku ini, yang berbahasa Turki, bersama buku-buku beliau yang lain, telah diterjemahkan dan diterbitkan ke dalam— lebih dari—50 bahasa.
Harapan kami, semoga dengan hadirnya buku-buku terjemahan karya beliau dapat memperkaya khazanah keilmuan dan memperluas wawasan keislaman umat Islam di tanah air.
Said Nursi lahir pada tahun 1293 H (1877 M) di desa Nurs, daerah Bitlis, Anatolia timur. Mula-mula ia berguru kepada kakak kandungnya, Abdullah. Kemudian ia berpindah- pindah dari satu kampung ke kampung yang lain, dari satu kota ke kota yang lain, menimba ilmu dari sejumlah guru dan madrasah dengan penuh ketekunan.
Penulis
Badiuzzaman Said Nursi - Ulama Turki yang hidup di masa akhir Turki Utsmani dan di awal republik Turki, Beliau adalah ulama yang berjuang untuk menguatkan iman dan akidah umat Islam di Turki. lewat karya beliau umat Islam seakan menemukan cahaya dalam kegelapan.
Daftar Isi
Cover Depan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan: Risalah Mukjizat Nabi Muhammad
Catatan tentang Periwayatan Hadis
Kumpulan Mukjizat Nabi Muhammad
Petunjuk Pertama: Urgensi Kenabian Muhammad
Petunjuk Kedua: Mukjizat sebagai Bentuk Pembenaran Tuhan Alam Semesta terhadap Rasul-Nya
Petunjuk Ketiga: Hikmah di Balik Keberagaman Mukjizat Muhammad
Petunjuk Keempat: Prinsip-prinsip dalam Memahami Persoalan Gaib yang Allah Ajarkan kepada Rasul-Nya
Prinsip Pertama: Tidak Semua Kondisi Nabi Luar Biasa
Prinsip Kedua: Wahyu Eksplisit dan Wahyu Implisit
Prinsip Ketiga: Periwayatan Hadis dan Peran Para Muhaddits
Prinsip Keempat: Informasi Parsial dari Sejumlah Peristiwa Universal yang Akan Terjadi di Kemudian Hari
Prinsip Kelima: Hikmah Kerahasiaan dan Kesamaran Informasi Gaib
Prinsip Keenam: Cara Mengenal Esensi Rasul yang Sesungguhnya
Petunjuk Kelima: Informasi Rasul tentang Peristiwa yang Akan Menimpa Keluarganya
Mengapa Bukan Ali d yang Dinobatkan Menjadi Khalifah Pertama?
Mengapa Kekhalifahan Tidak Bertahan di Lingkungan Ahlul Bait?
Apa Hikmah di Balik Fitnah Berdarah yang Telah Menimpa Umat Islam?
Petunjuk Keenam: Mukjizat tentang Informasi Masa Depan
Makna Ismi dan Makna Harfi dalam Mencintai Ahlul Bait
Petunjuk Ketujuh: Mukjizat tentang Keberkahan Makanan
Petunjuk Kedelapan: Mukjizat tentang Air
Petunjuk Kesembilan: Mukjizat tentang Pohon
Petunjuk Kesepuluh: Mukjizat tentang Rintihan Batang Pohon
Petunjuk Kesebelas: Mukjizat tentang Benda Mati
Petunjuk Kedua Belas: Sejumlah Contoh yang Masih Terkait dengan Petunjuk Kesebelas
Petunjuk Ketiga Belas: Mukjizat tentang Ludah yang Menyembuhkan Penyakit
Keistemewaan dan Keajaiban Tangan Rasulullah
Petunjuk Keempat Belas: Mukjizat tentang Doa
Petunjuk Kelima Belas
Cabang Pertama: Percakapan Spesies Binatang dengan Rasul
Cabang Kedua: Pembicaraan Orang mati, Jin, dan Malaikat dengan Rasul
Cabang Ketiga: Perlindungan dan Penjagaan Allah kepada Nabi
Petunjuk Keenam Belas: Sejumlah Peristiwa Luar Biasa yang Terjadi Sebelum Diutus Sebagai Nabi (Irhâsât)
Jenis Pertama: Informasi dari Taurat, Injil, dan Zabur
Jenis Kedua: Informasi dari Para Peramal dan Suara Gaib
Jenis Ketiga: Sejumlah Peristiwa Luar Biasa yang Terjadi Saat Dilahirkan
Petunjuk Ketujuh Belas: Mukjizat tentang Pribadi Rasul, Syariatnya, dan Peristiwa Mi’raj
Petunjuk Kedelapan Belas: Mukjizat tentang al-Qur’an al-Karim
Nuktah Pertama: Penjelasan tentang Tingkatan Manusia dalam Memahami Kemukjizatan al-Qur’an
Nuktah Kedua: Al-Qur’an Menantang Para Tokoh dan Pakar
Nuktah Ketiga: Tafakkur Hakiki tentang Esensi al-Qur’an
Petunjuk Kesembilan Belas: Kebenaran dan Aspek
Karunia Ilahi dan Jejak Pertolongan Rabbani
Lampiran Pertama: Sejumlah Percikan dari Sosok Pribadi Nabi
Definisi al-Qur’an
Kilau Kemukjizatan di Balik Pengulangan Ayat-ayat al-Qur’an
Kemukjizatan al-Qur’an dalam Menjelaskan Sejumlah Fenomena Alam
Lampiran dari Kalimat ke-19 dan ke-31: Mukjizat Terbelahnya Bulan
Keistimewaan Rasul dengan Mi’raj
Kedudukan ke-16 dari Risalah al-Ayat al-Kubra: Perjalanan Spiritual Menyusuri Era dan Generasi Terbaik
Profil Penulis
Cover Belakang
Kutipan
Petunjuk Keenam
Barangkali ada yang bertanya: Al-Qur’an al-Karim menyuruh untuk mencintai ahlul bait. Nabi SAW juga menganjurkan hal tersebut. Barangkali cinta tersebut bisa menjadi dalih bagi kalangan syiah. Nah, mengapa kalangan syiah, terutama kaum Rafi dhah tidak bisa mendapat manfaat dari cinta mereka itu dan tidak menolong mereka dari siksa? Namun sebaliknya, mereka justru mendapat siksa lantaran cinta yang berlebihan seperti yang disebutkan dalam hadis Nabi SAW di atas.
Jawabannya: Cinta terbagi dua: Pertama, cinta dalam pengertian harfi . Yaitu mencintai Ali, Hasan, Husein, dan ahlul bait karena kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kecintaan ini menambah kecintaan kepada Rasul SAW dan bisa menjadi sarana untuk mencintai Allah SWT. Cinta seperti ini dibenarkan dalam syariat. Bahkan meskipun berlebihan, ia tidak menimbulkan bahaya. Sebab, ia tidak melampaui batas dan tidak melahirkan sikap mencela dan memusuhi pihak lain.
Kedua, cinta dalam pengertian ismi. Yaitu mencintai ahlul bait karena sosok mereka. Yakni, mencintai Ali karena keberanian dan kesempurnaannya, serta mencintai Hasan dan Husein semata-mata karena melihat keutamaan dan fadhilah yang mereka miliki tanpa ingat kepada Nabi SAW. Bahkan, ada di antara mereka yang mencintai ahlul bait padahal tidak mengenal Allah dan Rasul-Nya. Cinta seperti ini tidak menjadi sarana untuk dapat mencintai Allah dan Rasul-Nya. Karena cinta seperti ini berlebihan, maka ia bisa mengantar kepada sikap mencela dan memusuhi yang lain.