Tampilkan di aplikasi

Buku Nuansa Cendekia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Sistem Nilai

Alternatif Wajah-wajah Pendidikan

1 Pembaca
Rp 76.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 228.000 13%
Rp 65.867 /orang
Rp 197.600

5 Pembaca
Rp 380.000 20%
Rp 60.800 /orang
Rp 304.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Dalam percakapan sehari-hari, sering kita mendengar ungkapan “hidup adalah pilihan”. Manusia setiap saat memang dihadapkan pada pilihan, mana yang dilakukan dan mana yang tidak dilakukan. Manusia mengambil keputusan ini yang dilakukan dan ini yang mesti ditinggalkan. Setiap keputusan harus memiliki konsekuensinya masing-masing. Memilih melakukan suatu tindakan akan membuka konsekuensi, dan memilih tidak berbuat sesuatu pun akan menimbulkan konsekuensi bagi si pengambil keputusan.

Apa yang ada di balik pilihan itu? Nilai. Ada seperangkat atau sejumlah nilai yang melandasi pilihan manusia. Juga ada seperangkat nilai yang jadi rujukan dan pertimbangan pilihan manusia. Nilai jugalah yang tampak dalam tujuan yang hendak dicapai. Nilai juga yang menjadi driving force yang mendorong manusia bertindak. Jadi, nilai-nilai tersebut bukan hanya menjadi landasan dan rujukan cara bertindak dan saat melakukan tindakan, melainkan juga mewarnai tujuan tindakan

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Prof. Dr. Achmad Sanusi
Editor: Dr. Yosal Iriantara

Penerbit: Nuansa Cendekia
ISBN: 9786023502585
Terbit: November 2017 , 282 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Dalam percakapan sehari-hari, sering kita mendengar ungkapan “hidup adalah pilihan”. Manusia setiap saat memang dihadapkan pada pilihan, mana yang dilakukan dan mana yang tidak dilakukan. Manusia mengambil keputusan ini yang dilakukan dan ini yang mesti ditinggalkan. Setiap keputusan harus memiliki konsekuensinya masing-masing. Memilih melakukan suatu tindakan akan membuka konsekuensi, dan memilih tidak berbuat sesuatu pun akan menimbulkan konsekuensi bagi si pengambil keputusan.

Apa yang ada di balik pilihan itu? Nilai. Ada seperangkat atau sejumlah nilai yang melandasi pilihan manusia. Juga ada seperangkat nilai yang jadi rujukan dan pertimbangan pilihan manusia. Nilai jugalah yang tampak dalam tujuan yang hendak dicapai. Nilai juga yang menjadi driving force yang mendorong manusia bertindak. Jadi, nilai-nilai tersebut bukan hanya menjadi landasan dan rujukan cara bertindak dan saat melakukan tindakan, melainkan juga mewarnai tujuan tindakan

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Dalam berbagai kesempatan dan berbagai forum, termasuk perkuliahan, Prof. Dr. Achmad Sanusi seringkali mengemukakan sekaligus menekankan pentingnya nilai dan sistem nilai. Kerap diungkapkan, konsep sistem nilai yang dikemukakan dan dikembangkannya itu, bukan tiba-tiba muncul begitu saja dalam pikirannya.

Hal itu merupakan hasil kajian yang cukup panjang, dengan bacaan yang mendalam, yang juga dilakukan dengan mengabaikan sekat yang dibangun manusia sendiri antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama. Konsep sistem nilai ini dibangun dibangun berdasarkan pemahaman dan pengalaman hidup yang cukup panjang.

Sistem nilai ini memiliki 6 komponen nilai, yang tidak terpisah dan saling terkait satu sama lain, meski sering dalam perilaku kehidupan, kita menekankan hanya pada salah satu atau dua komponen saja dari nilai itu. Padahal idealnya keseluruhan 6 komponen itu menjadi bagian dari pikiran, ucapan dan tindakan manusia.

Keenam komponen (bisa juga disebut kategori) yang sesungguhnya saling terkait itu meliputi nilai teologis, nilai etik nilai estetik, nilai logis, nilai fisik-fisiologis, dan nilai teleologis (nilai guna/manfaat). Pada masing-masing komponen nilai tersebut ada sekian banyak, ratusan atau bahkan ribuan nilai yang terkandung di dalamnya yang wujudnya dalam tindakan memiliki tingkatan dan kedalaman yang berbeda-beda pada setiap orang.

Sistem nilai itu menjadi landasan atau niat, proses dan tujuan dari pikiran, ucapan, dan tindakan manusia. Dalam praktiknya, pada situasi dan kondisi tertentu, keenam sistem nilai itu memang menjadi landasan, proses dan tujuan pikiran, ucapan dan tindakan manusia.

Namun pada situasi yang berbeda, terkadang beberapa komponen dalam sistem nilai itu diabaikan bahkan dikebelakangkan. Misalnya, seringkali demi memaksimalkan raihan dalam kerangka nilai guna atau manfaat (nilai teleologis), pikiran, ucapan, dan tindakan manusia mengabaikan nilai-nilai lain. Orang ingin memperoleh laba besar dalam perniagaan dengan berbuat curang, misalnya, dalam mengukur dan menimbang.

Kecurangan dalam ukuran seperti timbangan terlarang dalam ajaran agama, yang berarti secara teologis merupakan tindakan yang tidak diperbolehkan. Secara logis juga dengan mudah kita bisa menyatakan itu tindakan curang yang melanggar nilai etis dalam hidup bersama. Namun, orang tetap melakukannya sehingga hanya melakukan pertimbangan berdasarkan nilai teleologis saja.

Dalam dunia yang makin kompleks bahkan chaos seperti sekarang ini, masing-masing orang seperti bertindak dengan sistem nilainya sendiri. Ada yang mengutamakan nilai teleologis saja dalam tindakannya, dan banyak juga yang semata mengandalkan nilai logis saja. Misalnya, kita menyaksikan bagaimana orang “berkelahi” satu sama lain untuk memperebutkan sumberdaya alam yang makin langka seperti minyak bumi.

Lingkungan hidup kita mengalami kerusakan karena manusia hanya melihat nilai guna secara ekonomis, misalnya hutan hujan tropik kita. Keterkaitan satu komponen dengan komponen lain dalam hidup kita sebagai sebuah real-life system tampaknya dilupakan. Sistem mengalami gangguan bahkan turbulensi dan sedang berusaha mencari dan menemukan titik keseimbangan baru.

Namun, yang terjadi dalam banyak hal bukan titik keseimbangan baru yang diperoleh, melainkan kita terbawa pada sistem yang makin kompleks dan chaos . Sistem ini menghadapkan kita pada kenyataan tidak bisa berjalan lagi dengan cara lama dalam menyelesaikan masalah dan diperlukan cara baru dengan paradigma baru dan, tentu saja, gagasan baru dalam menghadapinya. Ini dialami dalam hampir semua bidang kehidupan kita, termasuk bidang pendidikan.

Sejarah memang mengajarkan, manusia bisa mengandalkan kemampuan berpikirnya untuk menghasilkan berbagai barang yang mempernyaman dan mempermudah kehidupan. Dengan teknologi, misalnya, manusia bisa memproduksi barang secara massal. Dengan ilmu pengetahuan juga manusia mengembangkan wahana transportasi, yang bukan hanya membawa manusia berjalan dari satu titik ke titik lain di muka bumi, melainkan juga bisa membawa manusia ke angkasa luar.

Namun kini manusia juga dihadapkan pada masalah baru, misalnya sarana transportasi manusia yang membutuhkan energi, yang kebanyakan berbahan bakar minyak. Padahal cadangan minyak bumi makin menipis. Bahkan Indonesia yang tadinya negara pengekspor minyak, kini mulai mengimpor minyak dan cadangan minyak bumi Indonesia diperkirakan akan habis dalam beberapa tahun ke depan.

Begitu juga dengan cadangan batu bara kita akan habis dalam beberapa puluh tahun ke depan. Manusia dituntut untuk berpikir mengembangkan enerji baru, khususnya enerji terbarukan.

Manusia dituntut untuk terus berpikir dan mengembangkan kemampuan berpikirnya, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi. Manusia juga dituntut untuk tidak mudah menyerah dalam berpikir sehingga tidak lekas mengatakan, “Pusing ah......nggak kepikiran ” atau “Ini sih bukan buat orang seperti saya, terlalu berat buat dipikirkan.” Manusia memang diperintahkan untuk berpikir dan diperlengkapi dengan potensi kemampuan berpikir.

Kini kita hidup di dunia yang makin kompleks, makin rumit dan semrawut. Tuntutan mengembangkan kemampuan berpikir untuk menghadapi permasalahan yang makin rumit, makin dirasakan setiap orang. Godaan untuk mengabaikan nilai juga makin dirasakan kuat pada setiap orang. Aneka pandangan buah berpikir juga makin berseliweran di sekitar kita yang membuat banyak orang tergoda untuk mengambilnya begitu saja, tanpa pernah dan memandang perlu untuk memikirkannya, mengkajinya, atau mengkritisinya.

Daftar Isi

Sampul
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I Sistem Nilai
     A.Nilai dan Sistem Nilai
     B. Sistem Nilai dan Sistem Keyakinan (Belief System)
     C.6 Sistem Nilai
BAB II Potensi Manusia
     A.Jasmani Manusia
     B.Otak
     C.Hati
     D.Nilai
BAB III Perkembangan Sosial
     A.Real Life System (RLS)
     B.Perubahan dan Pertumbuhan
     D.Kompleksitas dan Chaos
     C.Dinamika Spiral
BAB IV Paradigma Nilai Hidup
     A.Paradigma Nilai Hidup
     B.Nilai dan Hidup Manusia
     C.Belajar dan Berpikir
BAB V Sistem Nilai Hidup Manusia
     A.Unsur Sistem Nilai
     B.Hidup Bernilai
     C.Nilai Hidup
     D.Mengkaji Nilai
BAB VI Manusia dan Sistem Nilai
     A.Pertumbuhan Sistem Nilai
     B.Bertindak Strategik
     C.Tantangan Kita: Mendalami yang Jaiz
BAB VII Pola Perilaku
     A.Perilaku dan Nilai
     B.Pola Perilaku dan Bobot Nilainya
BAB VIII Sistem Pendidikan
     A.Berkembang dari Pengalaman Praktik
     B.Pendidikan Umum
     C.Developmentalisme
BAB IX Dunia Pendidikan (1)
     A.Pendidikan: Sebuah Sistematika Alternatif
     B.Alternatif Wajah-wajah Pendidikan
BAB X Tantangan untuk Dunia Pendidikan (2)
     A.Alternatif Tingkat-tingkat Pendidikan
     B. Kebijakan Diversifikasi/Diferensiasi tanpa Fokus & Komitmen yang Konsekuen
     C. Diversifikasi/Diferensiasi dengan Fokus
     D.Akselerasi Mutu Manajemen Pendidikan
Indeks
Daftar Rujukan