Tampilkan di aplikasi

Buku Nuansa Cendekia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Manajemen Pendidikan

Mengurai Benang Kusut, Mencari Jalan Keluar

1 Pembaca
Rp 105.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 315.000 13%
Rp 91.000 /orang
Rp 273.000

5 Pembaca
Rp 525.000 20%
Rp 84.000 /orang
Rp 420.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Belajar, berpikir dan sistem nilai itu ditempatkan dalam konteks kompleksitas dan chaos. Dengan kata pengantar seperti ini,Kata Pengantar — 9 diharapkan para pembaca lebih memahami dan bisa menangkap makna dari apa yang disajikan dalam buku ini. Buku ini dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian I membahas konsep umum mengenai kompleksitas dan chaos, lalu mengajak kita berpikir dalam kerangka sistem utuh untuk melihat permasalahan bersama yang kita hadapi. Salah satu hal penting pada bagian ini adalah berusaha menempatkan dan memberikan posisi pada pengalaman personal dan sosial sebagai sumber pengetahuan yang membawa pada kearifan untuk melihat sistem secara utuh. Bagian II menguraikan permasalahan sistem pendidikan kita dari perspektif teori kompleksitas dan chaos. Kemudian dikaji juga bagaimana kita belajar dalam lingkungan yang berubah dan terus berubah dengan cepat. Sedangkan Bagian III menempatkan pengalaman pribadi dalam perspektif teori kompleksitas dan chaos. Bagaimana hidup dialami dan memunculkan kearifan sebagai bahan belajar bagi kita bersama untuk mengarungi hidup di tengah suasana zaman yang ditandai dengan berbagai perubahan yang tak lagi bersifat linier.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Prof. Dr. Achmad Sanusi
Editor: Dr. Yosal Iriantara

Penerbit: Nuansa Cendekia
ISBN: 9786023502462
Terbit: Agustus 2017 , 408 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Belajar, berpikir dan sistem nilai itu ditempatkan dalam konteks kompleksitas dan chaos. Dengan kata pengantar seperti ini,Kata Pengantar — 9 diharapkan para pembaca lebih memahami dan bisa menangkap makna dari apa yang disajikan dalam buku ini. Buku ini dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian I membahas konsep umum mengenai kompleksitas dan chaos, lalu mengajak kita berpikir dalam kerangka sistem utuh untuk melihat permasalahan bersama yang kita hadapi. Salah satu hal penting pada bagian ini adalah berusaha menempatkan dan memberikan posisi pada pengalaman personal dan sosial sebagai sumber pengetahuan yang membawa pada kearifan untuk melihat sistem secara utuh. Bagian II menguraikan permasalahan sistem pendidikan kita dari perspektif teori kompleksitas dan chaos. Kemudian dikaji juga bagaimana kita belajar dalam lingkungan yang berubah dan terus berubah dengan cepat. Sedangkan Bagian III menempatkan pengalaman pribadi dalam perspektif teori kompleksitas dan chaos. Bagaimana hidup dialami dan memunculkan kearifan sebagai bahan belajar bagi kita bersama untuk mengarungi hidup di tengah suasana zaman yang ditandai dengan berbagai perubahan yang tak lagi bersifat linier.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Ada istilah menarik yang mungkin asing buat kebanyakan kita, dibuat Hämäläinen dan Saarinen (2008) dalam kata pengantar untuk buku yang disuntingnya, yakni kecerdasan sistem (system intellegence). Menurut kedua ilmuwan itu, manusia dipandang memiliki kemampuan instinktif untuk menghadapi lingkungannya. Kemampuan fundamental ini dilukiskan sebagai kemampuan manusia untuk bertindak, adaptif, holistik, kontekstual dan relasional serta terkait dengan lingkungannya.

Keduanya menegaskan, “Semuanya itu ada pada kemampuan untuk berhubungan dengan mekanisme umpan-balik yang saling berkaitan dan pola struktur-struktur rumit yang ada di dalam lingkungannya.” Kemampuan manusia yang seperti itulah yang disebut sebagai kecerdasan sistem atau, lebih tepatnya, kecerdasan tentang sistem.

Hämäläinen dan Saarinen memandang, konsep kecerdasan sistem ini berguna untuk dipakai dalam mengonseptualisasikan tindakan dan perilaku manusia yang berlangsung di tengah-tengah dan di dalam sistem. Sistem di sini dimaknai sebagai kompleks keseluruhan yang memiliki karakteristik yang bersumber dari berfungsinya bagian-bagian sistem karena bagian-bagian tersebut saling terkait, sehingga saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Namun, sistem di sini bukan selalu berarti sistem mekanis, yang bisa dikendalikan atau dikenali.6 — Ahmad Sanusi Hanya yang jelas, manusia memiliki kemampuan untuk bergerak dengan kecerdasan operasionalnya, begitu juga halnya dengan sistem terhadap manusia, di tengah sistem yang terus berkembang kerumitannya.

Hämäläinen dan Saarinen sendiri menunjukkan, sebagai sebuah konstruk teoretis, konsep kecerdasan sistem ini sudah diterapkan di berbagai bidang mulai dari kepemimpinan, produktivitas, arsitektur hingga pendidikan di sekolah dan komunikasi manusia.

Teori kompleksitas dan chaos menjadi alternatif untuk menjelaskan fenomena mutakhir, yang tak bisa dijelaskan secara memuaskan oleh teori dan konsep yang dijelaskan sebelumnya yang memandang keadaan ini sebagai sesuatu yang teratur dengan relasi sebab-akibat yang jelas dan bisa diperkirakan karena mereduksi jumlah variabel yang terlibat.

Namun, perkembangan kenyataan menunjukkan banyak hal ternyata tak terduga, sebab yang sama bisa saja melahirkan akibat yang berbeda, atau mengetahui penyebab bukan berarti bisa mengendalikan akibat.

Karena, ada begitu banyak variabel yang terlibat, yang tak bisa direduksi hanya kepada beberapa gelintir variabel. Karena itu, kenyataan ternyata lebih rumit dari yang dibayangkan. Apalagi bila diingat, penyebab atau variabel kecil saja bisa berakibat besar. Lihat sajalah, betapa sulitnya menjelaskan secara ilmiah naiknya harga cabe rawit dan jengkol, apalagi, bisa mengendalikan harganya dengan merujuk pada teori dan konsep ekonomi klasik, seperti hukum penawaran dan permintaan. Apalagi, misalnya, jengkol kemudian diubah citranya menjadi komoditas makanan yang prestisius dan berkelas yang dijajakan di rumah-rumah makan penunjang gaya hidup tertentu.

Teori kompleksitas dan chaos bermaksud memahami fenomenafenomena alam dan manusia dengan pendekatan baru dan cara pandang yang baru. Ia melihat adanya kenyataan yang nonlinier di dunia ini dengan pendekatan sistem. Cara pandang ini mulai mempengaruhi berbagai ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial. Banyak fenomena yang dijelaskan dengan cara pandang baru ini melahirkan pemahaman yang lebih baik. Karena, dunia ini tidak dipandang statis, melainkan bergerak secara dinamis dan menggunakan pendekatan sistem untuk melihat adanya saling pengaruh dan saling hubungan di antara komponen-komponen sistem tersebut. Perubahan pada salah satu komponen itu akan mendorong terjadinya perubahan pada komponenkomponen lain dan sistem itu sendiri.

Alur perubahannya sendiri tidak selalu sejalan seperti yang diharapkan. Namun bisa bergerak begitu saja dengan arah yang tak terduga dan tentu saja bisa menjadi kebalikan dari apa yang dimaksudkan. Sistem dinamik ini menjadi salah satu fokus penting bagi teori kompleksitas dan chaos dalam memandang kenyataan sebagai sebuah sistem. Sistem tersebut bergerak begitu dinamis dengan titiktitik perubahan yang muncul begitu saja (random) dan pada bagian apa saja dari sistem itu.

Menghadapi perubahan tersebut, orang bisa memilih berbagai tindakan. Ia bisa diam saja, bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, dan kemudian akan ikut arus mana yang paling diikuti banyak orang.

Ada yang mencoba melawan arus perubahan tanpa tahu seberapa deras dan kuat derasnya arus itu. Ada pula yang sekadar ikut arus perubahan dengan berbagai alasan tanpa tahu ke mana arus akan membawanya.

Jadi, ada orang yang bisa berdiam saja memandang arus perubahan, dan kemudian ada yang memandang bahwa masa lalu lebih baik daripada zaman sekarang tapi tidak melakukan tindakan apa pun dan melupakan dirinya hidup pada zaman sekarang. Ada yang ikut-ikutan, pokoknya ikut yang rame dengan alasan dan landasan nilainya sendiri seperti cari aman dan menyelamatkan diri sendiri. Mencoba melawan arus dengan mengingat tujuan yang hendak dicapainya pun tentu akan membutuhkan kemampuan dan pengetahuan memadai. Untuk bisa berselancar di atas gelombang kerumitan dan kesemrawutan diperlukan kemampuan diri yang memadai.

Dalam situasi lingkungan yang complex dan chaos itu diperlukan pijakan nilai-nilai yang membuat tidak mudah terombang-ambing.

Jangan mudah pula terpesona dengan hal baru yang sekadar dipercaya lebih baik tanpa pernah dipikirkan lebih dulu. Diperlukan rujukan nilai yang handal untuk menghadapi perubahan dan lingkungan yang complex dan chaos. Juga diperlukan kemampuan berpikir secara mendalam dan mendasar dengan menggunakan segenap kemampuan berpikir yang kita miliki. Kita mengembangkan dan terus mengembangkan kemampuan berpikir tersebut.

Inilah yang sebenarnya menjadi konteks dalam buku ini. Dunia pendidikan dan sistem pendidikan dipandang dari perspektif kompleksitas dan chaos. Begitu juga untuk manajemen pendidikannya, yang menjadi rujukan pada kompeksitas dan chaos itu. Dengan begitu, kita bisa memaknai konsep kecerdasan sistem ini sebagai kemampuan kita untuk memahami sistem yang ada dalam dunia pendidikan. Apa saja yang saling berpengaruh dan saling berhubungan di dalam sistem pendidikan kita dan bagaimana bisa mengelola secara efektif, efisien, produktif, transparan dan akuntabel sistem tersebut? Apa yang harus jadi pegangan dan pedoman dalam meniti perubahan yang terkadang menimbulkan turbulensi sistem dan bisa membuat kehilangan orientasi dalam bertindak? Karena itu, diperlukan sistem nilai dan tak mungkin mengabaikan nilai-nilai dalam menghadapi perubahan yang berlangsung. Dinamika sistem tidak dengan sendirinya membuat kita harus menyerahkan sepenuhnya pada gerak dinamis perubahan, atau justru sebaliknya, hanya berdiam diri dalam kebingungan menghadapi perubahan karena tak mampu memahami apa yang terjadi. Untuk itu, diperlukan rujukan sistem nilai. Di sini, yang dijadikan rujukan adalah 6 sistem nilai, yang meliputi nilai-nilai teologis, etis, estetis, logis, fisik-fisiologis dan teleologis. Enam sistem nilai ini pada dasarnya merupakan kelompok besar nilai yang masing-masing memiliki ratusan nilai yang opersional dan mungkin tidak disadari menjadi rujukan dalam melakukan tindakan dalam hidup keseharian kita.

Memang semuanya tidak sederhana lagi. Diperlukan apa yang sering dikemukakan Prof. Dr. A. Sanusi, yaitu kemampuan berpikir tingkat tinggi (high-order thinking skills) dan tugas pendidikan untuk mengembangkan kemampuan berpikir seperti itu. Karena, kita memang hidup di era kompleksitas dan chaos yang membutuhkan cara berpikir baru dalam melihat kenyataan dan tidak mudah menyerah atau dengan cepat menyatakan “udah, ah...pusing” dalam berpikir melihat masalah dan memecahkan masalah yang dihadapi, termasuk masalah yang dialami, dirasakan dan dipersepsikan ada dalam sistem pendidikan dan sistem kehidupan kita secara menyeluruh.

Ringkasnya, bagaimana mengelola kondisi rumit dan semrawut ini dengan merujuk pada nilai-nilai dan tidak mengabaikan kemampuan berpikir. Ini merupakan tema besar yang disajikan dalam buku yang dimaksudkan untuk merayakan 88 tahun Prof. Dr. A. Sanusi. Tema ini sekaligus merupakan konteks untuk buku yang berada di tangan para pembaca ini. Belajar, berpikir dan sistem nilai itu ditempatkan dalam konteks kompleksitas dan chaos. Dengan kata pengantar seperti ini diharapkan para pembaca lebih memahami dan bisa menangkap makna dari apa yang disajikan dalam buku ini.

Buku ini dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian I membahas konsep umum mengenai kompleksitas dan chaos, lalu mengajak kita berpikir dalam kerangka sistem utuh untuk melihat permasalahan bersama yang kita hadapi. Salah satu hal penting pada bagian ini adalah berusaha menempatkan dan memberikan posisi pada pengalaman personal dan sosial sebagai sumber pengetahuan yang membawa pada kearifan untuk melihat sistem secara utuh. Bagian II menguraikan permasalahan sistem pendidikan kita dari perspektif teori kompleksitas dan chaos. Kemudian dikaji juga bagaimana kita belajar dalam lingkungan yang berubah dan terus berubah dengan cepat. Sedangkan Bagian III menempatkan pengalaman pribadi dalam perspektif teori kompleksitas dan chaos.

Bagaimana hidup dialami dan memunculkan kearifan sebagai bahan belajar bagi kita bersama untuk mengarungi hidup di tengah suasana zaman yang ditandai dengan berbagai perubahan yang tak lagi bersifat linier.

Selamat membaca.

Bandung, Agustus 2017
Dr. Yosal Iriantara

Daftar Isi

Sampul
Kata pengantar
Daftar isi
Bagian I: Mengarungi dan Memahami Kompleksitas dan Chaos
Bab I Pendahuluan
     A. Kompleksitas dan Manajemen
     B. Kompleksitas dan Berpikir
     C. Kompleksitas dan Tindakan
Bab II Mendalami dan Memahami Kompleksitas (1)
     A. Prolog: Mencari Jalan Lain
     B. Apa yang dapat Kita Lakukan?
     C. Jadi, Apakah Teori Kompleksitas Itu?
Bab III Mendalami Kompleksitas (2)
     A. Sifat Dinamis Ruang Alternatif dan Kondisi
     B. Memperkuat Kerangka Sistem
Bab IV Mendalami Kompleksitas (3)
     A. Kompleksitas Sebagai Sinergi
     B. Rangkuman
Bagian II: Pribadi, Kelompok dan Organisasi Mengarungi Kompleksitas dan Chaos
Bab V Mengurai Benang Kusut: Mencari Jalan Keluar Strategik
     A. Tentang Kompleksitas
     B. Mencari Jalan Keluar: Metode Strategik Menyelenggarakan Sistem Pendidikan
     C. Mencari Jalan Keluar: Belajar = Menuntut Ilmu yang Strategik
Bab VI Mau dan Berani Berpikir
     A. Mari Berpikir
     B. Berpikir Paradigmatik
     C. Berpikir dalam Kerangka Sistem Nilai
Bab VII Belajar di Tengah Kompleksitas dan Chaos: Kajian atas Karya Rowland
     A. Belajar
     B. Membaca dengan Kritis
Bab VIII Akselerasi Kinerja Sistem Pendidikan Nasional
     A. Pendidikan: Satu Sistematika Alternatif
     B. Alternatif Wajah-wajah Pendidikan
     C. Alternatif Tingkat-tingkat Pendidikan
     D. Memahami Posisi Pendidikan Kita
     E. Kebijakan Diversivikasi/Diferensiasi Tanpa Fokus dan Komitmen yang Konsekuen!?
     F. Diversifikasi/Diferensiasi dengan Fokus!?
Bab IX Perilaku, Kepribadian, Karakter,dan Sistem Nilai (Beberapa Implikasinya Bagi Pendidikan)
     A. Pendahuluan
     B. Tinjauan Umum
     C. Tinjauan Teoretikal Umum
     D. Prinsip yang Dianut Penulis
     E. Pendidikan Karakter Berbobot Nilai
     F. Nilai yang Mana
Bagian III: Pengalaman Pribadi Mengarungi Kompleksitas dan Chaos
Bab X Pengalaman Mengarungi Kompleksitas (1)
     A. Tonggak Awal
     B. Mengenal Diri dan Waktu
Bab XI Pengalaman Mengarungi Kompleksitas (2)
     A. Dari UI ke IU
     B. Tantangan dan Peluang Baru Sejak 1963
Bab XII Pengalaman Mengarungi Kompleksitas (3)
     A. Mempraktikkan BSC dalam Urusan Pribadi/Keluarga & Lingkungan
     B. Ciri-ciri Sistem Sosial Budaya
Daftar Pustaka
Sumber Internet
Indeks
Tentang Penulis