Tampilkan di aplikasi

Buku Peneleh hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Peradaban Santri

Perspektif Kuasa-Pengetahuan

1 Pembaca
Rp 105.500 15%
Rp 89.675

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 269.025 13%
Rp 77.718 /orang
Rp 233.155

5 Pembaca
Rp 448.375 20%
Rp 71.740 /orang
Rp 358.700

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Dalam buku ini, pengetahuan adalah serangkaian pemahaman yang telah dimiliki oleh subjek. Jadi, misalnya ketika pemahaman tentang perkara X yang dimiliki oleh orang lain atau sekelompok orang, tetapi si A misalnya belum memiliki pemahaman tentang perkara X itu, maka si A tidak mempunyai pengetahuan tentang X. Ketika di lingkungannya dipahami bahwa merokok itu adalah haram, tetapi si A tidak memahaminya, maka si A tidak akan melakukan tindakan pencegahan terhadap dirinya sendiri dalam merokok. Karena tidak punya pengetahuan larangan merokok, ketika si A merokok, si A tidak merasa sama sekali ada tekanan moral di dalam dirinya. Dalam hal ini, pengetahuan bahwa rokok itu haram tidak memiliki kuasa pada diri X. Karena, sebagaimana penggunaan teori kuasapengetahuan, antara kuasa dan pengetahuan itu ibarat dua sisi mata uang. Tidak ada sisi gambar, maka tidak ada sisi nominal mata uang.

Kemudian adalah konsep diskursus. Diskursus adalah struktur pengetahuan yang eksis dalam ruang interaksi subjek-subjek pada waktu dan tempat tertentu. Diskursus inilah tempat bersemayam semua pengetahuan yang ada, yang dihasilkan, direproduksi, dan eksistensinya terjamin berkat adanya jalinan komunikasi antar subjek. Selama subjek itu terus melakukan interaksi, diskursus akan dijamin tetap hidup. Dalam pandangan Foucault, jenisjenis diskursus dalam setiap periode waktu dapat berubah.

Misalnya dalam masa awal ramenya media sosial, di dunia pesantren bisa berkembang diskursus negatif tentang media sosial. Bahwa media sosial dapat mengurangi produktivitas santri, dan seterusnya. Tetapi, kita bisa melihat kini, media sosial tidak selalu dihindari oleh pesantren. Pesantren telah merubah diskursus negatif media sosial itu menjadi lebih positif, bahwa media sosial adalah salah satu media yang sangat ampuh untuk menyebarkan gagasan moderasi Islam, misalnya, seperti yang saat ini dikerjakan oleh tim media sosial beberapa pesantren.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Ahmad Fauzi
Editor: Novrida Qudsi Lutfillah

Penerbit: Peneleh
ISBN: 9786239336424
Terbit: Oktober 2021 , 233 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Dalam buku ini, pengetahuan adalah serangkaian pemahaman yang telah dimiliki oleh subjek. Jadi, misalnya ketika pemahaman tentang perkara X yang dimiliki oleh orang lain atau sekelompok orang, tetapi si A misalnya belum memiliki pemahaman tentang perkara X itu, maka si A tidak mempunyai pengetahuan tentang X. Ketika di lingkungannya dipahami bahwa merokok itu adalah haram, tetapi si A tidak memahaminya, maka si A tidak akan melakukan tindakan pencegahan terhadap dirinya sendiri dalam merokok. Karena tidak punya pengetahuan larangan merokok, ketika si A merokok, si A tidak merasa sama sekali ada tekanan moral di dalam dirinya. Dalam hal ini, pengetahuan bahwa rokok itu haram tidak memiliki kuasa pada diri X. Karena, sebagaimana penggunaan teori kuasapengetahuan, antara kuasa dan pengetahuan itu ibarat dua sisi mata uang. Tidak ada sisi gambar, maka tidak ada sisi nominal mata uang.

Kemudian adalah konsep diskursus. Diskursus adalah struktur pengetahuan yang eksis dalam ruang interaksi subjek-subjek pada waktu dan tempat tertentu. Diskursus inilah tempat bersemayam semua pengetahuan yang ada, yang dihasilkan, direproduksi, dan eksistensinya terjamin berkat adanya jalinan komunikasi antar subjek. Selama subjek itu terus melakukan interaksi, diskursus akan dijamin tetap hidup. Dalam pandangan Foucault, jenisjenis diskursus dalam setiap periode waktu dapat berubah.

Misalnya dalam masa awal ramenya media sosial, di dunia pesantren bisa berkembang diskursus negatif tentang media sosial. Bahwa media sosial dapat mengurangi produktivitas santri, dan seterusnya. Tetapi, kita bisa melihat kini, media sosial tidak selalu dihindari oleh pesantren. Pesantren telah merubah diskursus negatif media sosial itu menjadi lebih positif, bahwa media sosial adalah salah satu media yang sangat ampuh untuk menyebarkan gagasan moderasi Islam, misalnya, seperti yang saat ini dikerjakan oleh tim media sosial beberapa pesantren.

Pendahuluan / Prolog

Catatan Penulis
Penulisan buku ini berdasarkan hasil Penelitian penulis di salah satu pesantren masyhur di Banyuwangi, Pondok Pesantren Darussalam, Blokagung, Kecamatan Tegalsari. Data yang diolah bersumber langsung dari dokumen pesantren yang diijinkan untuk penulis catat. Selain itu, data juga diperoleh dari wawancara dengan santri, pengurus, ustadz, gus, dan kiai yang mempunyai peran penting masing-masing di pesantren ini.

Pesantren ini penulis pilih karena dapat mewakili karakteristik pesantren pada umumnya. Tentang ini berkaitan dengan dinamikanya yang lengkap, mulai dari awal berdirinya berasal dari mushalla kecil, menjadi pesantren dengan metode pendidikan klasik, hingga kini telah berkembang menjadi pesantren modern besar dengan ribuan santri dan memiliki jenjang pendidikan lengkap, formal dan nonformal, hingga tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

Dalam upaya analisis, penulis sering menuliskan kutipan dengan bahasa asli yang diucapkan informan, yaitu dalam Bahasan Jawa dan disertai aslinya. Hal ini untuk menjaga otentisitas makna yang terkandung dalam setiap ekspresi informan. Dalam rangka menjaga hal-hal tertentu, penulis tidak menyebutkan nama asli informan Penelitian.

Sebagai informasi, beberapa bagian dalam buku ini sebelumnya sudah diterbitkan ke jurnal jurusan Sosiologi Universitas Brawijaya dan Jurnal Oetoesan Hindia yang dikelola oleh Yayasan Peneleh Jang Oetama.

Penulis

Ahmad Fauzi - Ahmad Fauzi adalah Aktivis Peneleh Nasional Angkatan 1. Selepas lulus dari Universitas Brawijaya sebagai Sarjana Sosial, Fauzi melibatkan diri untuk menggerakkan pemuda di Yayasan Peneleh Jang Oetama.

Editor

Novrida Qudsi Lutfillah - Novrida Qudsi Lutfillah Peneliti senior di Peneleh Research Institute (PRI), Pengelola jurnal IMANENSI sebagai Chief in Editor, menjadi editor dan reviewer di beberapa jurnal bereputasi nasional dan internasional. Selain aktif mengajar di dalam bidang akuntansi di Politeknik Negeri Malang, Doktor Ilmu Akuntansi lulusan Universitas Brawijaya ini merupakan pengurus Yayasan Peneleh Jang Oetama (YPJO), Aliansi Pengelola Jurnal Berintegritas Indonesia (ALJEBI), PUSPA ALJEBI, Forum Dosen Ekonomi dan Bisnis Islam (FORDEBI).

Daftar Isi

Sampul
Pengantar Penulis
Catatan Penulis
Daftar Isi
Untitled
Bab I Santri
     Prawacana
     Di Tengah Peradaban Dikotomis
     Membangun Peradaban Bersama Santri
Bab II Pesantren
     Pendahuluan
     Wacana Pesantren
     Perubahan Proyeksi Pendidikan di Pesantren
     Respon Pesantren terhadap Perubahan
Bab III Santri Sebagai Objek Disiplin
     Pendahuluan
     Kerangka Teoritis Michel Foucault
     Relasi Kuasa-Pengetahuan dalam Kerangka
     Reproduksi Tubuh
     Santri yang Terobjektivasi
     Tubuh yang Diawasi
     Perlawanan Santri
     Definisi Konseptual
     Struktur dan Praktik Diskursif
     Teknik Kuasa
     Panoptik
     Disiplin Tubuh
     Santri
     Kerangka Alur Berpikir
Bab IV Peran Kiai
     Pendirian Dan Perkembangan Pesantren Darussalam
     Kiai sebagai Pembaharu
Bab V Diskursus di Pesantren
     Pendahuluan
     Melacak Diskursus Awal Pesantren Darussalam
     Pembukaan Pesantren dan Diskursus Awal
     Ciri Santri
     Dominasi Diskursus Haram
     Identitas Santri
     Perkembangan Awal Diskursus
     Corak Hidup Santri dan Struktur Diskursif
     Praktik Diskursif Awal
     Sumber-sumber Diskursif
     Dawuh Kiai Syafa’at: sebagai Sumber Diskursus
Bab VI Lahirnya Rezim Kebenaran
     Pendahuluan
     Praktik Diskursif oleh Rezim
     Pelacakan Moral Santri sebagai Praktik
     Lahirnya Qanun
     Nilai Kepantasan sebagai Santri
     Perubahan Praktik dan Struktur Diskursif
Bab VII Operasionalisasi Struktur Diskursif
     Diskursus Menjadi Teknik Kuasa Diskursus Menjadi Teknik Kuasa
     Panoptik sebagai Kuasa: Santri yang Terus Merasa
     Reproduksi Tubuh Santri
     Respon Santri atas Kuasa
     Produk Relasi Kuasa-Pengetahuan
Daftar Pustaka
Lampiran
Tentang Penulis