Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Media hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Intisari Ajaran Syekh Abdul Qodir Al Jailani

1 Pembaca
Rp 25.800 17%
Rp 21.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 64.500 13%
Rp 18.633 /orang
Rp 55.900

5 Pembaca
Rp 107.500 20%
Rp 17.200 /orang
Rp 86.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku ini berisi tentang ajaran-ajaran yang pernah disampaikan oleh Syeh Abdul Qadir Jaelani ketika umat Islam mengalami keterpurukan khususnya yang terkait dengan akhlak dan iman. Dari sinilah hati kami tergerak untuk menyusun ulang ajaranajaran atau fatwa-fatwa beliau, untuk dapat dimanfaatkan oleh kaum Muslimin agar kita bisa terhindar dari keterpurukan sebagaimana yang pernah terjadi di jaman Syekh Abdul Qadir Jaelani. Buku ini dirasa sangat penting bagi kaum Muslimin, karena melihat moralitas umat Islam sekarang ini sangat jauh dari sempurna. Dan cenderung mengalami degradasi (penurunan) moral.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Syekh Abdul Mughni

Penerbit: Pustaka Media
ISBN: 9786028214032
Terbit: Desember 2018 , 226 Halaman










Ikhtisar

Buku ini berisi tentang ajaran-ajaran yang pernah disampaikan oleh Syeh Abdul Qadir Jaelani ketika umat Islam mengalami keterpurukan khususnya yang terkait dengan akhlak dan iman. Dari sinilah hati kami tergerak untuk menyusun ulang ajaranajaran atau fatwa-fatwa beliau, untuk dapat dimanfaatkan oleh kaum Muslimin agar kita bisa terhindar dari keterpurukan sebagaimana yang pernah terjadi di jaman Syekh Abdul Qadir Jaelani. Buku ini dirasa sangat penting bagi kaum Muslimin, karena melihat moralitas umat Islam sekarang ini sangat jauh dari sempurna. Dan cenderung mengalami degradasi (penurunan) moral.

Pendahuluan / Prolog

Taubatlah Sebelum Terlambat
Wahai Saudaraku, Rasulullah saw. telah bersabda: Barangsiapa dibukakan pintu kebaikan baginya, maka hendaklah dia menggunakan kesempatan itu, sebab hal itu tidak di ketahui kapan pintu kebaikan itu di tutup baginya. Wahai saudaraku, selagi pintu kesempatan dan pintu hidup masih dibuka, maka hendaknya engkau dapat memeliharanya dengan baik. Siapa tahu dalam waktu dekat, pintu ditutup kembali dan rohmu dicabut dari kerongkongan.

Jagalah akhlakmu yang baik selagi dirimu masih bisa melakukannya. Masukilah pintu taubat selagi masih terbuka bagimu. Jauhkanlah dirimu dari pintu-pintu yang dapat menyebabkan dosa dan kemaksiatan. Sebab pintu-pintu maksiat itu senantiasa terbuka lebar bagimu.

Wahai saudaraku, bangkitlah dari sesuatu yang meresahkan dirimu. Sucikanlah dirimu dari segala kotoran. Perbaikilah diri dari sesuatu yang merusak. Jernihkanlah dirimu dari kekeruhan.

Kendalikanlah dirimu dari kesenangan duniawi. Kembalilah kepada Tuhanmu, yang telah kau jadikan tempat kembali. Sifat malas hanya akan membuahkan sesal bagimu. Karena itu, janganlah bermalas-malasan dan menunda penghambaan kepada Tuhanmu. Bersegeralah melakukan amal shalih, karena Allah akan memberi rahmatNya kepadamu, baik di dunia dan akhirat.

Wahai saudaraku, kembalilah kepada Allah dengan sepenuh hati. Jadikanlah doamu sebagai pemikat. Jangan berdoa kepadaNya selagi hatimu tiada berkonsentrasi kepadaNya. Ketahuilah, bahwa pada saatnya nanti, jika Kiamat telah tiba, semua manusia mengakui perbuatannya yang pernah dilakukan di dunia; jelek atau buruk. Engkau akan menyesal dan tiada berguna. Saat itulah terjadi perhitungan amal perbuatan. Tiada yang terselipi sedikit pun. Dan engkau pun tak mampu berkelit untuk berbohong.

Daftar Isi

Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Ajaran I Taubatlah Sebelum Terlambat
Ajaran II Saling Menasehati Dalam Kebaikan
Ajaran III Ujian Bagi Orang Beriman Merupakan Rahmat Allah
Ajaran IV Ma'rifatullah Azza Wa Jalla
Ajaran V Jiwa Orang Beriman Itu Senantiasa Bersih
Ajaran VI Meraih Dua Kebahagiaan Sekaligus
Ajaran VII Bekal Orang Beriman
Ajaran VIII Qana'ah (Puas Dengan Yang Diterimanya)
Ajaran IX Takut Kepada Allah
Ajaran X Jangan Menyandarkan Nasib Kepada Makhluk
Ajaran XI Zuhud
Ajaran XII Orang Berakal Punya Keberanian
Ajaran XIII Cinta Kepada Allah
Ajaran XIV Mengerjakan Perintah Dan Menjauhi Larangan
Ajaran XV Jangan Bersikap Sombong
Ajaran XVI Ikhlas Karena Allah
Ajaran XVII Keutamaan Kalimah Laa Ilaaha Illallaah
Ajaran XVIII Keutamaan Sifat Sabar
Ajaran XIX Menjenguk Orang Sakit
Ajaran XX Memandang Allah Di Yaumil Kiamat
Ajaran XXI Marah Yang Terpuji Dan Yang Tercela
Ajaran XXII Jangan Merendahkan Diri Kepada Orang Kaya
Ajaran XXIII Mensyukuri Nikmat Allah
Ajaran XXIV Zuhud Di Dunia
Ajaran XXV Tidak Berkeluh Kesah Kepada Sesama Manusia
Ajaran XXVI Menyekutukan Allah Dalam Angan-Angan
Ajaran XXVII Menjernihkan Hati
Ajaran XXVIII Berbicara Harus Diikuti Dengan Perbuatan
Ajaran XXIX Perjuangan Batin Melawan Syetan
Ajaran XXX Allah Menjamin Rejeki
Ajaran XXXI Al Quran Sebagai Tumpuhan Hidup
Ajaran XXXII Nifaq (Munafik)
Ajaran XXXIII Jangan Mencari Selain Allah
Ajaran XXXIV Tafakur
Ajaran XXXV Bersih dan Sopan
Ajaran XXXVI Bebaskan Hatimu Dari Beban
Ajaran XXXVII Akhlak Yang Mulia

Kutipan

Ajaran II Saling Menasehati Dalam Kebaikan
Wahai saudaraku, tahukah engkau orang yang jernih dan suci jiwanya? Mereka adalah orang yang ingatannya semata-mata tertuju kepada Tuhannya. Karena senantiasa mengingat Tuhannya, sehingga ia lupakan dunia.

Bila engkau tenggelam dalam urusan duniawi, bila engkau lupa terhadap akhirat, bila engkau tidak punya rasa malu kepada Tuhanmu, maka dengarlah nasihat saudaramu sesama iman. Terhadap saudara sesama iman janganlah bersilang pandang dan berselisih. Sebab orang yang beriman jika menasihati saudaranya seperti halnya menasihati dirinya sendiri. Nasihatnya tulus ikhlas demi kebaikan.

Orang beriman itu menjadi cermin bagi orang yang beriman lainnya.

Ketahuilah bahwa orang beriman itu suka sekali memberi nasihat yang benar dan baik kepada sesama orang beriman. Ia pandai membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Hatinya suci karena Allah menuntut dan membimbingnya. Oleh karenanya, setiap kata-kata yang dinasihatkan senantiasa mengandung hikmah teramat dalam.

Sesungguhnya, aku (Abdul Qadir) adalah penasihat bagimu.

Aku tidak membutuhkan balasan kebaikan apa pun dari amalanku ini. Karena aku menyadari bahwa akhiratku kudapatkan dari Allah. Aku sama sekali tidak mengejar dunia pun. Dan aku juga bukan menghamba akhirat. Tapi ketahuilah, aku senantiasa menghambakan diri hanya kepada Allah. Karena Dia adalah Dzat yang maha Kekal dan Abadi.

Wahai saudaraku, tanggalkanlah sifat ujubmu di hadapan Allah. Sifat ujub ialah merasa besar dan hebat. Jangan pula engkau ujub kepada makhlukMu. Engkau harus menyadari bahwa dirimu mempunyai sifat yang manusiawi. Agar sifat manusiawi itu tidak menguasi dirimu, maka hendaknya engkau merendahkan jiwamu. Ingatlah, sesungguhnya kejadianmu itu hanyalah berasal dari nuthfah, yaitu campuran yang asalnya dari sulbi ayahmu dan taraib ibumu; air hina dan menjijikkan. Pada akhirnya engkau pun mati dan menjadi bangkai yang busuk. Menjadi santapan cacing-cacing tanah. Mengapa engkau harus menyombongkan diri dan merasa diri lebih hebat? Janganlah sekali-kali menjadi manusia yang rakus dan menghambakan diri kepada nafsu.