Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Daratan dan Kepulauan Riau dalam Catatan Arkeologi dan Sejarah

1 Pembaca
Rp 75.000 30%
Rp 52.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 157.500 13%
Rp 45.500 /orang
Rp 136.500

5 Pembaca
Rp 262.500 20%
Rp 42.000 /orang
Rp 210.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Secara geografis, Riau terletak di bagian tengah pantai timur Sumatra, berhadapan dengan Selat Melaka. Pada Juli 2004, kawasan ini secara administratif dibagi menjadi dua, yakni Provinsi Riau yang mencakup daratan utama di Pulau Sumatra, dan Provinsi Kepulauan Riau yang meliputi sekelompok pulau di Selat Malaka antara Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung. Wilayahnya sangat strategis, berada di persimpangan jalur pelayaran-perdagangan dunia, menyebabkan wilayah ini menjadi semacam melting pot kebudayaan berbagai bangsa di dunia: India, Arab, Eropa, dan China.

Jejak pengaruh peradaban bangsa-bangsa tersebut terekam dalam catatan sejarah maupun tinggalan arkeologis di wilayah ini, baik di daratan maupun kepulauan. Peradaban Riau telah meninggalkan buktinya sejak periode yang cukup awal. Penemuan berbagai artefak batu di Situs Logas, Sungai Singingi di Kabupaten Kuantan Singingi mengindikasikan adanya penghunian di wilayah ini sejak periode Paleolitik (Wiradnyana, 2018).

Kompleks percandian Buddha Muara Takus di tepi bagian hulu Sungai Kampar, di Kabupaten Kampar, memperkuat kehadiran Kerajaan Buddhis Sriwijaya abad ke-7-11 M. Kerajaan-kerajaan lokal ini pun tercatat eksis di wilayah Riau sezaman dengan Kerajaan Majapahit abad ke-8 - 15 M. Pascapengaruh Hindu-Buddha, kawasan ini berkembang menjadi kerajaan Islam, misalnya Kesultanan Indragiri dan Siak Sri Inderapura yang mendominasi pelayaran-perdagangan Selat Malaka. Sebelum akhirnya jatuh ke dalam Pax Neerlandica dan sebagian dihapuskan oleh Belanda pada awal abad ke-20 M.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Sofwan Noerwidi (Editor)

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786239662912
Terbit: Mei 2021 , 186 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Secara geografis, Riau terletak di bagian tengah pantai timur Sumatra, berhadapan dengan Selat Melaka. Pada Juli 2004, kawasan ini secara administratif dibagi menjadi dua, yakni Provinsi Riau yang mencakup daratan utama di Pulau Sumatra, dan Provinsi Kepulauan Riau yang meliputi sekelompok pulau di Selat Malaka antara Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung. Wilayahnya sangat strategis, berada di persimpangan jalur pelayaran-perdagangan dunia, menyebabkan wilayah ini menjadi semacam melting pot kebudayaan berbagai bangsa di dunia: India, Arab, Eropa, dan China.

Jejak pengaruh peradaban bangsa-bangsa tersebut terekam dalam catatan sejarah maupun tinggalan arkeologis di wilayah ini, baik di daratan maupun kepulauan. Peradaban Riau telah meninggalkan buktinya sejak periode yang cukup awal. Penemuan berbagai artefak batu di Situs Logas, Sungai Singingi di Kabupaten Kuantan Singingi mengindikasikan adanya penghunian di wilayah ini sejak periode Paleolitik (Wiradnyana, 2018).

Kompleks percandian Buddha Muara Takus di tepi bagian hulu Sungai Kampar, di Kabupaten Kampar, memperkuat kehadiran Kerajaan Buddhis Sriwijaya abad ke-7-11 M. Kerajaan-kerajaan lokal ini pun tercatat eksis di wilayah Riau sezaman dengan Kerajaan Majapahit abad ke-8 - 15 M. Pascapengaruh Hindu-Buddha, kawasan ini berkembang menjadi kerajaan Islam, misalnya Kesultanan Indragiri dan Siak Sri Inderapura yang mendominasi pelayaran-perdagangan Selat Malaka. Sebelum akhirnya jatuh ke dalam Pax Neerlandica dan sebagian dihapuskan oleh Belanda pada awal abad ke-20 M.

Pendahuluan / Prolog

Prolog
Riau adalah suatu kawasan yang terletak di bagian tengah pantai timur Sumatra, berhadapan dengan Selat Melaka. Pada Juli 2004, kawasan ini secara administratif dibagi menjadi Provinsi Riau yang mencakup daratan utama di Pulau Sumatra, dan Provinsi Kepulauan Riau yang meliputi sekelompok pulau-pulau di Selat Malaka antara Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung.

Wilayahnya secara geografis yang sangat strategis, berada di persimpangan jalur pelayaran-perdagangan dunia, menghubungkan Teluk Bangla dan Samudera Hindia di barat dengan Laut Natuna di utara. Menyebabkan wilayah ini menjadi semacam melting pot kebudayaan berbagai bangsa di dunia: India, Arab, Eropa, dan China. Jejak pengaruh peradaban bangsa-bangsa tersebut terekam dalam catatan sejarah maupun tinggalan arkeologis di wilayah ini, baik di daratan maupun kepulauan. Peradaban Riau telah meninggalkan buktinya sejak periode yang cukup awal.

Penemuan berbagai artefak batu di Situs Logas, Sungai Singingi di Kabupaten Kuantan Singingi mengindikasikan adanya penghunian di wilayah ini sejak periode Paleolitik (Wiradnyana, 2018). Kemudian kompleks percandian Buddha Muara Takus di tepi bagian hulu Sungai Kampar, di Kabupaten Kampar, diperkirakan telah ada pada zaman Kerajaan Sriwijaya abad VII-XI M. Kerajaan-kerajaan lokal tercatat eksis di wilayah Riau sezaman dengan Kerajaan Majapahit abad XIII-XV M, seperti misalnya: siyak, ṛkān, kampar, pane, kāmpe, dan harw. Pascapengaruh Hindu-Buddha, kawasan ini diteruskan oleh keberadaan Kesultanan Indragiri dan Siak Sri Inderapura yang mendominasi pelayaran-perdagangan Selat Malaka sebelum akhirnya dihapuskan oleh Belanda pada awal abad XX M.

Walaupun peradaban Riau cukup panjang dan letaknya sangat strategis, belum banyak buku mengenai arkeologi maupun sejarah yang khusus membahas peradaban kawasan ini. Sebagian besar tema kajian terfokus pada kebesaran Sriwijaya di Palembang, maupun monumen-monumen di Muaro Jambi yang berada di sebelah selatan Riau. Salah satu buku “klasik” adalah “Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya” karya Budisantoso (1986).

Namun buku tersebut sebatas mengungkap peradaban Riau dari perspektif etnografis, dengan sedikit bahasan historis, dan belum mengungkap tinggalan arkeologis. Penulisan buku yang diberi judul „Riau Daratan dan Kepulauan dalam Catatan Arkeologi dan Sejarah“ oleh Balai Arkeologi Provinsi Sumatra Utara ini bertujuan untuk mengisi kekosongan yang lama mengenai tema yang dikaji dari kawasan tersebut.

Sebanyak enam manuskrip ditampilkan dalam buku ini, yang merupakan karya dari para peneliti, pelestari, dan akademisi yang telah malang-melintang mengkaji jejak historis maupun arkeologis di wilayah Riau. Buku ini disusun berdasarkan alur deduktif dengan menampilkan dua karya yang bersifat umum pada bagian awal, kemudian dilanjutkan dengan menampilkan karyakarya khusus pada bagian berikutnya.

Naskah pertama berjudul “Potensi Sumber Daya Arkeologi Maritim pada Beberapa Situs di Riau Daratan dan Riau Kepulauan” karya Lucas Partanda Koestoro yang merupakan peneliti senior arkeologi maritim, khususnya di Sumatra. Tulisan ini mengetengahkan jejak-jejak pengaruh berbagai peradaban dunia di Riau, baik yang terletak di provinsi daratan maupun kepulauan, khususnya terkait dengan peran penting wilayah tersebut dalam aktivitas maritim di Selat Malaka.

Tercatat ada enam situs di daratan dengan rincian dua situs berasal dari periode pengaruh Hindu-Buddha, sedangkan empat situs lainnya berasal dari periode pengaruh Islam dan kolonial. Kemudian terdapat empat belas situs yang terletak di provinsi kepulauan, berasal dari periode prasejarah hingga resen, membuktikan peran strategis kepulauan tersebut dalam pelayaran-perdagangan Selat Malaka.

Daftar Isi

Sampul
Daftar Isi
Pengantar Penerbit
Prolog
Potensi Pada Beberapa Situsarkeologi Maritim Pada Beberapasitus Di Riau Daratan Dan Kepulauan
     Pendahuluan
     Penyebaran Pengaruh Luar Di Nusantara
          1. Pengaruh Hindu-Buddha
          2. Pengaruh Islam
          3. Pengaruh Eropa
     Kajian Situs-situs Maritim Di Riau Daratan dan Kepulauan
     Kilasan Situs-situs Maritim Di Daratan Dan Kepulauan Riau
          1. Provinsi Riau
               a. Situs Kota Lama
               b. Peninggalan Kerajaan Siak
               c. Candi Sintong dan Candi Sedinginan
               d. Situs Padang Candi
               e. Benteng Tujuh Lapis Dalu-dalu
               f. Pulau Jemur
          2. Provinsi Kepulauan Riau
               a. Prasasti Pasir Panjang
               b. Kamp Pengungsi Vietnam di Pulau Galang, Batam
               c. Pulau Natuna
               d. Situs Tanjung Renggung I dan Situs Tanjung Renggung V
               e. Situs Sembulang Tanjung
               f. Situs Bukit Kerang Kawal Darat
               g. Situs Kota Rebah/Kota Lama
               h. Situs Bukit Jakas/Bangkai Perahu Nakhoda Ragam
               i. Pulau Lingga
               j. Pulau Singkep
               k. Pulau Basing
               l. Pulau Penyengat
               m. Perahu di Pantai Lancang Kuning
               n. Pulau Malang Berdaun dan Pulau Wangkang
     Penutup
     Daftar Pustaka
Das Indragiri Dan Tinggalan Arkeologinya
     Pendahuluan
     Tinggalan Masa Lalu Di Das Inderagiri
          1. Hulu DAS Inderagiri
          2. Hulu DAS Inderagiri
     Penutup
     Ucapan Terima Kasih
     Daftar Pustaka
     Laman
Melihat Kembali Nilai Pentingbukit Kerang Kawal Darat
     Pendahuluan
     Gambaran Umum Bukit Kerang Kawal Darat
     Nilai Penting Cagar Budaya
     Nilai Penting Bukit Kerang Kawal Darat
     Penutup
     Daftar Pustaka
Dharãnî Dari Riau Dan Kepulauanriau, Sebuah Catatan Tentangprasasti Pasir Panjang Danpadang Candi
     Pendahuluan
     Prasasti Dari Riau Dan Kepulauan Riau
          1. Prasasti Padang Candi I dan II
          2. Prasasti Pasir Panjang
     Interpretasi Prasasti Dari Riau Dan Kepulauan Riau
          1. Pasir Panjang
          2. Prasasti Pasir Padang Candi I dan II
          3. Yantra, Mantra, dan Dhārani
     Kesimpulan
     Daftar Pustaka
Indikasi Penyakralan Ruang Danaktivitas Religi Di Situs Prasastipasir Panjang
     Pendahuluan
     Situs Prasasti Pasir Panjang
     Penyakralan Jejak Kaki
     Penyakralan Air Dan Sumber Air
     Objek Sakral Dan Ruang Sakral Pada Situs Prasasti Pasir Panjang
     Aktivitas Religi Pada Situs Prasasti Pasirpanjang
     Penutup
     Daftar Pustaka
Tinjauan Awal Aspek Tipologi Dankronologi Nisan Makam Raja-rajarambah, Kabupaten Rokan Hulu,provinsi Riau
     Pendahuluan
     Kajian Nisan Islam Di Indonesia
     Gambaran Umum Situs Makam Raja-raja Rambah
     Nilai Penting Situs Makam Raja Rambah
     Tipologi Nisan Di Makam Raja-raja Rambah
     Ornamen/ragam Hias Nisan Makam Raja-raja Rambah
          a. Bunga Teratai
          b. Geometris
          c. Arabesk
     Kronologi Situs Makam Raja-raja Rambah
     Kesimpulan
     Daftar Pustaka
Epilog
Tentang Penulis
Index