Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Keyakinan dan Kekuatan

Seni Bela Diri Silat Banten

1 Pembaca
Rp 85.000 30%
Rp 59.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 178.500 13%
Rp 51.567 /orang
Rp 154.700

5 Pembaca
Rp 297.500 20%
Rp 47.600 /orang
Rp 238.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Banten, yang terletak di daerah barat Jawa, merupakan kancah dari inisiasi ritual bela diri silat, yang mengandung praktik pertarungan, terapi, tarian, musik dan teater. Inisiasi ini dipengaruhi oleh kemampuan tubuh yang diberikan oleh sistem sosiopolitik dan budaya yang silih berganti di daerah ini: kerajaan Hindu-Budha, kesultanaan Islam, jaringan perdagangan dan agama yang berasal dari Cina dan Timur Tengah. Kemudian, ciri-ciri ini menjadi pendasaran dari sistem silat lokal, yang bukan hanya mempunyai ciri khas Melayu tetapi juga menunjukkan ‘Kabantenanya’. ‘Kabantenan’ ini mengandung berbagai prinsip etika, budaya dan agama yang khas Banten dan mencakup berbagai variasi lokal. Melalui studi banding lima aliran utama dari daerah ini, buku ini mendeskripsikan kosmologi dan sistem teknik dari kelompok inisiasi dalam konteks sejarah dan sosial-budaya Banten. Buku ini juga menceritakan secara terperinci perjalanan sesepuh pendiri, naskah pendirian perguruan, dan organisasi sosial-politiknya. Karya ini bisa jadi suatu alat untuk memahami lebih lanjut mengenai hal yang menjadi permasalahan di masa kini terkait dengan proses pengolahragaan, perubahan politik dan ekonomik di Indonesia dan juga persaingan dari sistem bela diri luar yang diangkat oleh media massa.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Gabriel Facal

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786024331306
Terbit: Desember 2020 , 353 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Banten, yang terletak di daerah barat Jawa, merupakan kancah dari inisiasi ritual bela diri silat, yang mengandung praktik pertarungan, terapi, tarian, musik dan teater. Inisiasi ini dipengaruhi oleh kemampuan tubuh yang diberikan oleh sistem sosiopolitik dan budaya yang silih berganti di daerah ini: kerajaan Hindu-Budha, kesultanaan Islam, jaringan perdagangan dan agama yang berasal dari Cina dan Timur Tengah. Kemudian, ciri-ciri ini menjadi pendasaran dari sistem silat lokal, yang bukan hanya mempunyai ciri khas Melayu tetapi juga menunjukkan ‘Kabantenanya’. ‘Kabantenan’ ini mengandung berbagai prinsip etika, budaya dan agama yang khas Banten dan mencakup berbagai variasi lokal. Melalui studi banding lima aliran utama dari daerah ini, buku ini mendeskripsikan kosmologi dan sistem teknik dari kelompok inisiasi dalam konteks sejarah dan sosial-budaya Banten. Buku ini juga menceritakan secara terperinci perjalanan sesepuh pendiri, naskah pendirian perguruan, dan organisasi sosial-politiknya. Karya ini bisa jadi suatu alat untuk memahami lebih lanjut mengenai hal yang menjadi permasalahan di masa kini terkait dengan proses pengolahragaan, perubahan politik dan ekonomik di Indonesia dan juga persaingan dari sistem bela diri luar yang diangkat oleh media massa.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
“Sepertinya pencak silat tidak menjadi tuan di rumah sendiri” Kalimat di atas sering diucapkan mendiang suami saya, alm O'ong Maryono, untuk menujukkan kegelisahan bahwa pencak silat tidak cukup dihargai di Indonesia bakhan di dunia Melayu pada umumnya. Sebagai tokoh pencak silat yang mendedikasikan kehidupannya kepada pencak silat dengan menjadi olaragawan maupun cendekiawan, beliau merasa kecewa bahwa di daerah tempat asal bela diri khas Melayu ini, informasi tertulis mengenai pencak silat sanagat kurang dan banyak yang tidak mengetahuinya dan/atau tidak menghargainya.

Sedangkan alm suami saya merasa yakin bahwa pencak silat sebetulnya unik dalam menggabungkan gerakan-gerakan olahraga dan jurus-jurus bela diri dengan unsur seni, serta teknik pernapasan dan kesadaran spiritual. Hal lain yang menarik, seperti yang pernah beliau tulis, adalah "secara paradoksal, kesatuan kaidah pencak silat justru terdiri dari inti yang sangat bervariasi, tergantung gerakan dan teknik dasar mana yang diutamakan dalam kombinasi tersebut".

Keanekaragaman ini terwujud dalam ratusan gaya aliran, perguruan jurus dan gerak dengan makna, rasa, dan bentuk estetika yang beraneka ragam pula. Kekayaan perbedaan ini—yang sebetulnya seharusnya dianggap bagian integral sekaligus refleksi dari budaya Indonesia sendiri—perlu dirawat, dilestarikan, serta dikembangkan agar pencak silat dapat mengikuti zaman dan "merentang waktu"1. Bila tidak, waktu justru akan menghapuskannya, dan dengan kehilangan kearifan lokal yang unik ini, roh budaya dan bangsa akan menghilang pula.

Pendirian O'ong Maryono Pencak Silat Award, sebuah pundi yang mendanai kegiatan dokumentasi, penelitian dan Publikasi pencak silat pada haul pertama Mas O'ong pada tanggal 20 Maret 2014 di Padepokan Pencak Silat,2 maupun peluncuran Seri Pustaka Pencak Silat ini bekerja sama dengan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, terinspirasi oleh kegelisahan alm suami saya, dan menjadi upaya untuk melestarikan pencak silat serta meningkatkan nilai apresiasi masyarakat akan pentingnya pencak silat sebagai cerminan keanegaragamaan budaya Indonesia, sesuai impian Mas O'ong dan praktisi pencak silat yang sevisi.

Dengan demikian, sangat pas bahwa buku pertama dari Seri ini adalah buku Maen Pukulan; Pencak Silat Khas Betawi yang ditulis oleh Bang G.J. Nawi, yang juga menjadi penerima O'ong Maryono Pencak Silat Award pertama pada bulan Juni 2014 di Pencak Malioboro Festival. Buku hasil penelitian partisipatif yang bertahun-tahun ini, didukung dan dinantikan oleh Mas O'ong karena pentingnya pencak silat Betawi yang begitu erat hubungannya dengan cara hidup masyarakat dan begitu kaya sanggar dan gaya, bahkan aliran-aliran yang dianggap menjadi sumber rujukan untuk aliran lain di Nusantara. Seperti Mas O'ong tulis dalam kata pengantar untuk buku ini sebelum meninggal "keanekaragaman yang tidak dapat kita bantah adalah realitas yang tak terpisahkan dari perkembangan pencak silat Betawi." Sesudah Jakarta, fokus seri pindah ke daerah tetangga, Banten.

Buku yang ditulis oleh peneliti Perancis, Gabriel Facal, ini bertujuan memperkenalkan dan menggambarkan silat Banten, dan pada khususnya ritual inisiasi bela diri dengan menganalisis perkembangan silat di Banten dan lima aliran silat utama di wilayah ini. Buku yang didasari penelitian lapangan untuk tesis S3 dalam bahasa Perancis, diadaptasi dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan dukungan O'ong Maryono Pencak Silat Award, agar dapat dibaca oleh para praktisi dan peminat pencak silat di Banten maupun daerah lain, agar terjadi pertukaran ilmu yang tidak kenal batas negara dan bahasa dalam pelestarian pencak silat.

Semoga upaya penulis menyumbang ilmu mengenai pencak silat maupun kontribusi Seri Pustaka Pencak Silat dalam menerbitkan buku teknik maupun buku sosio-budaya yang bertema pencak silat, dapat menyatu dengan usaha-usaha gerakan praktisi pencak silat yang sedang dirintis di Indonesia, untuk meninkatkan kesadaran publik dan pemerintah atas pentingnya pencak silat. Semoga dengan usaha yang kolektif ini, pada satu saat yang tidak terlalu jauh kita bersama dengan bangga dan percaya diri dapat mengatakan bahwa pencak silat berhasil "merentang waktu" dan " menjadi tuan di rumah sendiri".

Selamat membaca buku yang menarik ini, dan salam pencak silat!

Daftar Isi

Sampul
Sistem penulisan dan penyajian
Ucapan terima kasih
Kata Pengantar Seri Pustaka Pencak Silat
Kata Pengantar Penguatan Keyakinan Dan Keyakinan dalam kekuatan
Susunan Buku
Daftar Isi
1. Pengakaran dan Penyebaran Silat di Banten
     1.1. Inklusi Regional Seni Bela Diri Banten
     1.2. Latar Belakang Historis Ritual Inisiasi Seni Bela Diri di Banten
     1.3. Kekhasan Kultural pada Inisiasi Ritual Bela Diri Banten
2. Lima Aliran Utama Banten
     2.1. TTKKDH: Aliran Cimande versi Banten
     2.2. Terumbu: Pembela Historis Kesultanan dan Penempatan Posisi Politik Kontemporer yang Bervariasi
     2.3. Bandrong: Penjaga Historis dari Pesisir dan Pengusaha Modern
     2.4. Haji Salam: Teknik-teknik yang Terinspirasi dari Lingkungan Alam dan Perkembangan Berbagai Aliran di Perkotaan
     2.5. Ulin Makao: Perpaduan antara Aliran-aliran Banten dan Kuntao Asli Tiongkok
3. Karakteristik Silat Banten
     3.1. Titik-titik Persamaan di antara Aliran-aliran yang Ada
     3.2. Evolusi Kontemporer Perguruan-perguruan Silat dari Segi Kosmologis, Sistem Pertarungan dan Cara Pengajaran
Kesimpulan: Perspektif Silat di Banten
Lampiran-lampiran
Daftar istilah
Daftar pustaka
Profil O'ong Maryono pencak silat award
Tentang penulis