Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Solitude

1 Pembaca
Rp 45.000 30%
Rp 31.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 94.500 13%
Rp 27.300 /orang
Rp 81.900

5 Pembaca
Rp 157.500 20%
Rp 25.200 /orang
Rp 126.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Membaca sajak-sajak Irma adalah membaca jejak ingatan yang lurus, tegas namun lembut, panjang, dan jauh. Ingatan yang dipanggil dengan bisik yang sabar. (Eko Endarmoko, penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia) Bagi Irma Widyani, puisi adalah medium dialog antara pikiran dan perasaannya. Dengan ungkapan yang tak rumit, banyak pertanyaan tentang kesehariannya dilontarkan. Sejumlah jawaban bisa jadi sudah diketahuinya sebagai pilihan-pilihan hidup. Meskipun puisi tak memiliki jenis kelamin, himpunan ini memberi warna tentang perempuan. (Kurnia Effendi, cerpenis, penyair, redaktur majalah Majas)

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Irma Widyani

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786024338978
Terbit: Desember 2020 , 100 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Membaca sajak-sajak Irma adalah membaca jejak ingatan yang lurus, tegas namun lembut, panjang, dan jauh. Ingatan yang dipanggil dengan bisik yang sabar. (Eko Endarmoko, penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia) Bagi Irma Widyani, puisi adalah medium dialog antara pikiran dan perasaannya. Dengan ungkapan yang tak rumit, banyak pertanyaan tentang kesehariannya dilontarkan. Sejumlah jawaban bisa jadi sudah diketahuinya sebagai pilihan-pilihan hidup. Meskipun puisi tak memiliki jenis kelamin, himpunan ini memberi warna tentang perempuan. (Kurnia Effendi, cerpenis, penyair, redaktur majalah Majas)

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Menulis adalah sebuah kegiatan yang saya selalu ingin lakukan. Ketika tengah dalam sebuah rombongan di mana saya cuma menjadi sampiran, maka saya sering menghibur diri dengan berkata dalam hati, “Tapi, mereka tidak menulis.” Menulis adalah dunia yang sangat saya cintai. Tapi ternyata cinta itu tidak cukup melahirkan banyak tulisan. Saya kurang produktif dan tulisan akan lahir ketika hati menjadi sangat penuh. Karenanya teman sering menggoda, “Lo kalau lagi bahagia ga bisa nulis.” Mungkin benar.

Karena dengan menulis kuk yang harus saya tarik terasa lebih ringan. Semua itu mendorong saya mengumpulkan puisi-puisi yang terbengkalai dalam kurun waktu yang mungkin bisa mengingatkan saya betapa segala kesukaran bisa terlalui. Dan bagaimana belajar bertahan untuk mendapat kelegaan.

Terima kasih kepada sahabat saya, Eko Endarmoko, yang mendorong saya membuat antologi ini. Terima kasih juga kepada Mbak Kartini Nurdin, Nani Wardani, Sugiono Setyarahardjo, dan Mercy Indiana yang memungkinkan buku ini terbit. Tak lupa pula terima kasih kepada temanteman yang meluangkan waktu untuk menulis komentar. Selamat membaca. Mudah-mudahan antologi ini bisa memberi ingatan, duka selalu mencari jalan lepasnya. Saya melakukannya dengan menulis.


Jakarta 29 Februari 2020
Irma Widyani

Daftar Isi

Sampul
Daftar Isi
Kata pengantar
Maka Aku Tahu
Manis
Layang-layang Kecilku (Kepada Anakku Wira)
Masih Juga Dungu
Aku Ingin Pulang
Ketika Bumi Memanggilmu
Jika Tanggal Bersama
Tersesat di Sebuah Sore
Menemui Kenangan
Pulang
Sudah Kulakukan
Solitude
Bagaimana Bisa
Apa?
Langkah-langkah ke Pintu
Jalan Pulang
Kunang-Kunang
Manakah
Cintamu Kepadaku
Berlabuh di Mana
Saat Kehilangan
Belenggu
Suatu Malam
Terperangkap dalam Waktu yang Gagap
Kau di Antara Kopi
Bukan Kau
Terperangkapkah?
Menarik Waktu
Merantaiku
Tak Pernah Merdu
Datanglah Meski Senja Tak Rupawan
Rindu Kepadamu
Awal Kemarau
Aku Cemas Karenanya
Hidup Adalah Hari Ini
Senda Gurau yang Kurindu
Jalan Kehilangan
Dalam Doa
Kudapan di Remah Terakhir
Jangan Terlalu Tinggi
Perempuan di Makam
Rindu Kepadamu
Dalam Rindu Kau Tak Ada
Tentang Pasu yang Hampa
Bagaimana Menghiburkanmu?
Rindu Rumah
Jadikan Aku Kanak-Kanak
Sudahkah
Bersegeralah
Aku Ingin Bercerita
Akan Terkirim ke Mana?
Titik di Kalimat yang Berlarian
Di Keramik yang Pecah
Kaukah Cahaya Doa
Rekatkan
Rencana yang Reda
Cahaya dalam Hujan
Menari dalam Hujan
Muara
Aku Ingin Mati
Ada Saat
Membuatku Jadi Abu
Kalau Sore
Ingin Aku
Sudah Terjelang
Hujan
Sepotong Hari yang Hilang
Tentang penulis