Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Tan Malaka Gerakan Kiri, Dan Revolusi Indonesia

Jilid 4: September 1948 - Desember 1949

1 Pembaca
Rp 140.000 30%
Rp 98.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 294.000 13%
Rp 84.933 /orang
Rp 254.800

5 Pembaca
Rp 490.000 20%
Rp 78.400 /orang
Rp 392.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Tan Malaka (1894-1949) pada tahun 1942 kembali ke Indonesia menggunakan nama samara sesudah 20 tahun mengembara. Pada masa Hindia Belanda, ia bekerja untuk Komintem (organisasi komunis revolusioner internasional) dan sesudah 1927 memimpin Partai Repoeblik Indonesia yang illegal dan antikolonial.

ia tidak diberi peranan dalam proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia: Soekarno, Hatta, dan Sjahrir. Tetapi segera pula mereka tidak sejalan. Tan Malaka menghendaki sikap tak mau berdamai dengan Belanda yang ingin memulihkan kendali kekuasaan kolonialnya. Ia memilih jalan’perjuangan’ dan bukan jalan ‘diplomatis’. Ia mendirikan Persatoean Perdjoeangan yang dalam beberapa bulan menjadi alternative dahsyat terhadap pemerintahan mederat. Dalam konfrontasi di Parlemen ia kalah dan beberapa minggu kemudian Tan Malaka dan sejumlah pengikutnya ditangkap dan ditahan tanpa proses sama sekali – dari Maret 1946 sampai September 1948.

Jilid empat ini meliputi periode dramatis setelah pembebasan Tn Malaka sampai ia menghilang pada Februari 1948. Ia mulai dengan menghimpun pendudukannya yang telah tercerai-berai dan pada November 2948 mendirikan parta baru yang bernama Partai Murba. Akan tetapi pembentukan partai terganggu oleh Serangan Belanda Kedua pada Desember 1948. Saat itu Tan Malaka bermarkas di Kediri di bawah perlindungan bataliyon TNI yang dipimpin Sabarudin. Sabarudin memiliki reputasi buruk sebagai seorang panglima perang yang bengis dan kejam. Di Kediri, Tan Malaka mempersiapkan tentara dan rakyat melakukan perang gerilya terhadap Belanda dengan tujuan Indonesia sebagai Negara sosialis. Sesudah ikut bergerilya ke Gunung Wilis, dalam pamphlet yang ditulisnya tiap hari, ia menyerang Soekarno dan Hatta yang telah ditahan Belanda dan menuduh TNI di daerah yang bersikap putus asa. Bahkan ia memproklamir dirinya sebagai Presiden Indonesia. Serntak TNI beraksi. Markas besar Tan Malaka dan Sabarudin ditumpas. Setelah suatu rangkaian peristiwa yang luar biasa, Tan Malaka dieksekusi oleh satuan local TNI di desa Selopanggung, 21 Februari 1949. Kematiannya dirahasiakan.

Sesudah 58 tahun barulah terungkap lokasi, tanggal, dan pelakunya, yaitu dalam edisi asli buku ini yang berbahasa Belanda (2007). Kematian Tan Malaka tidak mengakhiri gagasan radikalnya. Sampai akhir 1949 para pendukungnya terlibat dalam aksi-aksi gerilya melawan TNI, dan pemimpin Republik. Namun dukungan rakyat ternyata tidak memadai sehingga kekalahan tidak dapat dihindari. Buku ini secara mendetail menggambarkan hal ikhwal perlawanan radikal ini. Bab akhir mendokumentasikan pencarian lokasi kuburan Tan Malaka, penggalian jenazahnya pada tahun 2009, serta hasil autopsi.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Harry A. Poeze

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786024332877
Terbit: Desember 2020 , 502 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Tan Malaka (1894-1949) pada tahun 1942 kembali ke Indonesia menggunakan nama samara sesudah 20 tahun mengembara. Pada masa Hindia Belanda, ia bekerja untuk Komintem (organisasi komunis revolusioner internasional) dan sesudah 1927 memimpin Partai Repoeblik Indonesia yang illegal dan antikolonial.

ia tidak diberi peranan dalam proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia: Soekarno, Hatta, dan Sjahrir. Tetapi segera pula mereka tidak sejalan. Tan Malaka menghendaki sikap tak mau berdamai dengan Belanda yang ingin memulihkan kendali kekuasaan kolonialnya. Ia memilih jalan’perjuangan’ dan bukan jalan ‘diplomatis’. Ia mendirikan Persatoean Perdjoeangan yang dalam beberapa bulan menjadi alternative dahsyat terhadap pemerintahan mederat. Dalam konfrontasi di Parlemen ia kalah dan beberapa minggu kemudian Tan Malaka dan sejumlah pengikutnya ditangkap dan ditahan tanpa proses sama sekali – dari Maret 1946 sampai September 1948.

Jilid empat ini meliputi periode dramatis setelah pembebasan Tn Malaka sampai ia menghilang pada Februari 1948. Ia mulai dengan menghimpun pendudukannya yang telah tercerai-berai dan pada November 2948 mendirikan parta baru yang bernama Partai Murba. Akan tetapi pembentukan partai terganggu oleh Serangan Belanda Kedua pada Desember 1948. Saat itu Tan Malaka bermarkas di Kediri di bawah perlindungan bataliyon TNI yang dipimpin Sabarudin. Sabarudin memiliki reputasi buruk sebagai seorang panglima perang yang bengis dan kejam. Di Kediri, Tan Malaka mempersiapkan tentara dan rakyat melakukan perang gerilya terhadap Belanda dengan tujuan Indonesia sebagai Negara sosialis. Sesudah ikut bergerilya ke Gunung Wilis, dalam pamphlet yang ditulisnya tiap hari, ia menyerang Soekarno dan Hatta yang telah ditahan Belanda dan menuduh TNI di daerah yang bersikap putus asa. Bahkan ia memproklamir dirinya sebagai Presiden Indonesia. Serntak TNI beraksi. Markas besar Tan Malaka dan Sabarudin ditumpas. Setelah suatu rangkaian peristiwa yang luar biasa, Tan Malaka dieksekusi oleh satuan local TNI di desa Selopanggung, 21 Februari 1949. Kematiannya dirahasiakan.

Sesudah 58 tahun barulah terungkap lokasi, tanggal, dan pelakunya, yaitu dalam edisi asli buku ini yang berbahasa Belanda (2007). Kematian Tan Malaka tidak mengakhiri gagasan radikalnya. Sampai akhir 1949 para pendukungnya terlibat dalam aksi-aksi gerilya melawan TNI, dan pemimpin Republik. Namun dukungan rakyat ternyata tidak memadai sehingga kekalahan tidak dapat dihindari. Buku ini secara mendetail menggambarkan hal ikhwal perlawanan radikal ini. Bab akhir mendokumentasikan pencarian lokasi kuburan Tan Malaka, penggalian jenazahnya pada tahun 2009, serta hasil autopsi.

Pendahuluan / Prolog

Kata pengantar
Dalam bulan Juni 2007 terbitlah buku saya yang berjudul Verguisd en vergeten;Tan Malaka, de linkse beweging en de Indonesische Revolutie, 1945- 1949 (Dihujat dan dilupakan; Tan Malaka, gerakan kiri, dan Revolusi Indonesia, 1945-1949). Buku ini bukan sekadar biografi, tapi juga merupakan sejarah Revolusi Indonesia, sebagaimana yang terjadi pada tingkat pusat. Ketika menulis, saya menjadi heran karena ternyata masih sangat banyak kejadian yang belum dituliskan. Maka saya berusaha melakukan penulisan itu. Hasilnya berupa sebuah buku tebal dalam bahasa Belanda, yang terdiri dari tiga jilid berisi 2.200 halaman.

Sejarah ini dituliskan dengan perkembangan politik dalam negeri Indonesia sebagai titik tolak. Sebagian besar buku yang ada sampai sekarang memilih suatu sudut pandang, yang ditentukan oleh dimensi-dimensi internasional dari konflik dekolonisasi antara Indonesia dan Belanda, dengan peranan penting Inggris, Amerika Serikat, dan Perserikatan Bangsa Bangsa di dalamnya. Dengan demikian dalam buku-buku itu, Perjanjian Linggadjati dan Perjanjian Renville, serta dua aksi militer Belanda tentu saja berperan sebagai titik balik yang menentukan.

Di dalam Republik Indonesia sendiri kejadian-kejadian tersebut juga merupakan peristiwa penting, tapi yang terlebih penting dalam menentukan jalannya sejarah ialah perkembangan dan krisis internal. Hal itu menentukan hidup-mati republik itu sendiri. Konflik di dalam republik antara ‘perjuangan’ dan ‘diplomasi’ itulah yang kerap kali berkobar. Tapi kedua belah ‘pihak’ yang berkonflik tidak mempunyai pengikut tetap. Sebagian besar suatu ketika memilih satu pihak, kemudian pada saat yang lain pindah ke pihak lain. Di sini oportunitas politik memainkan peranan besar. Ini sebuah permainan akrobat yang sulit. Tidak ada jaring pengaman, maka jumlah korban pun tidak sedikit.

Peristiwa-peristiwa sangat penting dalam kesimpangsiuran di negeri republik itu ialah persidangan parlemen sementara, Komite Nasional Indonesia Pusat dalam bulan Februari-Maret 1946, Peristiwa 3 Juli (1946), sidang KNIP tentang persetujuan Perjanjian Linggadjati (Februari-Maret 1947), pembentukan Kabinet Hatta (Januari 1948), pemberontakan Madiun (September-Oktober 1948), dan akhirnya reaksi-reaksi terhadap persetujuan Roem-Roijen (Mei 1949), dan Konferensi Meja Bundar (Desember 1949). Semua peristiwa itu dibicarakan panjang lebar di dalam buku saya.

Daftar Isi

Cover
Daftar Isi
Kata pengantar
Bab I: Partai Murba September-Desember 1948
     Pembebasan
     Gerpolek
     Tan Malaka bergerak
     Menuju penggabungan baru
     Organisasi-organisasi pemuda
     Gerakan buruh
     Berdirinya Partai Murba
     Asas-asas
     Perundingan dengan Belanda
     Tan Malaka dan Sabarudin
     Tan Malaka di Jawa Timur
     Partai Murba bergerak
     Gerakan pemuda
     Sayap kiri selebihnya
     Kongres Rakjat
     Perundingan gagal
     Tan Malaka dan Kongres Rakjat
Bab II: Bulan-bulan terakhir Desember 1948-Februari 1949
     Serangan Belanda
     Pidato Tan Malaka
     Mundur dari Kediri
     Blimbing menjadi basis
     Markas Murba Terpendam
     Aksi gerilya dan reaksi Belanda
     Tindakan terhadap Tan Malaka
     Blimbing diserbu
     Kesimpangsiuran dan kesalahpahaman
     Tentang akhir kisah
     Nasib para pengawal Tan Malaka
     Perjalanan balas dendam Sabarudin
     Kabar burung tak kunjung henti
Bab III: Kegagalan kaum radikal
     Reaksi Republik
     Brigade Warouw
     Kawi sebagai tempat berlindung GPP
     Pakta Kawi
     GPP bergerak
     Warouw dan gencatan senjata
     GPP bertindak lebih jauh
     Hari senja Sabarudin
     GRR meregang nyawa
     Partai Murba di Jawa Tengah
     Pertentangan satu sama lain
     Partai Murba harus memilih
     Perlawanan di Jawa Barat
     Brigade Tjitarum
     Tentara Rakjat
     Partai Murba kembali ke Yogya
     Kongres Gerilya Djoni
     Kongres Rakjat
     Keputusan KNIP
     PKI
Bab IV: Makam Tan Malaka
     Penggalian
Daftar publikasi Tan Malaka
Daftar singkatan
Bibliografi
Indeks nama
Indeks subjek
Indeks geografi
Sumber ilustrasi