Ikhtisar
Dalam usaha menumbuhkan lebih banyak usahawan baru kita memerlukan role model, contoh-contoh yang menginspirasi dan memberikan motivasi serta semangat kepada generasi muda untuk menjadi pengusaha. Buku kisah hidup Haji Arnis Saleh ini adalah salah satu yang bisa menginspirasi kita.
- H. Irman Gusman, Ketua DPD RI 2009-2016
Haji Arnis adalah pedagang emas yang sukses. Bukan hanya di Sumatra Barat, tetapi juga di Indonesia. Dia sukses karena memang punya bakat dan bawaan sebagai pedagang emas. Ada resep bagi orang yang berdagang emas. Biarlah kena tipu, tetapi jangan pernah menipu. Dagang boleh rugi, tapi jangan merugikan orang lain. Haji Arnis mengamalkan ajaran tersebut dengan baik, sehingga ia bukan hanya sukses tetapi disenangi banyak orang.
- Herman Tambayong, Pemilik jaringan toko emas Kenari Mas dan salah satu pemegang saham Senayan City, Jakarta
Pendahuluan / Prolog
Pengantar
Bku yang hadir di hadapan pembaca ini adalah sebuah kisah hidup atau emas Minangkabau yang malang melintang dalam memoar seorang saudagar mengelola usaha di bidang yang langka ini. Untung dan buntung dialaminya silih berganti, tetapi ada pula masamasa ketika ia benar-benar mendapat anugrah “hujan emas” di negerinya sendiri, Sumatra Barat, kampung halaman klasik orang Minangkabau. Namanya Haji Arnis Saleh. Lahir tahun 1949. Ia dianggap sebagai salah seorang pedagang emas paling sukses di Sumatra Barat dalam dua dekade terakhir.
Bagi kebanyakan peminat sejarah dan biografi agaknya cukup mengherankan juga mengapa tulisan tentang sejarah perdagangan emas tradisional begitu langka dalam penulisan sejarah Indonesia selama ini, sementara kajian sejarah tambang emas dan perdagangan cara online zaman sekarang relatif berlimpah ruah. Saya tak mau berspekulasi dengan jawaban pertanyaan ini.
Hipotesis sederhana saya adalah karena tidak mudah menemukan data dan dokumen yang terpercaya tentang perdagangan emas tradisional di manapun mengingat transaksi barang dagang yang bukan untuk dikonsumsi ini, umumnya berlangsung secara lisan (baca: atas dasar “kepercayaan”). Memang inilah salah satu modal utama keberlangsungan ‘bisnis’ barang langka ini. Lagi pula, karena komoditi emas merupakan barang halus, langka, unik, berharga, mahal dan berisiko tinggi, maka hanya mereka yang memiliki kalkulasi dagang yang canggih dan keberanian mengambil risiko sajalah yang mau menempuh jalan ini.
Mungkin juga karena sifat paradoks dari nilai ekonomi emas itu sendiri. Emas sering dikatakan sebagai barang langka, indah, dan unik. Tetapi ada juga pengamat yang melawan pernyataan ini dengan mengatakan gold is money, because it is plentiful, not because it is scarce (emas itu identik dengan uang karena ia berlimpah –ada di mana-mana, bukan karena langka).
Agaknya benar juga, sebab emas juga merupakan salah satu komoditi yang paling banyak didistribusikan. Emas ada di mana-mana; ia ditemukan di setiap benua dan di sebagian besar pulau di dunia. Di Indonesia pada umumnya dan di Minangkabau khususnya, orang kebanyakan dan orang miskin sekalipun berdaya upaya untuk menyimpan emas karena bagi mereka emas adalah pertahanan terakhir dalam menghadapi krisis ekonomi rumah tangga. Tak syak lagi, emas memiliki nilai ekonomi sebagai pengendali nilai mata uang dan barang selama ribuan tahun, dan merupakan aset penting yang paling aman.
Emas mampu mempertahankan nilai jangka panjang, dan tidak mudah dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi berubah-ubah di masing-masing negara. Penelusuran biografi saudagar di bidang yang satu ini merupakan salah satu cara untuk mengatasi kekurangan sumber selama ini dan menurut saya, penulis buku ini, Hasril Chaniago, relatif berhasil menggali banyak informasi yang belum dikenal dalam kepustakaan sejarah Indonesia selama ini. Dalam sejarah Nusantara (Indonesia) orang Minangkabau dikenal sebagai suku bangsa yang relatif menonjol dengan tradisi dagang dan kesaudagaran mereka.
Para pengamat ekonomi dan ilmu sosial umumnya mengakui bahwa profesi saudagar dan tradisi kesaudagaran merupakan salah satu identitas kultural orang Minangkabau sejak lama –dan ini, sedikit banyak berkaitkulindan dengan kehidupan sosio-kultural setempat. Penelitian ilmiah tentang ini sudah cukup banyak dilakukan. Meskipun demikian, jarang sekali kita memperoleh informasi yang memadai tentang jaringan perdagangan emas, apa lagi biografi saudagar emas, seperti yang dikisahkan dalam buku ini.
Penulis
Hasril Chaniago - Hasril Chaniago adalah seorang wartawan, penulis dan editor yang aktif menulis buku-buku sejarah dan biografi para tokoh Indonesia. Lahir di Koto Tangah Simalanggang, Kecamatan Payakumbuh, Sumatera Barat, 20 Januari 1962, ia memulai karier sebagai dan wartawan sejak tahun 1982. Di antaranya pernah menjadi Redaktur Eksekutif Harian Singgalang (1987-1998), Redaktur Tamu Majalah Ekonomi Prospek (1990-1992), Pemimpin Redaksi Harian Mimbar Minang (1999-2004), Koresponden Majalah Milenia Muslim Malaysia untuk Indonesia (2007-2008), anggota Dewan Redaksi Harian Haluan (2010 - sekarang), dan Editorial Board Majalah Indonesian Leaders Jakarta (2015-2016).
Sebagai wartawan ia memperoleh pendidikan jurnalistik antara lain dari Universitas Andalas (non-degree course) tahun 1983, KLW Nasional PWI Pusat (Medan, 1986), dan Newsroom Management Training di The International Center for Foreign Journalists (ICFJ) - Freedom Forum, Arlington, Virginia, dengan job training sebagai visiting editor surat kabar Tallahassee Democrat, Florida, Amerika Serikat (1998). Saat ini ia memiliki kualifikasi profesional sebagai “Wartawan Utama” Dewan Pers.
Daftar Isi
Sampul
Ucapan Terima Kasih
Daftar Isi
Kata Sambutan
Pengantar
Bagian Satu: Asal-usul dan Riwayat Keluarga
Seorang Ayah, 4 Ibu dan 17 Bersaudara
Anak Nagari Paninjauan
Tidak Pandai Menginjak Tanah
Masa Kecil di Padang Panjang
Pindah ke Jakarta
Bagian Dua: Datuk Batuah dan Haji Kamili: Relasi
Dek Ibo Ayam Manateh Itiak
Gagal di Bukittinggi Disuruh ke Singapura
Datuk Batuah Membangun Pasar Padang Panjang
Perkerabatan dengan Keluarga Haji Kamili
Relasi dengan Orang Guguak Tinggi
Bagian Tiga: Ayahku Datuk Tumamat
Lulus Ujian, Nama Melambung
Anak Dipangku Kemenakan Dibimbing
Wafat di Mekah Meninggalkan 4 Kilo Emas
Bagian Empat: Belajar Berdagang Emas,
Jadi Pesuruh Ayah
Saling Percaya dan Pantangan Pedagang Emas
Menentukan Takaran dan Nilai Emas
Pengalaman Masa Gestapu
Dua Tahun Tidur di Kereta Api
Bagian Kelima: Merintis Usaha Sendiri
Seperti Penunjuk Jalan Saja
Mencari Induk Semang
Dagang Keliling Jawa – Sumat
“Kenapa Dukunya Berat Sekali?”
Buka Toko Mas dan Rugi
Bagian Enam: Pahit-Manis Pedagang Keliling
Kerja Istimewa, Induk Semang Baru
Kembali Dagang Keliling
Kongsi Lima
Nyawa Berlebih, Pesawat Merpati Jatuh
Perintah Menikah
Peristiwa Malari, Kembali ke Titik Nol
Bagian Tujuh: Untung dan Buntung
Merangkak Lagi dari Bawah
Anak Kapal dan Jaringan Orang Dalam
Ali Said Datang, 100 Kilo Emas Terbang ke Australia
Batal Naik Pesawat Woyla yang Dibajak Teroris
Sandiwara Perampokan 25 Kilo Emas
Bagian Delapan: Pengalaman ke Eropa Sampai
Dua Induk Semang yang Baik
Nyaris “Dirampok” Orang Bank
Pertama ke Hong Kong dan Kisah Kim Fuk
Pengalaman Berkunjung ke Eropa dan Cina
Bagian Sembilan: Berdagang Eceran hingga
Melebarkan Sayap ke Kota Padang
Dapat Toko dari Haji Gusman Gaus
Buka Toko di Jakarta
Berdagang ke Singapura
Mendirikan PT Lubuk Mata Kucing
Bagian Sepuluh: Hujan Emas di Masa Krismon
Krisis Moneter 1998
Berkah bagi Pedagang Emas
Benar-benar Seperti Hujan Emas
Berkah dari “Hujan Emas”
Mengembangkan Toko Mas Murni
Restoran Sari Minang di Jakarta
Bagian Sebelas: "Pengikiran" (Serba-Serbi Emas Perhiasan)
Pandai Emas Kita Lebih Pandai
Kisah “Papi Gulam” dan Pandai Emas Januzir
Para Pemain Emas Lokal
Emas dan Budaya Masyarakat
Makin ke Timur Emas Kian Baik
Dengan Emas Naik Haji Makin Murah
Bagian Dua Belas: Musibah dan Hikmah
Operasi Otak Gara-gara Suka Makan
Rasa Syukur dan Hikmah
Kasih Ibu Sepanjang Jalan
Pengorbanan Amai
Warisan Amai untuk Masjid Nagari
Bagian Tiga Bela: Keluarga
Berjodoh dan Bertemu Jodoh
Sering Dicandai Ibu
Bebas Memilih Jalan Hidup
Modal Besar Untung Kecil
Hendri Tersasar ke Politik
Walikota Padang Panjang
Penutup: Bisnis dan Silaturahmi
Pedagang Emas Selalu Mencari Kawan
Orang-orang Tak Terlupakan
Kampung yang Selalu di Hati
Testimoni
Herman Tambayong
H. Guspardi Gaus Dt. Batuah
H. Shofwan Karim
Ir. H. Chairul Abri
Marjari (Marajaih)
Lampiran
Seberapa Banyak Emas di Dunia
Mata Uang Dunua, Alat Tukar yang Adil
Emas Sebagai Cadangan Devisa
Emas Sebagai Perhiasan dan Investasi
Tentang Penulis