Tampilkan di aplikasi

Buku UNS Press hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Rojolele Delanggu

1 Pembaca
Rp 32.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 96.000 13%
Rp 27.733 /orang
Rp 83.200

5 Pembaca
Rp 160.000 20%
Rp 25.600 /orang
Rp 128.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Rojolele Delanggu adalah jenis padi varietas lokal yang terkenal secara nasional akan rasanya yang pulen dan wangi. Padi ini memiliki masa tanam hingga 5 bulan, memiliki genom 100% menyerupai padi tipe Japonica, serta secara rasa mirip dengan beras Koshihikari yang biasa dimakan oleh masyarakat Jepang. Dimasa lalu, padi Rojolele Delanggu dianggap oleh petani lokal sebagai padi terbaik karena kualitas rasanya, sehingga menjadi syarat wajib untuk berbagai ritual sebagai wujud rasa hormat kepada Tuhan. Budaya pertanian padi juga muncul dari budidaya padi Rojolele Delanggu dimasa lalu, baik dari masa tanam, panen, hingga pasca panen. Namun sangat disayangkan padi ini sudah punah di wilayah Kecamatan Delanggu sejak tahun 1990an dikarenakan Revolusi Hijau serta rentan terhadap serangan hama wereng. Namun sejak 2020 dimulai kembali program preservasi padi lokal ini di Desa Sabrang Kecamatan Delanggu. Program ini dilakukan untuk melestarikan padi lokal Rojolele Delanggu dan juga budaya yang terbentuk dari padi tersebut. Hingga tahun 2022, area tanam preservasi mencapai 4000 m2 serta berbagai desain dikembangkan untuk proyek ekowisata padi lokal Rojolele Delanggu.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Pandu Purwandaru / Gani Cahyo Handoyo
Editor: Ambar Mulyono, M.T., Ph.D.

Penerbit: UNS Press
ISBN: 9786023977871
Terbit: Juni 2022 , 51 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Rojolele Delanggu adalah jenis padi varietas lokal yang terkenal secara nasional akan rasanya yang pulen dan wangi. Padi ini memiliki masa tanam hingga 5 bulan, memiliki genom 100% menyerupai padi tipe Japonica, serta secara rasa mirip dengan beras Koshihikari yang biasa dimakan oleh masyarakat Jepang. Dimasa lalu, padi Rojolele Delanggu dianggap oleh petani lokal sebagai padi terbaik karena kualitas rasanya, sehingga menjadi syarat wajib untuk berbagai ritual sebagai wujud rasa hormat kepada Tuhan. Budaya pertanian padi juga muncul dari budidaya padi Rojolele Delanggu dimasa lalu, baik dari masa tanam, panen, hingga pasca panen. Namun sangat disayangkan padi ini sudah punah di wilayah Kecamatan Delanggu sejak tahun 1990an dikarenakan Revolusi Hijau serta rentan terhadap serangan hama wereng. Namun sejak 2020 dimulai kembali program preservasi padi lokal ini di Desa Sabrang Kecamatan Delanggu. Program ini dilakukan untuk melestarikan padi lokal Rojolele Delanggu dan juga budaya yang terbentuk dari padi tersebut. Hingga tahun 2022, area tanam preservasi mencapai 4000 m2 serta berbagai desain dikembangkan untuk proyek ekowisata padi lokal Rojolele Delanggu.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Dari satu wilayah pertanian padi dengan area pertanian lainnya, varietas lokal-lah yang menjadi diferensiasi serta keunikan baik dari segi rasa beras maupun budaya yang terbentuk dari padi tersebut. Padi lokal juga merupakan kekayaan nasional berupa aset genetik yang perlu untuk dilestarikan, dan Rojolele Delanggu merupakan salah satu padi lokal yang secara nasional sudah dikenal sebagai padi dengan kualitas terbaik.

Padi ini memiliki korelasi yang kuat dengan wilayah Kecamatan Delanggu sebagai wilayah padi tersebut berkembang dan beradaptasi dengan kondisi geografisnya. Namun sayangnya padi tersebut sudah “hilang” dari kawasan tersebut karena dianggap tidak efisien dan efektif dari segi penanamannya.

Oleh karena itu program preservasi dimulai kembali dengan diinisiasi oleh GAPOKTAN Sedyo Makmur didukung oleh Universitas Sebelas Maret beserta tim Kelurahan dan PPL Desa Sabrang. Kegiatan ini sangat penting untuk menjaga padi lokal tetap lestari di Kawasan Delanggu sehingga masyarakat tidak kehilangan asal usul padi lokal yang menjadi identitas kawasan tersebut.

Preservasi ini dilakukan tidak hanya dalam segi pelestarian tanaman, tetapi juga budaya tradisional pertanian padi Rojolele Delanggu yang kaya akan makna sehingga dapat menjadi media pembelajaran bagi generasi muda baik lokal maupun diluar wilayah Kecamatan Delanggu.

Buku ini merangkum beberapa hal terkait dengan asal usul, historis, budaya serta upaya preservasi padi lokal Rojolele Delanggu dan diharapkan menjadi media edukasi bagi masyarakat terkait dengan padi legendaris ini.

Daftar Isi

Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Wilayah Delanggu
Rojolele Delanggu
     Sejarah
     “Hilangnya” Rojolele Delanggu
     Penanaman Kembali
Karakter Fisik
Produktivitas Padi
     Metode Panen Tradisional
          Wiwitan
          Ngani-Ani
     Dewi Sri adalah Padi
     Pemanfaatan Jerami Secara Tradisional
          Atap Gubuk
          Wayang Jerami
          Jerami sebagai sedotan
     Kuliner Rojolele
     4 Karakter Nasi Rojolele Delanggu Asli
          Memasak Tradisional dengan Dandang
     Ritual Adang Tahun Dal Keraton Kasunanan Surakarta
     Kegiatan Experiential Learning UNS
     Desain Area Preservasi Rojolele
     In-Herit 2022
     Stakeholders Preservasi Padi Rojolele Delanggu
     Sampul Belakang
Metode Tanam Tradisional
Metode Panen Tradisional
     Wiwitan
     Ngani-Ani
Dewi Sri adalah Padi
Pemanfaatan Jerami Secara Tradisional
     Atap Gubuk
     Wayang Jerami
     Jerami sebagai sedotan
Kuliner Rojolele
4 Karakter Nasi Rojolele Delanggu Asli
     Memasak Tradisional dengan Dandang
Ritual Adang Tahun Dal Keraton Kasunanan Surakarta
Kegiatan Experiential Learning UNS
Desain Area Preservasi Rojolele
In-Herit 2022
Stakeholders Preservasi Padi Rojolele Delanggu
Sampul Belakang