Ikhtisar
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan dari keburukan perbuatan. Barangsiapa yang memperoleh petunjuk Allah, maka tidak seorang pun dapat menyesatkannya. Barangsiapa disesatkan Allah, maka tidak seorang pun dapat menunjukinya. Kita bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata tanpa sekutu apa pun bagi-Nya. Kita bersaksi bahwa Nabi Muhammad Saw adalah hamba dan rasul-Nya. Amma Ba’du.
Di dunia ini, semua masalah pasti ada solusinya, ketika ada satu pintu tertutup, di sana masih ada seribu pintu yang terbuka. Kalau ada satu kesulitan, maka Allah telah menyediakan sejuta kemudahan. Untuk itu tidak ada kata putus asa di hati orang mukmin. Bahkan ketika seluruh bumi dan seisinya menutup pintu pertolongan mereka, masih ada pintu pertolongan Allah yang terbuka luas di langit.
Salah satu sarana untuk menggapai pertolongan Allah adalah dengan cara memperbanyak sujud dan doa di dalamnya. Karena saat sujud itulah seorang hamba menjadi sangat dekat dengan Allah, tentu orang yang dekat dengan Allah akan dekat pula dengan pertolongan-Nya. “Jarak paling dekat antara seorang hamba dengan tuhannya ialah ketika dia bersujud. Maka perbanyaklah berdoa.” (HR. Muslim)
Saat-saat Rasulullah Saw menghadapi banyak tantangan dan beratnya beban hidup, atau dihinggapi rasa lemah akibat tekanan yang datang dari orang-orang kafir, maka Beliau segera memerintahkan Bilal, “Ya Bilal arihna bisshalah...”, wahai Bilal sejukkan hati kami dengan sujud!.
Ya dengan sujud inilah, seorang hamba kembali mendapatkan energi ruhaninya dari pancaran cahaya Allah. Hatinya kembali tenang, jiwanya tenteram, emosinya kembali stabil, tiada lagi bayang-bayang kecemasan, tiada lagi rasa takut, hilanglah putus asa, dan berganti dengan keyakinan akan pertolongan Allah, sehingga ia tidak pernah menyerah saat gagal, dan tetap kuat dalam menaklukkan rintangan.
Buku yang ada di hadapan pembaca mencoba untuk mengungkap dahsyatnya sujud dalam kehidupan kita sehari- hari. Semoga buku ini bermanfaat, dan mendapatkan ridha dari Allah Swt. Amiin.
Pendahuluan / Prolog
Sujud Menembus Jalan Buntu
Di dunia ini, semua masalah pasti ada solusinya, ketika ada satu pintu tertutup, di sana masih ada seribu pintu yang terbuka. Kalau ada satu kesulitan, maka Allah telah menyediakan sejuta kemudahan. Untuk itu tidak ada kata putus asa di hati orang mukmin. Bahkan ketika seluruh bumi dan seisinya menutup pintu pertolongan mereka, masih ada pintu pertolongan Allah yang terbuka luas di langit.
Satu keteladanan yang patut kita contoh dari Nabi Zakaria As, ketika menjelang usianya yang semakin menua. Ia pandangi rambutnya ternyata semuanya telah berubah menjadi putih, tulang-tulangnya yang rapuh, tak setegak waktu mudanya dulu, demikian juga yang terjadi pada istrinya yang berusia senja dalam keadaan mandul. Keduanya merindukan lahirnya keturunan, yang kelak meneruskan risalah kenabian, namun apa daya, manusia tak kuasa, kecuali atas izin Allah. Hanya ada satu harapan di hati Nabi Zakaria As, yaitu hanya kepada Allah tempat mengadu dan kembali. Nabi Zakaria As yakin, tidak ada yang mustahil dalam kekuasaan Allah, walaupun seluruh makhluk menganggapnya mustahil. Cukup bagi Allah berfirman, “kun: jadilah”, maka jadilah apa yang dikehendaki Allah tersebut.
Ini adalah penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku. Sesungguhnya aku khawatir terhadap pengganti sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul. Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub; dan Jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai.” (QS.Maryam:2-6)
Daftar Isi
Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Alam Sujud Kepada Allah
Iblis Enggan Sujud
Sujud Perang Badar
Misteri Sujud Rakyat Jelata
Saat Gagal, Sujudlah..!
Keutamaan Sujud
Energi Positif dalam Doa dan Sujud
Sujud Menembus Jalan Buntu
Dahsyatnya Sujud Ibu
Korelasi Sujud & Masjid
Sujud dan Syafaat
Sujud Yang Benar
Sujud Di Sepertiga Malam
Sujud Syukur
Tadabbur Al-Qur’an dan Sujud Tilawah
Zikir Akbar
Fadhilah Zikir
Budaya Istighfar
Cahaya Shalawat
Doa Sebagai Ruh Ibadah
Doa-Doa dalam Al-Qur’an
Doa-Doadalam Sunnah
Daftar Pustaka
Kutipan
Alam Sujud Kepada Allah
Allah telah menciptakan alam dalam keadaan fitrah, tunduk, patuh sesuai kehendak-Nya. Mereka sujud, bertasbih sesuai bahasanya masing-masing, Tiada yang memahaminya kecuali Allah, kemudian para Rasul yang diberi mukjizat untuk dapat memahami bahasa alam tersebut, seperti Nabi Daud As, Nabi Sulaiman As, dan Nabi Muhammad Saw. Hal itu sebagaimana yang ditegaskan dalam firman Allah:
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Al-Hajj: 18)
Ayat di atas kalau kita membuka Al-Qur’an, terlihat tanda khusus yang tertulis di dalamnya as-sajdah “ ,”السجدة artinya perintah agar kita sujud tilawah, dan itu hukumnya sunnah. Ini menarik untuk dicermati, tentu orang yang berakal, yang mau membaca ayat tersebut dengan penuh tadabur, akan merasa malu pada Allah. Kenapa demikian?, karena ayat tersebut mengatakan, benda-benda yang tidak berakal seperti gunung, pepohonan, bebatuan, dan binatang, mereka dengan penuh ketundukan mau sujud bersimpuh di hadapan Allah Swt. Mereka hidup di dunia ini sesuai fitrah yang telah digariskan oleh Allah dan mengikuti hukum yang telah ditetapkan oleh Allah terhadap alam ini, tentunya orang yang berakal lebih berhak atas itu semua.
Untuk itu, perintah sujud pada ayat ini bukan tanpa makna, ia tidak hanya sekadar menggerakkan kepala, lalu meletakkannya di atas tanah, tapi ada makna yang yang sangat besar dibalik itu semua. Kita diperintahkan dalam sujud, agar mengagungkan kebesaran Allah, kita letakkan kepala dan segala isinya agar bersih dari kesombongan, keangkuhan, ujub (bangga diri), su’uzhan (buruk sangka) ataupun ego pribadi yang selama ini menjadi penghalang antara kita dengan Allah, dan juga penghalang antara kita dengan sesama manusia dan alam di sekitar kita.
Dalam riwayat hadis yang shahih, dijelaskan bahwa matahari pun sujud kepada Allah, patuh atas perintahnya, ia tidak pernah melawan takdirnya, ia terbit setiap pagi, dan terbenam ketika petang, tanpa jenuh ataupun sengaja terlambat. Tentunya kita yang berakal, seharusnya mengambil hikmah dari keteraturan sunnatullah atas alam semesta ini.