Tampilkan di aplikasi

Buku Garudhawaca hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Di Balik Jendela Koruki

Kumpulan Puisi

1 Pembaca
Rp 37.000 46%
Rp 20.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 60.000 13%
Rp 17.333 /orang
Rp 52.000

5 Pembaca
Rp 100.000 20%
Rp 16.000 /orang
Rp 80.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Puisi tidak mesti hidup di dalam tubuh seseorang terpilih, atau dalam rumah-rumah yang dinamai. Puisi bisa lahir di mana saja, dalam tubuh siapa saja, termasuk seorang ibu. Kusfitria adalah bukti dimana ke-ibu-annya bagi ketiga anak dan kasihnya bagi sang suami, tetap saja menjadikan bara puitik dan lalu ia goreskan dalam buku ini. Puisi, sedemikian dekat dengan siapapun. Kusfitria mengajak pembaca mengarungi wilayah personal yang bertebaran dalam setiap jejak yang dilaluinya dalam bertutur sapa. Ia berupaya menciptakan sudut pandang lain dalam pembacaan diri terhadap rumah dan seisi hidupnya.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Kusfitria Marstyasih

Penerbit: Garudhawaca
ISBN: 9786026581235
Terbit: Agustus 2017 , 80 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Puisi tidak mesti hidup di dalam tubuh seseorang terpilih, atau dalam rumah-rumah yang dinamai. Puisi bisa lahir di mana saja, dalam tubuh siapa saja, termasuk seorang ibu. Kusfitria adalah bukti dimana ke-ibu-annya bagi ketiga anak dan kasihnya bagi sang suami, tetap saja menjadikan bara puitik dan lalu ia goreskan dalam buku ini. Puisi, sedemikian dekat dengan siapapun. Kusfitria mengajak pembaca mengarungi wilayah personal yang bertebaran dalam setiap jejak yang dilaluinya dalam bertutur sapa. Ia berupaya menciptakan sudut pandang lain dalam pembacaan diri terhadap rumah dan seisi hidupnya.

Pendahuluan / Prolog

Pengantar
Puisi tak punya kewajiban untuk hadir dalam tubuh tertentu. Puisi tak pernah beralasan untuk tinggal dalam rumah-rumah pilihan. Puisi tak mungkin berprasangka buruk terhadap penciptanya. Puisi berjalan, hinggap kepada siapa saja yang rajin mencatat jejak lahir dalam tubuh penciptanya.

Puisi tak punya alasan apa-apa. Ia seakan pasrah kepada penciptanya. Ia sungguh-sungguh hadir dalam tubuhnya masing-masing, yang tentu dibentuk dalam kerangka tubuh yang tak jauh-jauh dari apa yang dijalani penciptanya.

Seperti halnya dalam buku kumpulan puisi Di Balik Jendela Koruki karya Kusfitria Marstyasih ini. Puisi memiliki kesempatan untuk melancarkan berbagai keseimbangan dalam diri penciptanya. Seorang ibu yang gigih dalam setiap catatan-catatan kesehariannya.

Puisi menemukan dirinya dalam catatan harian seorang ibu di rumah, di halaman, di dunia luar, bahkan dalam ruang yang terkadang tak tersentuh oleh ibu-ibu lainnya.

Kusfitria pun menjadi perempuan yang memposisikan diri dalam dapur keluarga yang tak ingin lepas dari niatan untuk membahagiakan suaminya. Sang Ayah, dari ketiga anaknya.

Ayah, akan aku ciptakan/monster-monster kecil/yang akan membuatmu tertawa/begitu mereka memporak-porandakan mayapada.// (Ayah, hlm. 1).

Kusfitria berupaya menjadi penyeimbang dalam ‘dapur’, sekaligus penyelamat tak terduga dalam jagat aktivitas kreatifnya menganggit puisi-puisi. Segala itu menjadi riwayat tak terduga dalam keluarga yang diidamkannya.

Nun di ujung sawah desa/ kerlip warna tercipta/dari ratusan kembang api/entah dibakar siapa// Aku dan kau/terus bergumam//Sembari berteka-teki/tentang beda cahaya pesawat dan planet/yang tertutupi lajunya// (Cahaya Tak Bernama, hlm. 10).

Kusfitria mengajak pembaca mengarungi wilayah personal yang bertebaran dalam setiap jejak yang dilaluinya dalam bertutur sapa. Ia berupaya menciptakan sudut pandang lain dalam pembacaan diri terhadap rumah dan seisi hidupnya.

Tentu, segenap itu dijalani atas dasar kesadaran yang tegas. Tubuh ibu menjadi penyokong dalam memperpanjang tilas waktu dalam setiap puisi-puisinya. Segenap peranti hadir dalam ruang eksekusi puitik. Kusfitria seolah menjanjikan bangunan personal yang berupaya ditumpahkan sepenuhnya ke hadirat pembaca melalui beragam persoalan.

Meskipun, siapa saja punya hak untuk mengelak. Sejalan dengan gerak pemahaman masing-masing benak yang tentu memiliki kesadaran visual dan aktual yang berupa-rupa.***

Setia Naka Andrian
*Guru Kecil di UPGRIS, Pencatat Gerak Seni dan Budaya Kendal, Peraih Penghargaan Acarya Sastra 2017 dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Penulis

Kusfitria Marstyasih - KUSFITRIA MARSTYASIH, Lahir di Pemalang, 21 Juli 1982. Pendidikan formalnya SD N 1 Bodas Watukumpul Pemalang (1994), SMP N 2 Bantarbolang (1997), SMA (2000), Progdi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Semarang (UPGRIS) lulus tahun 2005. Seorang ibu rumah tangga yang beraktivitas sebagai Ketua Komunitas Rumah Kita (KORUKI) Demak, Sekretaris PKK Desa Karangsari, Penasihat HIMPAUDI dan IGTKI Kec. Karangtengah, Praktisi Pendidikan Masyarakat.

Daftar Isi

Verso
Daftar Isi
Pengantar oleh Setia Naka Andrian
Puisi-Puisi
Biodata Penyair