Tampilkan di aplikasi

Buku Garudhawaca hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Afrizal Malna Museum Penghancur Dokumen

Pemenang Khatulistiwa Literary Award 2013 Kategori Puisi

1 Pembaca
Rp 42.000 52%
Rp 20.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 60.000 13%
Rp 17.333 /orang
Rp 52.000

5 Pembaca
Rp 100.000 20%
Rp 16.000 /orang
Rp 80.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku ini memenangkan KHATULISTIWA LITERARY AWARD 2013 kategori Puisi. Afrizal Malna, sangat dikenal di kalangan sastra dan teater di Indonesia, bahkan di luar Indonesia. Bagi Afrizal, puisi-puisi dalam buku ini semacam puisi-puisi yang tak terkategorikan. Beberapa adalah puisi lama yang tidak ia masukkan dalam antologi-antologi terdahulu. Namun, nyatanya, buku ini memenangkan penghargaan tingkat nasional. Ini menunjukkan kualitas Afrizal sendiri sebagai sastrawan kontemporer yang kuat. Anda penyuka dunia puisi dan sastra WAJIB mengoleksi buku ini.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Afrizal Malna

Penerbit: Garudhawaca
ISBN: 9786027949010
Terbit: Agustus 2013 , 110 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Buku ini memenangkan KHATULISTIWA LITERARY AWARD 2013 kategori Puisi. Afrizal Malna, sangat dikenal di kalangan sastra dan teater di Indonesia, bahkan di luar Indonesia. Bagi Afrizal, puisi-puisi dalam buku ini semacam puisi-puisi yang tak terkategorikan. Beberapa adalah puisi lama yang tidak ia masukkan dalam antologi-antologi terdahulu. Namun, nyatanya, buku ini memenangkan penghargaan tingkat nasional. Ini menunjukkan kualitas Afrizal sendiri sebagai sastrawan kontemporer yang kuat. Anda penyuka dunia puisi dan sastra WAJIB mengoleksi buku ini.

Pendahuluan / Prolog

Tamu Penghapus
Sayang sekali puisi ini telah dihapus ketika aku akan membacanya. Seperti udara lembab yang menarik lenganku untuk memegang yang akan jatuh, sedang jatuh dan jatuh. Ada apa dengan menghapus? Lem, gunting, benang, membuat bayangan tentang kawat berduri. Aku menghapus kata hapus dari dokumentasi, keluar dari kawat berduri itu. Kembali ke lem, gunting, benang dari setiap kata untuk menyembunyikan, menghilangkan dan menghapusnya sekali lagi kata hapus. Dan sebuah ketukan yang tak pernah terhapus dalam kematian bayangan: tamu dari bayangan pintu yang tak pernah mengetuk pintu.

Tamu itu menduga aku tidak memiliki kursi untuk mati, jika tidak memiliki lantai untuk hidup. Menunggu. Ditunggu. Janji jam 7 malam. Ia suguhkan kata penghapus dari sebuah toko buku kepada tamunya, seperti bayangan yang akan terlepas dari cahayanya. Kau tamuku yang aku tunggu dari kesalahan mengetik kata hapus dengan sebuah cerita tentang pagi hari yang cerah, dan burung-burung terbang melayang menghapus kicaunya sendiri. Kau sudah tidak sempat lagi merapikan yang tidak bisa lagi dihapus, setelah puisi ini. Penghapusnya membuat jam 5 sore. Tembus hingga tak terlihat lagi kekosongannya.

Penulis

Afrizal Malna - Afrizal Malna, penyair yang lahir di Jakarta ini bekerja dengan banyak disiplin. Pernah sekolah di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta (tidak selesai). Bukunya terakhir: Ruang di Bawah Telinga, Biografi Visual Made Wianta (2009); Pada Bantal Berasap (2010); Perjalanan Teater Kedua, Antologi Tubuh dan Kata (2010). Jembatan Il usiantara seni dan kota (25 Tahun Gedung Kesenian Jakarta (2013). Aktifitas terakhir meng ikuti Performance Platform Lublin, Juli 2012, residensi DAAD di Berlin , Agustus - September 2012. Sebagai curator dalam pameran Kota Teater (40 Tahun Festival Teater Jakarta)

Daftar Isi

Sampul
Daftar Isi
Di Bawah Penggaris Kata
     Tamu Penghapus
     Toko Bekas Bahasa A dan B
     Galeri Fotografi
     Penjara Tajam
     Capung di atas pagar tinggi
     Musik Lantai 16
     Teknik Menghibur Penonton
     Bekas Lubang Paku
     Penggaris Desember
     tidak ada artinya: satu puisi berulang
          Workshop 1: Diagram Potret
          Workshop 2: Editing Durasi
          Workshop 3: Melihat
          Workshop 4: Menatap
          Workshop 5: Tawanan Aku
Bayangan Arsip
     Seminar Puisi di Selat Sunda
     Bukan Tentang Patah
     Mesin Penghancur Dokumen
     Proses Letupan Kapur Sirih
     Jembatan Rempah-Rempah
     Api Dalam Tas kerja
     Untuk Tuan Kehidupan
     Proposal Politik Untuk Polisi
     Kegiatan-kegiatan Balok Es
     Batu Dalam Sepatu
     jangan lupakan bawang merah
     seminar musim dingin
     kartu identitas penduduk di Cina
     arsitektur orde baru di rumahmu
     Di bawah Gamelan Gatoloco
     Berita Rahasia dari Darmo Gandul
     Seminar Lunto Kloof
     Stasiun Terakhir
     Mantel Hujan Dua Kota
     Bertepuk tangan di balik pagar
     Merapi dinner
     Telinga revolusi
     Ulang Tahun bersama Wianta
     Tarian Hudoq Dari Matalibaq
Suara yang Berjalan di Atas Kaca
     Suara yang berjalan di atas kaca
     Proyek Meng-aborsi aku
     Epidemi Lelaki Mati
     Jalan Untuk Jatuh
     Museum Puisi dari yang Hilang
     Potret Pohon Tumbang
     Strategi di atas kursi
     kesepian di lantai 5 rumah sakit
     khotbah di bawah tiang listrik
     Rahasia Tentang bocor
     laut buat fitri
     Antri uang di bank
     Gloomy Sunday
     Di seberang selembar daun
     Menggoda Tujuh Kupu-Kupu
     Tubuh Lublinskie di Lorong Es Hitam
     Angin di Bawah Telinga
     Tamu dari Seorang Waktu
     daftar indeks
Esei Penutup
     Catatan di Bawah Bayangan
Penulis