Tampilkan di aplikasi

Buku Garudhawaca hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Kontroversi Ahmadiyah

Fakta, Sejarah, Gerakan dan Akidah Jemaat Ahmadiyah Indonesia

1 Pembaca
Rp 54.000 44%
Rp 30.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 90.000 13%
Rp 26.000 /orang
Rp 78.000

5 Pembaca
Rp 150.000 20%
Rp 24.000 /orang
Rp 120.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Keberadaan aliran islam Ahmadiyah banyak menuai gempuran dan serangan fisik di berbagai tempat di Indonesia, beberapa markas besarnya dihancurkan massa. Kerasnya aksi serta reaksi yang muncul adalah karena kesalingtidakfahaman di antara berbagai aliran Islam yang ada, dan perasaan memperebutkan kelompok siapa yang paling benar. MUI juga menjatuhkan vonis Ahmadiyah sebagai aliran sesat, dan berada di luar Islam, walaupun faktanya mereka adalah kelompok yang bersyahadat, berpedoman pada kitab al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Di kalangan Islam, terdapat banyak beda pendapat. Bahwa Ahmadiyah menyebutkan adanya Nabi setelah Nabi Muhammad, Mirza Ghulam Ahmad, yang diklaim sebagai Mahdi dan ’Isa al-Mau’ud. Tentu pandangannya itu didasarkan pada keyakinan umum umat Islam tentang akan turunnya Nabi Isa di akhir zaman. Bedanya, jika kelompok Islam lain sampai hari ini masih menunggu datangnya Nabi Isa menjelang hari Kiamat, yang akan menghancurkan kaum Nasrani dan Yahudi, sementara kelompok Ahmadiyah meyakini bahwa Nabi Isa sudah turun dalam bentuk fisik Mirza Ghulam Ahmad. Inilah pangkal penghakiman bahwa Ahmadiyah merupakan faham yang sesat pada segi terakhir ini.

Penulis buku ini yang adalah seorang nadhliyin (sama sekali bukan penganut Ahmadi), pernah diundang untuk melakukan studi penelitian di Kampus JAI di Bogor pada tahun 1994. Tentu banyak hal baru yang akan dapat diperoleh pembaca dari buku ini, tentang praktek keagamaan (fiqh), dan berbagai dimensi keagamaan, yang memang sangat berbeda dengan berbagai aliran dan organisasi besar Islam di Indonesia. Justru informasi yang digali dari kalangan Ahmadiyah sendiri ini akan menjadi berharga sebagai informasi mengenai seluk-beluk gerakan Ahmadiyah. Sehingga penilaian yang dilakukan terhadap Jemaat Ahmadiyah, bukanlah penilaian yang “tanpa pengetahuan”. Karena Islam merupakan “rumah besar” bagi berbagai penghuninya, yang tentu saja–terlepas dari salah dan benarnya sebagian sisi ajarannya menurut fihak lain–Gerakan Ahmadiyah termasuk sebagai penghuni rumah besar Islam tersebut. Tentu hasil akhir penilaian apakah Ahmadiyah sesat atau tidak, tergantung dan terserah kepada para pembaca, karena kewajiban penulis adalah menghadirkan fakta apa adanya.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Muhammad Sholikhin

Penerbit: Garudhawaca
ISBN: 9786027949034
Terbit: Desember 2013 , 184 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Keberadaan aliran islam Ahmadiyah banyak menuai gempuran dan serangan fisik di berbagai tempat di Indonesia, beberapa markas besarnya dihancurkan massa. Kerasnya aksi serta reaksi yang muncul adalah karena kesalingtidakfahaman di antara berbagai aliran Islam yang ada, dan perasaan memperebutkan kelompok siapa yang paling benar. MUI juga menjatuhkan vonis Ahmadiyah sebagai aliran sesat, dan berada di luar Islam, walaupun faktanya mereka adalah kelompok yang bersyahadat, berpedoman pada kitab al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Di kalangan Islam, terdapat banyak beda pendapat. Bahwa Ahmadiyah menyebutkan adanya Nabi setelah Nabi Muhammad, Mirza Ghulam Ahmad, yang diklaim sebagai Mahdi dan ’Isa al-Mau’ud. Tentu pandangannya itu didasarkan pada keyakinan umum umat Islam tentang akan turunnya Nabi Isa di akhir zaman. Bedanya, jika kelompok Islam lain sampai hari ini masih menunggu datangnya Nabi Isa menjelang hari Kiamat, yang akan menghancurkan kaum Nasrani dan Yahudi, sementara kelompok Ahmadiyah meyakini bahwa Nabi Isa sudah turun dalam bentuk fisik Mirza Ghulam Ahmad. Inilah pangkal penghakiman bahwa Ahmadiyah merupakan faham yang sesat pada segi terakhir ini.

Penulis buku ini yang adalah seorang nadhliyin (sama sekali bukan penganut Ahmadi), pernah diundang untuk melakukan studi penelitian di Kampus JAI di Bogor pada tahun 1994. Tentu banyak hal baru yang akan dapat diperoleh pembaca dari buku ini, tentang praktek keagamaan (fiqh), dan berbagai dimensi keagamaan, yang memang sangat berbeda dengan berbagai aliran dan organisasi besar Islam di Indonesia. Justru informasi yang digali dari kalangan Ahmadiyah sendiri ini akan menjadi berharga sebagai informasi mengenai seluk-beluk gerakan Ahmadiyah. Sehingga penilaian yang dilakukan terhadap Jemaat Ahmadiyah, bukanlah penilaian yang “tanpa pengetahuan”. Karena Islam merupakan “rumah besar” bagi berbagai penghuninya, yang tentu saja–terlepas dari salah dan benarnya sebagian sisi ajarannya menurut fihak lain–Gerakan Ahmadiyah termasuk sebagai penghuni rumah besar Islam tersebut. Tentu hasil akhir penilaian apakah Ahmadiyah sesat atau tidak, tergantung dan terserah kepada para pembaca, karena kewajiban penulis adalah menghadirkan fakta apa adanya.

Pendahuluan / Prolog

Pengantar Penulis
Buku ini semula adalah hasil dari penelitian penulis dalam mata kuliah Manajemen Dakwah. Setelah mengalami penyempurnaan di sana-sini, akhirnya makalah tersebut dimuat dalam Jurnal Studi Islam (Vol. 05, No. 02, Agustus 2005, hlm. 39-92), yang diterbitkan oleh Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang. Karena sering kali penulis ditanya orang bagaimana sebenarnya Jemaat Ahmadiyah Indonesia itu? Maka penulis kemudian menghadirkan hasil penelitian ini dalam bentuk buku seperti sekarang berada di tangan pembaca.

Penulis sendiri bukanlah seorang ”Ahmadi” (penganut faham bahwa Mirza Ghulam Ahmad merupakan al-Masih al-Mau’ud, sebagai Nabi Isa yang hadir di akhir zaman sebagaimana dijanjikan Nabi Muhammad SAW sendiri). Akan tetapi bagi penulis, untuk menyatakan bahwa Ahmadiyah merupakan aliran yang sesat (dan menyesatkan), tentu bukanlah termasuk kewenangan penulis. Karena terlampau banyak sebenarnya aliran-aliran dalam Islam yang memiliki pemahaman dan keyakinan sama dengan Ahmadiyah.

Sebagaimana diketahui, sejak awal kehadi-rannya, Gerakan Ahmadiyah telah memicu berbagai kontroversi, karena sebagian kecil keyakinannya yang berbeda dengan mainstream keislaman di Indonesia yang lain. Bahkan sejak Juni 2005, Ahmadiyah banyak menuai gempuran dan serangan fisik di berbagai tempat di Indonesia, beberapa markas besarnya dihancurkan massa. Pertentangan dan kerasnya aksi serta reaksi yang muncul, tentu sebagian sebabnya adalah karena kesalingtidakfahaman di antara berbagai aliran Islam yang ada di Indonesia, dan perasaan memperebutkan kelompok siapa yang paling benar. Bahkan MUI juga menjatuhkan vonis bahwa Ahmadiyah sebagai aliran sesat, dan berada di luar Islam, walaupun faktanya mereka adalah kelompok yang bersyahadat, berpedoman pada kitab al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Memang di antara sebagian penyakit kita adalah kurangnya menghargai proses dialog di antara perbedaan, namun malah menjunjung tinggi semangat pengha-kiman di antara sesama saudara, yang seharusnya saling berrangkulan menuju kebesaran bersama.

Terdapat beberapa perbedaan pandangan memang ya. Bahwa Ahmadiyah menyebutkan adanya Nabi setelah Nabi Muhammad, yakni Mirza Ghulam Ahmad, yang diklaim sebagai Mahdi dan ’Isa al-Mau’ud. Tentu pandangannya itu didasarkan pada keyakinan umum umat Islam tentang akan turunnya Nabi Isa di akhir zaman. Bedanya, jika kelompok Islam lain sampai hari ini masih menunggu datangnya Nabi Isa menjelang hari Kiamat, yang akan menghancurkan kaum Nasrani dan Yahudi, sementara kelompok Ahmadiyah meyakini bahwa Nabi Isa sudah turun dalam bentuk fisik Mirza Ghulam Ahmad. Pangkal penghakiman bahwa Ahmadiyah merupakan faham yang sesat pada segi terakhir ini. Sehingga sampai hari ini, kelompok Ahmadiyah hanya diperbolehkan manjalankan keyakinannya masing-masng, namun tidak boleh berdakwah.

Penulis

Muhammad Sholikhin - MUHAMMAD SHOLIKHIN lahir pada hari Kamis, tanggal 31 Agustus 1972 M/21 Rajab 1392 H, adalah seorang ulama intelektual yang di masa hidupnya tinggal di dukuh Pedut, desa Wonodoyo, Kec. Cepogo, Kab. Boyolali, Jawa Tengah. Muhammad Sholikin mengasuh dan memimpin banyak forum diskusi dan kajian. Ia juga menulis banyak buku agama bahkan banyak buku-buku hasil penelitian beliau terkait sufisme Islam Jawa. Muhammad Sholikhin meninggal pada 2021 di Boyolali. Buku-bukunya adalah warisan keilmuan bagi umat dan keluarganya.

Daftar Isi

Verso
Pengantar Penulis
Daftar Isi
Latar Belakang Munculnya Gerakan Ahmadiyah di Indonesia
Urgensi dan Persoalan Atas Studi Terhadap Eksistensi Gerakan Ahmadiyah
Pembaharuan Islam Versi Gerakan Ahmadiyah
Konsep Khatam Al-Nabiyyin
Nabiy Al-Dzilli Ummati
Kematian Nabi Isa dan Al-Masih Al-Mau'ud serta Al-Mahdi Sebagai Mushlih Abad ke-14
Sistem Pokok Khilafah Ahmadiyah dan Imam Zaman
Doktrin Sentral JAI
Historisitas Jamaah Ahmadiyah Indonesia
Sistem Organisasi JAI
Konsep dan Konteks Strategis Dakwah JAI
Manajemen Strategi Dakwah JAI
Kategorisasi Dakwah dalam JAI
Analisis Dakwah JAI Perspektif SWOT
Pro-Kontra JAI di Indonesia
Sikap Pemerintah Indonesia Terhadap Jemaat Ahmadiyah Indonesia
Khatimah: Membuka Kedewasaan Beragama
Daftar Pustaka
Tentang Penulis