Tampilkan di aplikasi

Buku Garudhawaca hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Islam, Kosmologi Baru dan Agama Baru

1 Pembaca
Rp 48.000 58%
Rp 20.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 60.000 13%
Rp 17.333 /orang
Rp 52.000

5 Pembaca
Rp 100.000 20%
Rp 16.000 /orang
Rp 80.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Sains itu mempunyai dua muka. Jika kita menganggap bahwa apa yang kita saksikan dalam fenomena sains itu adalah “sebuah kenyataan yang sempurna,” kita akan melihat sains sebagai “hanya” kebenaran inderawi. Sains pernah mengukuhkan bahwa kebenaran mutlak adalah yang didasarkan pada panca-inderawi saja. Pandangan ini disebut “saintisme”. Karena itu, pertanyaannya kini adalah, “Apakah ada sesuatu hakikat yang berada di luar sains?” Saintisme akan menjawab tidak ada. Kebenar-an hanyalah kebenaran material yang bisa dideskrip-sikan melalui hukum-hukum saja.

Melawan pandangan saintisme yang sekarang mulai ditinggalkan orang–sangatlah menarik. Karena, sekarang seseorang bisa melihat “tanda-tanda” bahwa sains bisa membawa kita kepada sesuatu hakikat yang ada di seberang sains, yang disebut hakikat “kesatuan wujud” atau “kesatuan Tuhan”, wahdat al-wujud, manunggaling kawula-Gusti, atau jika kita mengikuti bahasa teologi Islam diistilahkan sebagai hakikat tauhid. Tentu saja, tanda-tanda bukanlah “bukti”, tetapi tetaplah itu merupakan “sesuatu” yang perlu kita perhatikan. Bukankah gejala alam semesta merupakan “ayat” (tanda eksistensi dan kebesaran Tuhan)?.

Buku yang penulis sunting dan diolah dari berbagai tulisan para pakar ini, mengemukakan perdebatan dan proses, bagaimana sains dapat mengantarkan seseorang kepada ma’rifatullah?

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Ni'matul Masfufah

Penerbit: Garudhawaca
ISBN: 9786021836217
Terbit: Agustus 2012 , 148 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Sains itu mempunyai dua muka. Jika kita menganggap bahwa apa yang kita saksikan dalam fenomena sains itu adalah “sebuah kenyataan yang sempurna,” kita akan melihat sains sebagai “hanya” kebenaran inderawi. Sains pernah mengukuhkan bahwa kebenaran mutlak adalah yang didasarkan pada panca-inderawi saja. Pandangan ini disebut “saintisme”. Karena itu, pertanyaannya kini adalah, “Apakah ada sesuatu hakikat yang berada di luar sains?” Saintisme akan menjawab tidak ada. Kebenar-an hanyalah kebenaran material yang bisa dideskrip-sikan melalui hukum-hukum saja.

Melawan pandangan saintisme yang sekarang mulai ditinggalkan orang–sangatlah menarik. Karena, sekarang seseorang bisa melihat “tanda-tanda” bahwa sains bisa membawa kita kepada sesuatu hakikat yang ada di seberang sains, yang disebut hakikat “kesatuan wujud” atau “kesatuan Tuhan”, wahdat al-wujud, manunggaling kawula-Gusti, atau jika kita mengikuti bahasa teologi Islam diistilahkan sebagai hakikat tauhid. Tentu saja, tanda-tanda bukanlah “bukti”, tetapi tetaplah itu merupakan “sesuatu” yang perlu kita perhatikan. Bukankah gejala alam semesta merupakan “ayat” (tanda eksistensi dan kebesaran Tuhan)?.

Buku yang penulis sunting dan diolah dari berbagai tulisan para pakar ini, mengemukakan perdebatan dan proses, bagaimana sains dapat mengantarkan seseorang kepada ma’rifatullah?

Pendahuluan / Prolog

Kata pengantar
Alhamdulillah, penyunting ucapkan kepada Allah SWT, atas kemurahan ilmu-Nya, sehingga penyunting dapat menyelesaikan suntingan buku ini. Buku ini menjadi penting, karena seiring dengan perkembangan sains yang terus terjadi, maka tandatanda yang pernah diprediksi pada sekitar awal abad ke-21, semakin nampak terjadi dan mendekati kenyataan. Buku ini memberikan berbagai asumsi dan prediksi tentang sains masa depan terkait dengan masa depan spiritualitas dan agama manusia.

Sains itu mempunyai dua muka. Jika kita menganggap bahwa apa yang kita saksikan dalam fenomena sains itu adalah “sebuah kenyataan yang sempurna,” kita akan melihat sains sebagai “hanya” kebenaran inderawi. Sains pernah mengukuhkan bahwa kebenaran mutlak adalah yang didasarkan pada panca-inderawi saja. Pandangan ini disebut “saintisme”. Karena itu, pertanyaannya kini adalah, “Apakah ada sesuatu hakikat yang berada di luar sains?” Saintisme akan menjawab tidak ada. Kebenaran hanyalah kebenaran material yang bisa dideskripsikan melalui hukum-hukum saja.

Melawan pandangan saintisme–yang sekarang mulai ditinggalkan orang--sangatlah menarik. Karena, sekarang seseorang bisa melihat “tanda-tanda” bahwa sains bisa membawa kita kepada sesuatu hakikat yang ada di seberang sains, yang disebut hakikat “kesatuan wujud” atau “kesatuan Tuhan”, wahdat al-wujud, manunggaling kawula-Gusti, atau jika kita mengikuti bahasa teologi Islam diistilahkan sebagai hakikat tauhid. Tentu saja, tanda-tanda bukanlah “bukti”, tetapi tetaplah itu merupakan “sesuatu” yang perlu kita perhatikan. Bukankah gejala alam semesta merupakan “ayat” (tanda eksistensi dan kebesaran Tuhan)?.

Buku yang penulis sunting dan diolah dari berbagai tulisan para pakar ini, mengemukakan perdebatan dan proses, bagaimana sains dapat mengantarkan seseorang kepada ma’rifatullah? Dengan terwujudnya buku ini, penyunting sangat berterima kasih kepada suami penyunting, Muhammad Sholikhin, yang mengarahkan penyunting untuk mengolah bahan-bahan dalam buku ini menjadi sebuah buku yang “utuh”. Terima kasih juga disampaikan kepada segenap penulis yang menjadi kontributor dalam buku ini. Semoga amal shalihnya akan selalu mendapatkan balasan yang besar dan mulia dari Allah SWT.

Semoga buku ini bermanfaat untuk kita semua, dalam memahami hakikat eksistensi Tuhan yang tergelar dalam cakrawala semesta berikut semua keadaan dan kejadiannya.

Penulis

Ni'matul Masfufah - Ni'matul Masfufah, lahir pada hari Sabtu Pahing, tanggal 3 September 1983, putra dari pasangan Bapak Supriyanto, HM (alm.) dan Ibu Sutinah, di Sidabowa, Patikraja, Banyumas.

Menyelesaikan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif Patikraja, Banyumas (1995), Madrasah Tsanawiyyah Ma’arif Kedungrandu, Banyumas (1998), Madrasah Aliyah Nurul Huda, Mangkang, Semarang (2002). Kini belajar otodidak di bawah bimbingan suaminya sendiri, H. Muhammad Sholikhin di bidang Keislaman.

Penulis yang memiliki hobi mendengarkan musik dan membaca ini, juga pernah nyantri di Pon-pes Kalibeber, Wonosobo, dan Pondok Pesantren al-Ishlah Mangkang Semarang.

Penulis telah dikaruniai dua orang putri bernama Alfina Nurul ‘Ayni (lahir Jum’at, 10 Januari 2003) dan Ailsa Çalya Kasyfatul Mahjubiyyah (lahir Senin, 15 Mei 2006), hasil pernikahan dengan H. Muhammad Sholikhin.

Saat ini penyunting mengajar di Madrasah Ibtidaiyah al-Hikmah Pedut, Cepogo, Boyolali, disamping aktif dalam Majlis Ta’lim al-Hikmah Boyolali.


Daftar Isi

Verso
Pengantar Penyunting
Daftar Isi
Bagian I : Memadukan Paradigma Sains dan Paradigma Keagamaan
     Bab I. Agama dan Sains: Dua Kutub dalam Satu Dunia
     Bab II. Sains dan Agama: Menyongsong Era Milenium Baru
Bagian II : Prospek Masa Depan Agama dalam Perspektif Penemuan Sains Modern
     Bab III. Kosmologi Baru, Religiusitas Baru
     Bab IV. Sintesa Baru, Kosmologi Baru: Evaluasi atas Tulisan pada Bab III
     Bab V. Monoteisme, Penciptaan dan Sains
     Bab VI. Kosmologi, Merancang Wajah Semesta
     Bab VII. Sains dan Kesadaran Keagamaan
     Bab VIII. Kosmologi, Agama Baru Ilmuwan: Tanggapan atas Tulisan Bab IV-VII
     Bab IX. Sintesis Iman-Ilmu: Ketinggalan Kereta atau Terlalu Dini?
     Bab X. Karya-Karya Besar Seputar Perpaduan Agama-Sains
Bagian III : Kearifan Perenial dan Sikap Islam Terhadap Sains
     Bab XI. Kearifan Perennial: Paradigma Baru Sains - Kosmologi
     Bab XII. Modernisme Sains, Modernisme (Gerakan) Islam, dan Spiritualitas: Tinjauan Sosiologi-Sains dan Kebudayaan
Biodata Penyunting