Tampilkan di aplikasi

Buku Jejak Pustaka hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Sejarah Tanpa Manusia

Historiografi Singkel Abad VII‒XXI

1 Pembaca
Rp 88.000 15%
Rp 74.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 223.500 13%
Rp 64.567 /orang
Rp 193.700

5 Pembaca
Rp 372.500 20%
Rp 59.600 /orang
Rp 298.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Sejarah Tanpa Manusia: Historiografi Singkel Abad VII‒XXI memuat konsep historiografi Singkel secara mendalam. Zulfikar RH Pohan sebagai penulis mencoba mengkonstruksi Singkel dalam satu arus sejarah yang otonom dan autentik. Dengan berbagai data-data sejarah sosial dari berbagai sumber, buku ini menawarkan sebuah pembacaan komprehensif mengenai Singkel.

- Keotentikan buku ini disajikan tanpa harus terjebak pada esensialiasi identitas atau keberpihakan pada satu komunitas tertentu yang ujung-ujungnya membanggakan satu tradisi atau komunitas tertentu. Berdasarkan sumber-sumber dan metode yang penulis dapatkan, dicari titik temu atau benang merah serta signifikansi hubungan antara sumber yang satu dengan sumber yang lainnya. Buku ini menjelaskan kerajaan feodal di Singkel, penjajahan dari Kesultanan Aceh, masuknya pabrik ke Singkel, sampai budaya populer di Singkel.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Zulfikar RH Pohan

Penerbit: Jejak Pustaka
ISBN: 9786236424575
Terbit: Agustus 2021 , 208 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Sejarah Tanpa Manusia: Historiografi Singkel Abad VII‒XXI memuat konsep historiografi Singkel secara mendalam. Zulfikar RH Pohan sebagai penulis mencoba mengkonstruksi Singkel dalam satu arus sejarah yang otonom dan autentik. Dengan berbagai data-data sejarah sosial dari berbagai sumber, buku ini menawarkan sebuah pembacaan komprehensif mengenai Singkel.

- Keotentikan buku ini disajikan tanpa harus terjebak pada esensialiasi identitas atau keberpihakan pada satu komunitas tertentu yang ujung-ujungnya membanggakan satu tradisi atau komunitas tertentu. Berdasarkan sumber-sumber dan metode yang penulis dapatkan, dicari titik temu atau benang merah serta signifikansi hubungan antara sumber yang satu dengan sumber yang lainnya. Buku ini menjelaskan kerajaan feodal di Singkel, penjajahan dari Kesultanan Aceh, masuknya pabrik ke Singkel, sampai budaya populer di Singkel.

Pendahuluan / Prolog

Prolog
Manusia adalah pembentuk sejarah. Tanpa kehadiran manusia, sejarah hanya berupa susunan tanggal, tahun, lokasi, dan namanama segelintir Raja dan politikus. Sejarah yang dibentuk manusia adalah komunitas yang mendiami satu wilayah, yang mencari penghidupan di laut, di hutan, di sungai, sekaligus menciptakan struktur sosial seperti kebudayaan, bahasa, agama dan sistem ekonomi. Manusia yang membentuk sejarah adalah manusia yang jumlahnya 99,9%, sedangkan sisanya hanya segelintir raja, ulama, militer, dan penjajah. Celakanya, hanya peran segelintir itulah yang mendominasi penulisan sejarah-sejarah mainstream, sedangkan manusia yang 99,9% sering kali alpa.

Singkel adalah daerah yang didominasi oleh sejarah-sejarah ketokohan, sejarah kerajaan, dan sejarah keislaman. Hal tersebut yang menjadi permasalahan serius yang akan dikemukakan dalam buku ini. Sebuah sejarah yang sering kali meminggirkan manusia 99,9% sebagai pembentuk sejarah yang paling utama. Para pencari kamper dan kemenyan di hutan, para pendodos sawit, nelayan miskin, ataupun Buruh Harian Lepas (BHL) di Singkel tetap memiliki pengaruh pada kebijakan politik, orientasi beragama, susunan kebudayaan, dan struktur perkembangan ekonomi di tingkat makro dan mikro. Dalam historiografi Singkel, mereka tak boleh diabaikan.

Bisa apa Singkel tanpa si ‘manusia 99,9%’? Wilayah Singkel meliputi Kabupaten Aceh Singkil dan Pemerintah Kota Subulussalam. Daratan Aceh Singkel seluas 1.857,88 km2 dan Pemko Subulussalam seluas 1.391 km2. Singkel berada di ujung Provinsi Aceh, berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara. Posisi tersebut menempatkan Singkel sebagai komunitas di-antara (in-between) yang secara administratif adalah wilayah Aceh, akan tetapi ia bukanlah Aceh. Meskipun dekat dengan kebudayaan komunitas Pakpak, Mandailing, Karo dan sub-suku Batak lainnya di Sumatera Utara, Singkel pun tidak dapat disederhanakan menjadi komunitas dari Sumatera Utara. Posisi di-antara secara otomatis menimbulkan berbagai dampak sosial dan juga krisis ekonomi, identitas bahkan agama.

Sebagai daerah yang berada di posisi terpinggir-nya Aceh, Singkel bukan prioritas utama dalam pembangunan ekonomi Aceh sehingga Singkel lebih bergantung pada laju ekonomi Sumatera Utara. Posisi yang berada di pinggiran juga menyebabkan kerasnya politik identitas sehingga menciptakan berbagai konflik ras seperti perseteruan antara komunitas Singkel dengan Pakpak, Batak maupun Jawa. Ditambah lagi konflik agama yang sering berakhir dengan pembakaran dan penyegelan rumah ibadah. Seperti yang terjadi pada rumah ibadah komunitas Kristen di Singkel.

Posisi wilayah Singkel sebenarnya amat menguntungkan sejak abad ke-7 sampai abad 18. Singkel menjadi pusat perdagangan sekaligus pemasok komoditas lokal bagi pelabuhan Barus, Kesultanan Aceh, dan pelabuhan Singkel yang menjadi gerbang bagian timur bagi perdagangan wilayah pantai barat Sumatera.

Posisi tersebut mendukung arus perdagangan dari para imigran luar daerah untuk bermukim di Singkel. Pesisir Singkel dimukimi oleh orang-orang Melayu dan Aceh, sedangkan lewat jalur sungai orang-orang Pakpak, Toba, Karo, Mandailing, dan sub-suku Batak lainnya bermigrasi ke Singkel.

Adanya jalur sungai Singkel yang dalam dan luas, dan pesisir pantai yang tenang (karena adanya Kepulauan Banyak yang melindungi Singkel dari ombak Samudra Hindia yang terkenal ganas), ditambah lagi banyaknya sumber daya hutan yang menjadi komoditas internasional membuat Singkel menjadi rebutan banyak kerajaan dan armada dagang.

Penulis

Zulfikar RH Pohan - Zulfikar RH Pohan adalah hamba Allah yang lahir di sebuah kampung bernama Cingkam di Kabupaten Aceh Singkil pada bulan Juli tahun 1995. Setelah selesai SMA memutuskan untuk mendalami kajian budaya, teologi, dan filsafat sampai ke jenjang master di Center for Religious and Cross-cultural Studies (Agama Lintas Budaya) di Universitas Gadjah Mada. Belajar menulis di berbagai tempat seperti media cetak, media online, buku, dan jurnal dengan tema-tema seputar kebudayaan, kesenian, teologi, dan filsafat. Sesekali berpartisipasi dalam pentas seni tari tradisional dan membuat film. Saat ini mengabdikan diri menjadi tenaga pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah Hamzah Fansuri di Subulussalam, Provinsi Aceh.

Daftar Isi

Sampul
Kata pengantar
Prolog
Daftar Isi
I. Refleksi Kritis dan Relevansi Identitas Singkel
     A. Seberapa Penting, sih, Singkel itu?
     B. Memperlebar ‘Sejarah Kecil’
     C. Metode Kajian
II. Dunia Maritim dan Perdagangan di
     A. Singkel dalam Amatan Pelancong, Orientalis dan Islamis
     B. Pelabuhan Singkel
III. Singkel dan Pelabuhan Lain
     A. Barus bagi Singkel
     B. Kapur (Bukan Milik) Barus
     C. Malaka dan Portugis: Dalam Penyebaran Agama dan Monopoli Ekonomi
     D. Aceh: ‘Perompak’ yang Mendirikan Kesultanan
     E. Naiknya VOC ke Ring
IV. Singkel dalam Hindia-Belanda
     A. Skema Ekspansi Penjajah Awal
     B. Pelabuhan Singkel Masa Hindia Belanda
     C. Pembangunan Jalur Darat di Singkel
     D. Respons terhadap Singkelianis
VI. Terbentuknya Pabrik
     A. Sumatra Timur: Asal-usul Onderneming dan Kuli Kontrak ke Singkel
     B. Masalah Identitas pada Ketenagakerjaan
     C. Invasi Jepang
     D. Revolusi Sosial
     E. Akumulasi Kapital
VI. Memahami Pakp
     A. Dari Tanah Pakpak ke Tanah Singkel
     B. Pakpak dari Konsep Warisan Kolonialisme
     C. Kesadaran Identitas yang Baru
VII. Bahasa dan Folklore
     A. Singkel dan Tumbuhnya Identitas Politik
     B. Marga Singkel: dari Pusuk Buhit ke Deleng Simpon
     C. Data Sejarah dari Agama dan Bahasa Lokal
     D. Orang Singkel Makan Orang?
     E. Agama Singkel
VIII. Bahasa Singkel
     A. Bahasa Singkel Apa Adanya
     B. Omong Kosong Standar Bahasa Singkel
     C. Tutukh (Sapaan pada Keluarga)
     D. Kesusastraan dan Kesenian Singkel Klasik
     E. Basa Macik (Kata-kata Tabu)
XI. Budaya Populer Berbahasa Singkel
     A. Musik Pop Singkel: Potensi dan Tabiat
     B. Grup Siketang: Seksisme Lirik dan Dominasi Laki-Laki dalam Musik Pop
     C. Puja Syarma dan Destanada: Antara Viral dan Lokal
     D. Ahmad Reyhan dan Kuta Simboling: Tren Audio-Visual Bahasa Singkel Modern
Epilog