Tampilkan di aplikasi

Buku Marja hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Epistemologi Qurani

Tafsir Kontemporer Ayat-Ayat Al-Quran Berbasis Matrealisme-Dialektika-Historis

1 Pembaca
Rp 68.000 15%
Rp 57.800

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 173.400 13%
Rp 50.093 /orang
Rp 150.280

5 Pembaca
Rp 289.000 20%
Rp 46.240 /orang
Rp 231.200

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Dr. Muhammad Syahrûr adalah salah seorang pemikir Islam kontemporer yang menyerukan perlunya pembaharuan dan peninjauan kembali pemikiran Islam. Ia sebagaimana pemikir kontemporer lainnya—Arkoun, Al-Jâbirî, Abu Zaid, Riffat Hasan, Al-Na’îm, Hasan Hanafî, dan Fâthima Mernissi—mengajak untuk merenungkan kembali pemikiran Islam yang kaku, ekstrem, eksklusif, dan stagnan.

Syahrûr menawarkan dialektika Qurani untuk mengisi kebuntuan filsafat Islam (terutama epistemologi Islam dalam bentuk yang modern). Menurutnya, kebuntuan ini telah menyebabkan terpecahnya pemikiran umat Islam. Maka ia meneliti ulang kitab suci yang menjadi sumber inspirasi umat Islam dengan menggunakan metode kontemporer.

Menurut Syahrûr, tidak semua produk pemikiran manusia bertentangan dengan pemikiran Islam. Hanya saja, kebuntuan metodologi telah menyebabkan dekonstruksi pemikiran dalam Islam.

Oleh sebab itulah, sebagai seorang muslim, Syahrûr berupaya untuk memberikan tawaran pemikiran baru dalam konteks keilmuan bagi umat Islam. Buku ini sebelumnya pernah diterbitkan dengan judul Rahasia Umur, Rizki & Amal.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Dr. Muhammad Syahrur
Editor: Mathori Al-Wustho / Mathori Al-Wustho

Penerbit: Marja
ISBN: 9786026297549
Terbit: Maret 2015 , 376 Halaman










Ikhtisar

Dr. Muhammad Syahrûr adalah salah seorang pemikir Islam kontemporer yang menyerukan perlunya pembaharuan dan peninjauan kembali pemikiran Islam. Ia sebagaimana pemikir kontemporer lainnya—Arkoun, Al-Jâbirî, Abu Zaid, Riffat Hasan, Al-Na’îm, Hasan Hanafî, dan Fâthima Mernissi—mengajak untuk merenungkan kembali pemikiran Islam yang kaku, ekstrem, eksklusif, dan stagnan.

Syahrûr menawarkan dialektika Qurani untuk mengisi kebuntuan filsafat Islam (terutama epistemologi Islam dalam bentuk yang modern). Menurutnya, kebuntuan ini telah menyebabkan terpecahnya pemikiran umat Islam. Maka ia meneliti ulang kitab suci yang menjadi sumber inspirasi umat Islam dengan menggunakan metode kontemporer.

Menurut Syahrûr, tidak semua produk pemikiran manusia bertentangan dengan pemikiran Islam. Hanya saja, kebuntuan metodologi telah menyebabkan dekonstruksi pemikiran dalam Islam.

Oleh sebab itulah, sebagai seorang muslim, Syahrûr berupaya untuk memberikan tawaran pemikiran baru dalam konteks keilmuan bagi umat Islam. Buku ini sebelumnya pernah diterbitkan dengan judul Rahasia Umur, Rizki & Amal.

Pendahuluan / Prolog

Pengantar penerjemah
Hal yang dijadikan sebagai prinsip oleh umat Islam adalah bahwa Islam merupakan ajaran yang bersifat universal yang melampaui batas ruang, waktu atau bahkan melintasi sekat-sekat kemanusiaan. Klaim universalitas inilah yang begitu melekat dan menghujam ke dalam keyakinan teologis umat Islam sehingga mereka selalu mempunyai anggapan bahwa Islam adalah agama yang akan selalu sesuai untuk semua konteks zaman, waktu dan tempat. Karena klaim universal ini, umat Islam sangat percaya kalau mereka akan selalu menjadi yang pertama dan utama dan tidak ada yang bisa melampaui mereka dan agamanya. Pandangan terhadap universalitas Islam ini diambil secara normatif dari teks-teks keagamaan, yaitu “Al-Islâm shâlihun li-kulli zamân wa makân” atau “Al-Islâm ya‘lu wa lâ yu‘la ‘alaih”.

Jargon ini sebenarnya menyiratkan sebuah misi yang dibawa ajaran Islam yang bukan hanya untuk komunitas pada tempat dan waktu tertentu. Akan tetapi ajaran Islam harus selalu sesuai dengan konteks, situasi dan waktu apapun, kapanpun dan di manapun.

Universalisme ini juga menyiratkan sebuah ajaran yang menyeluruh dalam semua bidang dan lini kehidupan. Itulah idealitas yang dibangun dalam struktur keyakinan teologis, yang kemudian bergeser menjadi sebuah kerangka ideologis yang dijadikan sebagai pegangan oleh umat Islam.

Namun demikian, klaim universalitas ini jika dibenturkan dengan realitas, dalam konteks kultural dan sosiologis ternyata sangat jauh dari idealisme tersebut. Umat Islam selalu menjadi umat yang terbelakang dalam berbagai bidang dibandingkan dengan umat-umat lainnya. Secara politis umat Islam selalu menjadi pihak yang termarjinalkan dan tidak pernah memegang peran yang vital dalam konteks politik global ataupun lokal. Bahkan umat Islam sering dianggap sebagai teroris dan pengacau dunia yang selalu dikambinghitamkan dan dipandang sebagai ancaman bagi keamanan stabilitas dunia. Oleh sebagian orang, terutama sekali orang-orang Barat modern, umat Islam ternyata sama menakutkannya dengan ancaman nuklir dunia yang menjadi momok kemanusiaan. Umat Islam dengan ajaran-ajarannya selalu berada pada wacana yang terpinggirkan, tanpa pernah bisa membalik wacana dan menempatkan diri pada posisi yang dominan.

Dalam bidang ekonomi, ternyata yang menguasai ekonomi dunia bukanlah orang-orang Islam, akan tetapi justru mereka yang notabene adalah umat yang tidak pernah melekatkan diri dengan Islam. Umat Islam hanya menjadi “budak-budak” kapitalisme dan harus puas hanya sebagai konsumen tanpa pernah punya akses sebagai produsen yang produktif untuk umat manusia.

Demikian juga dalam bidang sains dan ilmu pengetahuan, umat Islam belum bisa mengimbangi Barat yang telah demikian maju dalam hal teknologi dan sains. Ilmuwan Islam yang mempunyai akses terhadap Ilmu pengetahuan sangat terbatas dan bahkan bisa dihitung dengan jari. Mereka hanya bisa menerima hasil-hasil dari kreatifitas umat lain tanpa pernah bisa menjadi pioner dalam bidangbidang tersebut.

Satu-satunya hasil nyata yang bisa ditunjukkan oleh umat Islam—sekalipun bukan merupakan sesuatu yang istimewa, karena hanya berada pada tataran konseptual yang justru sering membuat umat Islam bersikaf ekslusif—adalah dalam bidang hukum atau fiqh.

Kreatifitas umat dalam bidang yang satu ini bisa diacungkan jempol jika dilihat dari segi kuantitas, karena perpustakan dan litelatur muslim dipenuhi oleh buku dan kitab-kitab fiqh yang menjadi hasil kreatifitas umat Islam selama beberapa abad sebelumnya. Namun, apa yang dihasilkan oleh umat Islam ini merupakan produk—setelah diformalisasikan—menjadi sebuah barang antik yang hanya bisa dilihat dan dinikmati sebagai pemuas batin dan penghibur jiwa tanpa pernah bisa dilaksanakan. Kalaupun hal tersebut dapat diaktualisasikan ke dalam dunia riil, yang terjadi bukanlah kejayaan dari sebuah peradaban agung yang disegani dan dihormati oleh peradaban-peradaban dunia yang lain, namun justru kehinaan dan keterbelakangan. Sebab, banyak dari konsep-konsep fiqh ini yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan umat manusia untuk konteks sekarang ini.

Daftar Isi

Sampul
Tentang penulis
Pedoman transliterasi
Pengantar penerjemah
Daftar isi
Pendahuluan
Bagian I: Hukum hukum dialetika kosmos
     Bab 1: Dualitas inhern, Dialektika Internal dalam Sesuatu yang satu (Dialektika yang Menyebabkan Kehancuran Sesuatu)
     Bab 2: Dialektika Eksternal Antara Dua Sesuatu, Dialektika
     Bab 3: Al-Shûr (Terompet), Al-Hisâb, Surga dan Neraka
Bagian II: Dialetika manuasia dan pengetahuan
     Bab 1: Dialektika manusia (Al-Rahmân dan Al-Syaithân
     Bab 2: Unsur-Unsur Pengetahuan Manusia
     Bab 3: Perkembangan Manusia dan Bahasa
Bagian III: Epistimologi qurani
     Bab 1: Pengantar Menuju Epistemologi Qurani
     Bab 2: Dialektika Oposisional dalam Pengetahuan Mengenai
     Bab 3: Bentuk-Bentuk Pengetahuan dan Relativitasnya
     Bab 4: Wahyu, Ilmu dan Qadhâ’ Allah
Bagian IV: Umur, rizki dan tindakan
Indeks