Ikhtisar
Dalam pembahasan akhirnya, buku ini mengajak kita semua untuk menegakkan nilai-nilai kebaikan yang diajarkan oleh agama, juga budaya dalam mengelola uang negara. Dalam khazanah budaya Madura misalkan ada petuah bijak, oreng jujur bakal pojur, oreng jujur mate ngonjur‖,
orang jujur bakal beruntung dan meninggal dalam kebaikan. Aspek kejujuran ini penting diarus-utamakan lagi di tengah pandangan bahwa hal-hal syubhat ini dianggap sebagai sebuah kebiasaan yang diterima umum.
Selanjutnya, unsur keteladanan pemimpin juga menjadi panduan lainnya. Kisah-kisah keteladanan kepemimpinan yang ditampilkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Mohamad Hatta dan pemimpin lainnya yang membedakan ruang pribadi dan publik secara tegas penting dirujuk.
Para pemimpin pemerintahan hari ini perlu memberikan keteladanan tentang amanah, kejujuran, kesederhanaan dan keberanian menegakkan kebenaran yang hakiki. Dari konten buku ini, kita akan tahu bahwa jika akuntansi itu dilaksanakan dengan jujur, semua pihak akan diuntungkan, dan keuangan negara akan terselamatkan.
Hal ini perlu dibudayakan untuk mengupayakan datangnya limpahan barokah karena kejujuran tak lain merupakan manifestasi dari ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.
Pendahuluan / Prolog
Prolog: Doa Ditolak Jika Mengonsumsi Yang Syubhat
Memasuki ruang kedatangan penumpang di bandara (2001), terlihat sejumlah orang berpakaian PNS, memerhatikan saya. Indera keenam mengatakan, mereka mau jemput saya. Secepat kilat, saya berjalan keluar bandara meninggalkan mereka, menaiki taksi menuju hotel. Di ruang tunggu kantor DPRD provinsi, besok paginya, staf Setwan yang mau menjemput saya di bandara, “protes.” Beliau juga menanyakan di mana saya nginap. Sebab, Setwan sudah menyiapkan kamar hotel. Saya pun mulai memberi “kuliah” sebagai Wakil Ketua Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN).
“Saya ke sini menggunakan Surat Perintah Jalan (SPJ) dilengkapi biaya perjalanan dinas,” ujar saya. “Ada biaya tiket pesawat pulang pergi, transportasi lokal, penginapan, dan makan minum,” tambah saya. Semuanya berasal dari APBN. Jika saya dijemput Anda serta hotel dan makan dibayar oleh Setwan padahal semuanya berasal dari APBD, maka terjadi double account.
Saya lalu menginformasikan, tradisi pejabat pada masa Orde Baru yang bertentangan dengan prinsip-prinsip manajemen modern, antara lain:
a. Rombongan dari Jakarta, disambut dengan karpet merah dan pengalungan bunga; b. Ada pesta potong kambing atau sapi beserta tarian dan penampilan artis lokal; c. Isteri pejabat yang dari Jakarta didampingi ibu-ibu Dharma Wanita setempat, melakukan anjangsana ke tempat-tempat khusus dan berbelanja di mal. Semua dibiayai oleh Pemda; d. Biaya penginapan dan makan minum selama kunjungan ditanggung pemda setempat. Pejabat, ketika mau kembali ke Jakarta juga diberi amplop. Ada kalanya disebut dengan istilah uang presentasi; e. Pejabat kembali ke Jakarta, masalah di daerah belum terselesaikan, tetapi rekening pengeluaran Pemda, membengkak.
Daftar Isi
Cover
Pengantar Penulis
Pengantar Pembaca
Senarai Sekapur Sirih
Prolog
Daftar Isi
Bab 1 Awal Perjalanan Mencari Makna Fraud
1.1 Prolog
1.2 Kontribusi Penelitian
Bab 2 Sekilas Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
2.1 Pengantar
2.2. Membaca Reformasi Tata Pemerintahan (Otonomi Daerah) dari Kacamata New Public Management (NPM)
2.3 Meninjau Sistem Otonomi Daerah di Indonesia
2.4. Ikhtisar
Bab 3 Berkenalan Dengan “Fraud” : Konsepsi Yang Melatar Belakangi Justifikasi “Sisi Remang” Pengelolaan Keuangan Daerah
3.1 Pengantar
3.2 Definisi Fraud
3.3 Pelaku Dan Motivasi Fraud
3.4 Fraud Red Flag
3.5 Fraud Prevention, Detection And Investigation
3.6 Korupsi Dan Fraud
3.7 Ikhtisar
Bab 4 Jembatan Menuju Penggalian Pemahaman
4.1 Pengantar
4.2 Pendekatan Penelitian
4.3 Paradigma Penelitian
4.4 Bid’ah Hermeneutic Methodology Sebagai Pilihan
4.5 Metode Penelitian
4.6 Ikhtisar
Bab 5 Menelusuri “Lorong Hitam” Pengelolaan Keuangan Daerah
5.1 Pengantar
5.2 Selarung Realitas Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Di Opd/Skpd
5.3 “Tabir Gelap” Pengelolaan Keuangan Daerah (Grey Area Of Fraud)
5.4 Ikhtisar
Bab 6 “Haram La Haram, Baramma Pole”: Memintal Makna “Sisi Remang” Pengelolaan Keuangan Daerah Dari Kacamata Aktor
6.1 Pengantar
6.2 Pemaknaan Grey Area Of Fraud
6.3 Ikhtisar
Bab 7 Al Halalu Bayn Wa Al Haroomu Bayn...Sakeng Ta’ Enga’ Se’ Mateya Jareya: Menelusuri Makna “Fraud” Dari Sudut Pandang Agama (Wan) Islam
7.1 Pengantar
7.2 Islam Dan Fraud
7.3 Membincang “Abu-Abu” Fraud: Ironi Antara Iman Dan Amal
7.4 (Kembali) Menoleh Kepada Agama (Islam) Sebagai Dasar Dan Muara Tindakan
7.5 Ikhtisar
Bab 8 “Oreng Jujur Bakal Pojur; Oreng Pojur Mate Ngonjur” :Budaya (Wan) Madura Memaknai “Sisi gelap” Pengelolaan Keuangan Daerah
8.1 Pengantar
8.2 Menyelami Nilai-Nilai Adiluhung Budaya Madura
8.3 Menafsir Makna “Sisi Gelap” Pengelolaan Keuangan Daerah Dari Perspektif Budaya(Wan) Madura
8.4 Revitalisasi Budaya Madura Sebagai Jalan Keluar
8.5 Ikhtisar
Bab 9 Resonansi: Beranjak Dari Gelap Menuju Cahaya
9.1 Pengantar
9.2 Pembacaan Realitas Pengelolaan Keuangan Daerah
9.3 Menoleh (Kembali) Pada Ajaran Agama Dan Budaya Sebagai Tawaran Solusi Mendasar
9.4 Ikhtisar
Bab 10 Muara Penyingkapan Tabir: Sebuah “Akhir” Yang Belum Berakhir
10.1 Pengantar
10.2 Simpulan
Daftar Pustaka
Tentang Penulis