Tampilkan di aplikasi

Buku Peneleh hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Riset Dalam Perspektif Budaya

1 Pembaca
Rp 89.500 15%
Rp 76.075

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 228.225 13%
Rp 65.932 /orang
Rp 197.795

5 Pembaca
Rp 380.375 20%
Rp 60.860 /orang
Rp 304.300

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Membincangkan (ilmu) akuntansi serta budaya mungkin masih sering dianggap absurd bagi sebagian yang berpikir bahwa akuntansi, terkhusus, ialah semata alat. Bagaimana mungkin sebuah alat memiliki nilai budaya? Bukankah alat hanya membantu manusia untuk mencapai tujuannya,sebagaimanapisau yang digunakan untuk memotong, kalkulator yang digunakan untuk menghitung, dan akuntansi yang digunakan untuk menyajikan laporan keuangan? Nyatanya tidak mungkin sebuah ilmu, lahir tanpa nilai. Ketika kita makan saja, mengapa tangan kanan digunakan, mengapa diawali dengan basmalah, dan berapa kali kunyahan sebelum makanan ditelan, ataupun mengapa orang “Barat” membutuhkan sendok yang berbeda untuk jenis makanan yang berbeda, mengapa ada appetizer, main menu, dan makanan penutup, akan dijawab dengan “nilai” yang melandasi aktivitas “teknis” makan.

Bab-bab yang disajikan dalam buku ini berupaya mengembalikan nilai religius dan lokal ke dalam ilmu (akuntansi dan pendidikan). Lovita menjelaskan keterkaitan antara Sistem Pengendalian Intern dengan nilai Islam. Amerieska di bab berbeda menjelaskan bagaimana Satata Gama Kerta Raharja, sebuah kearifan lokal bisadigunakanuntukmengonstruksipengelolaan desa.

Masih pada tata kelola desa, Sri Rahayu menjelaskan bagaimana Karimbo Babungo Kayu, Kasawah Babungo Emping, Katembang Babungo Emeh, Kasungai Babungo Pasie, sebuah kearifan lokal menjadi basis nilai. Mirosea dkk.

mencoba mengulik konsep Going Concern dalam perspektif usaha pelestarian budaya. Di bidang pendidikan. Purwaningrum dkk mengaitkan pendidikan karakter dengan kearifan lokal

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Erna Lovita / Siti Amerieska / Jayanti Putri Purwaningrum / Syafiul Muzid / Tatag Yuli Eko Siswono / Masriyah / Galih Kurniadi / Sri Rahayu / Nitri Mirosea / Wa Ode Supriani / Andi Basru Wawo / Nanik Hindariyantiningsih
Editor: Jilan Namira Kusteja

Penerbit: Peneleh
ISBN: 9786236366318
Terbit: Juni 2022 , 188 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Membincangkan (ilmu) akuntansi serta budaya mungkin masih sering dianggap absurd bagi sebagian yang berpikir bahwa akuntansi, terkhusus, ialah semata alat. Bagaimana mungkin sebuah alat memiliki nilai budaya? Bukankah alat hanya membantu manusia untuk mencapai tujuannya,sebagaimanapisau yang digunakan untuk memotong, kalkulator yang digunakan untuk menghitung, dan akuntansi yang digunakan untuk menyajikan laporan keuangan? Nyatanya tidak mungkin sebuah ilmu, lahir tanpa nilai. Ketika kita makan saja, mengapa tangan kanan digunakan, mengapa diawali dengan basmalah, dan berapa kali kunyahan sebelum makanan ditelan, ataupun mengapa orang “Barat” membutuhkan sendok yang berbeda untuk jenis makanan yang berbeda, mengapa ada appetizer, main menu, dan makanan penutup, akan dijawab dengan “nilai” yang melandasi aktivitas “teknis” makan.

Bab-bab yang disajikan dalam buku ini berupaya mengembalikan nilai religius dan lokal ke dalam ilmu (akuntansi dan pendidikan). Lovita menjelaskan keterkaitan antara Sistem Pengendalian Intern dengan nilai Islam. Amerieska di bab berbeda menjelaskan bagaimana Satata Gama Kerta Raharja, sebuah kearifan lokal bisadigunakanuntukmengonstruksipengelolaan desa.

Masih pada tata kelola desa, Sri Rahayu menjelaskan bagaimana Karimbo Babungo Kayu, Kasawah Babungo Emping, Katembang Babungo Emeh, Kasungai Babungo Pasie, sebuah kearifan lokal menjadi basis nilai. Mirosea dkk.

mencoba mengulik konsep Going Concern dalam perspektif usaha pelestarian budaya. Di bidang pendidikan. Purwaningrum dkk mengaitkan pendidikan karakter dengan kearifan lokal

Pendahuluan / Prolog

Pengantar Penerbit
Membincangkan (ilmu) akuntansi serta budaya mungkin masih sering dianggap absurd bagi sebagian yang berpikir bahwa akuntansi, terkhusus, ialah semata alat. Bagaimana mungkin sebuah alat memiliki nilai budaya?Bukankah alat hanyamembantu manusia untukmencapaitujuannya,sebagaimanapisau yang digunakan untuk memotong, kalkulator yang digunakan untuk menghitung, dan akuntansi yang digunakan untuk menyajikan laporan keuangan? Nyatanya tidak mungkin sebuah ilmu, lahir tanpa nilai. Ketika kita makan saja, mengapa tangan kanan digunakan, mengapa diawali dengan basmalah, dan berapa kali kunyahan sebelum makanan ditelan, ataupun mengapa orang “Barat” membutuhkan sendok yang berbeda untuk jenis makanan yang berbeda, mengapa ada appetizer, main menu, dan makanan penutup, akan dijawab dengan “nilai” yang melandasi aktivitas “teknis” makan.

Bab-bab yang disajikan dalam buku ini berupaya mengembalikan nilai religius dan lokal ke dalam ilmu (akuntansi dan pendidikan). Lovita menjelaskan keterkaitan antara Sistem Pengendalian Intern dengan nilai Islam. Amerieska di bab berbeda menjelaskan bagaimana Satata Gama Kerta Raharja, sebuah kearifan lokal bisa digunakan untuk mengonstruksi pengelolaan desa.

Masih pada tata kelola desa, Sri Rahayu menjelaskan bagaimana Karimbo Babungo Kayu, Kasawah Babungo Emping, Katembang Babungo Emeh, Kasungai Babungo Pasie, sebuah kearifan lokal menjadi basis nilai. Mirosea dkk. mencoba mengulik konsep Going Concern dalam perspektif usaha pelestarian budaya. Di bidang pendidikan. Purwaningrum dkk mengaitkan pendidikan karakter dengan kearifan lokal.

Sebagaimana tradisi Masyarakat Akuntansi Multiparadigma Indonesia,budayamenjadifondasi yang tak bisa dinafikkan saatmendiskursuskan akuntansi. Pada akhirnya kita harus menyadari bahwa kita adalah manusia karena kita berbudaya, apalagi manusia Nusantara yang mana nilai-nilai ketuhanan pasti terintegrasi dalam budayanya.

Selamat membaca dan menikmati budaya dalam ilmu!


Malang, 06 April 2022
Penerbit Peneleh

Daftar Isi

Sampul
Pengantar penerbit
Daftar Isi
Bab 1 Sistem Pengendalian Internal Dan Nilai/ Budaya Organisasi
     1.1. Sistem Pengendalian Internal:Pengertian Dan Peranan
     1.2. Nilai/Budaya Organisasi:Pengertian Dan Peranan
     1.3. Sistem Pengendalian Internal Berlandaskan Nilai Spiritual Organisasi
     1.4. Penutup
Bab 2 Satata Gama Kerta Raharja Pendekatan Smart Village Menuju Public Value 4.0
     2.1. Mengikat Nilai Di Bumi Satat Agama Kerta Raharja
     2.2. Mengungkap Realitas Birokrasi Dan Public Value Pemerintah Diera Industri 4.0
     2.3. Merajut Public Value Pendekatan Satata Gama Karta Raharja For Smart Village
     2.4. Perwujudan Smart Government Wringinsongo
Bab 3 Strategi Pembangunan Pendidikan Budaya Dan Karakter Siswa Sd Melalui Modul Matematika Berbasis Kearifan Lokal
     3.1. Pentingnya Pendidikan Budaya Dan Karakter Untuk Siswa
     3.2. Upaya Pembangunan Karakter Melaui Matematika
     3.3 Pemahaman Budaya Karakter Bangsa Sendiri
Bab 4 Pengelolaan Dana Desa Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat
     4.1. Selayang Pandang Pengelolaan Dana Desa
     4.2. Pengelolaan Dana Desa Dengan Metafora Konseptual
     4.3. Metafora Nilai-Nilai Adat Dalam Pengelolaan Dana Desa
     4.4. Keikutsertaan Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Dana Desa
Bab 5 Interpretif Konsep Going Concern Usaha Dan Pelestarian Budaya Pada Umkm Kain Tenun Muna
     5.1. Going Concern Dan Pelestarian Kain Tenun Muna
     5.2. Nilai Sejarah Dan Nilai Filosofi Kain Tenun: Bentuk Dari Nilai Ketekunan
     5.3. Aspek Nilai Dan Norma, Dan Nilai Filosofi
     5.4. Fungsi Modal Manusia Dalam Reproduksi Budaya Kerajinan Tenun
     5.5. Makna Simbolik Tenun Muna “Bhotu”
     5.6. Interpretasi Going Concern Dalam Pelestarian
     5.7. Tata Kelola Umkm Kain Tenun
     5.8. Metode Interpretif
     5.9. Keberlanjutan Usaha Kain Tenun
     5.10. Going Concern Pada Umkm
     5.11. Kesimpulan Dan Saran
Daftar Pustaka
Tentang penulis