Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Pemilu Serentak 2019

Sistem Kepartaian dan Penguatan Sistem Presidensial

1 Pembaca
Rp 95.000 30%
Rp 66.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 199.500 13%
Rp 57.633 /orang
Rp 172.900

5 Pembaca
Rp 332.500 20%
Rp 53.200 /orang
Rp 266.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Pemilihan umum tahun 2019 diselenggarakan dengan skema serentak. Antara pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dan wakil presiden dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Skema keserentakan ini didasarkan pada Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013. Salah satu harapan dari pemilu serentak ini adalah sebagai upaya penguatan sistem presidensialisme di Indonesia.

Sebagai skema yang baru pertama kali diterapkan di Indonesia, harapan akan dipraktikkannya skema pemilu serentak dan seperti apa implikasinya mendorong kajian ini. Apakah dengan perubahan skema pemilu tersebut akan berpengaruh pada upaya penguatan sistem presidensial di Indonesia? Salah satu hal yang dicermati dalam skema pemilu serentak adalah asumsi adanya efek ekor jas (coattail effect). Efek tersebut dimaknai bahwa keterpilihan calon presiden diharapkan akan diikuti keterpilihan partai politik di legislatif.

Buku ini mengkaji tentang Pemilu Serentak 2019 di antaranya tentang skema, penyelenggaraan, hasil, dan pengaruhnya pada masa depan sistem presidensial di Indonesia. Di dalamnya juga menganalisis tentang efek ekor jas terhadap partai politik. Selain itu, mengkaji mengenai konfigurasi hasil pemilu serentak terhadap konstelasi politik di parlemen.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Ridho Imawan Hanafi, DKK (ed)

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786024339739
Terbit: Februari 2021 , 362 Halaman










Ikhtisar

Pemilihan umum tahun 2019 diselenggarakan dengan skema serentak. Antara pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dan wakil presiden dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Skema keserentakan ini didasarkan pada Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013. Salah satu harapan dari pemilu serentak ini adalah sebagai upaya penguatan sistem presidensialisme di Indonesia.

Sebagai skema yang baru pertama kali diterapkan di Indonesia, harapan akan dipraktikkannya skema pemilu serentak dan seperti apa implikasinya mendorong kajian ini. Apakah dengan perubahan skema pemilu tersebut akan berpengaruh pada upaya penguatan sistem presidensial di Indonesia? Salah satu hal yang dicermati dalam skema pemilu serentak adalah asumsi adanya efek ekor jas (coattail effect). Efek tersebut dimaknai bahwa keterpilihan calon presiden diharapkan akan diikuti keterpilihan partai politik di legislatif.

Buku ini mengkaji tentang Pemilu Serentak 2019 di antaranya tentang skema, penyelenggaraan, hasil, dan pengaruhnya pada masa depan sistem presidensial di Indonesia. Di dalamnya juga menganalisis tentang efek ekor jas terhadap partai politik. Selain itu, mengkaji mengenai konfigurasi hasil pemilu serentak terhadap konstelasi politik di parlemen.

Pendahuluan / Prolog

Pengantar Editor
Melalui Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUUXI/2013 pemilu tahun 2019 diselenggarakan dengan skema serentak. Melalui skema serentak, yakni pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan, salah satunya ditujukan sebagai upaya penguatan sistem presidensialisme di Indonesia. Dengan skema ini diharapkan keterpilihan presiden dalam pemilu presiden akan ikut memengaruhi hasil pemilu legislatif dan presiden yang terpilih bisa mendapatkan dukungan parlemen yang memadai untuk kemudian menjalankan agendaagenda pemerintahannya tanpa gangguan politik yang signifikan dari parlemen.

Sistem presidensial di Indonesia seperti diketahui berkombinasi dengan sistem multipartai. Dengan kombinasi seperti itu memungkinkan munculnya presiden minoritas yakni basis dukungan partainya kecil di parlemen. Selain cenderung tidak menghasilkan kekuatan mayoritas sederhana, sistem multipartai juga berpotensi melahirkan fragmentasi politik di parlemen. Dalam praktiknya, realitas politik seperti itu mendorong terbentuknya koalisi antar partai politik dalam mendukung pemerintahan dengan maksud mendapat dukungan yang cukup bagi presiden. Namun, pembentukan koalisi cenderung dilatarbelakangi dengan pertimbangan-pertimbangan politik jangka pendek daripada pertimbangan yang ideologis.

Upaya memperkuat sistem presidensial melalui skema pemilu serentak tersebut juga didorong dengan asumsi adanya efek ekor jas (coattail effect). Efek ini mengartikan bahwa dalam skema serentak keterpilihan kandidat presiden diharapkan akan diikuti keterpilihan partai di legislatif dan presiden mendapat dukungan yang memadai di parlemen. Sebagai skema yang pertama diterapkan, latar belakang atau maksud dipraktikkannya skema tersebut dengan asumsi seperti efek ekor jas tentunya perlu dicermati atau dikaji. Apakah dengan perubahan skema pemilu akan mendorong terwujudnya sistem multipartai yang moderat dan mendorong penguatan sistem presidensial di Indonesia?

Cermatan mengenai kemunculan efek ekor jas dalam pemilu serentak tentunya berkaitan dengan konteks politik di Indonesia, misalnya, bagaimana efek ekor jas tersebut bekerja dalam sebuah sistem pemilu yang menerapkan sistem pemilu proporsional daftar terbuka. Dengan sistem tersebut persaingan tidak hanya terjadi pada level antar partai politik, namun juga antar kandidat di masingmasing partai. Pemilu serentak dalam praktiknya juga menghadirkan tantangan karena partai politik tidak hanya berkonsentrasi untuk memenangkan kandidat presiden, namun juga bagaimana partai berkompetisi untuk bisa memperoleh suara dukungan yang cukup untuk bisa lolos ke parlemen nasional. Dengan kata lain, skema pemilu serentak 2019 telah menampilkan tantangan yang tidak mudah.

Dari konteks pengalaman pemilu serentak seperti itu buku ini mengkaji pemilu serentak baik dari sisi skema, pelaksanaannya dan implikasinya baik bagi sistem kepartaian maupun sistem presidensial. Cermatan yang dikaji dalam buku ini di antaranya mengenai bagaimana pengaruh skema keserentakan pada sistem kepartaian kita dan bagaimana pengaruhnya terhadap upaya penguatan sistem presidensial di Indonesia? Kajian ini juga melihat bagaimana efek ekor jas bekerja pada partai politik, baik pada partai-partai yang memiliki kandidat maupun partai-partai yang berkoalisi mengusung kandidat presiden dan wakil presiden. Selain itu juga mengkaji tentang bagaimana konfigurasi kekuatan hasil pemilu serentak terhadap konstelasi politik di parlemen.

Pada bab pertama, sebagaimana saya tulis, merupakan catatan awal yang menjelaskan mengenai latar belakang kajian, fokus persoalan yang dikaji, dan perspektif mengenai pemilu serentak, sistem kepartaian dan sistem presidensial, serta perspektif mengenai efek ekor jas dalam pemilu serentak. Bab kedua ditulis oleh Aisah Putri Budiatri yang mengkaji mengenai seperti apa desain Pemilu 2019. Dalam tulisannya, Aisah Putri Budiatri mengemukakan analisis tentang latar belakang Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu. Selain itu juga menjelaskan mengenai bagaimana antara idealisme dan pertimbangan pragmatis dalam penyusunan UndangUndang Pemilu, bagaimana kompromi-kompromi yang dilakukan dalam penyusunan UU Pemilu serta bagaimana dampaknya.

Dalam bab ketiga, Sri Nuryanti dan saya mencoba mengevaluasi mengenai penyelenggara dan penyelenggaraan pemilu serentak. Gambaran yang ingin dijelaskan dalam tulisan bab ini adalah persoalan-persoalan penting apa saja terkait penyelenggara, dalam hal ini para pihak yang dijelaskan undang-undang kepemiluan sebagai penyelenggara pemilu, dan penyelenggaraan pemilu yang menjadi perdebatan publik. Evaluasi yang dikemukakan penulis dalam bab ini harapannya bisa menjadi masukan dalam pemilu-pemilu berikutnya.

Bab keempat, Lili Romli memberikan gambaran mengenai kekuatan partai politik hasil Pemilu 2019. Lili Romli menjelaskan bagaimana perolehan partai-partai dalam pemilihan legislatif. Dinamika yang digambarkan Lili Romli mengenai partai-partai politik apa dan bagaimana mereka berhasil memperoleh kenaikan suara dan sebaliknya, partai-partai yang mengalami penurunan suara beserta faktor-faktornya. Selain itu, menganalisis tentang kegagalan partai Islam, juga kegagalan sejumlah partai dalam mendudukkan wakilnya di parlemen nasional dan peta kekuatan partai yang mendukung pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Untuk melihat bagaimana pemilihan presiden dan peta dukungannya, Sutan Sorik mengkajinya dalam bab kelima. Sutan Sorik menganalisis mengenai bagaimana pencalonan dan koalisi masing-masing kubu kandidat presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2019. Bagaimana strategi kampanye masing-masing pasangan kandidat dan koalisinya juga diulas oleh Sutan Sorik. Selain itu juga digambarkan tentang peta dukungan pilpres. Peta dukungan ini menggambarkan seperti apa sebaran dukungan di masing-masing provinsi. Provinsi-provinsi mana yang menjadi basis dukungan bagi masing-masing kandidat.

Pada bab keenam, Wawan Ichwanuddin menganalisis mengenai kampanye yang berpusat pada calon legislatif, split-ticket voting, dan keterpilihan caleg petahana. Wawan Ichwanuddin mengemukakan analisisnya tentang hasil pileg dan pilpres di masing-masing provinsi berdasarkan koalisi pilpres dan analisis tentang pengaruh kampanye caleg terhadap hasilnya. Selain itu, Wawan Ichwanuddin juga menyajikan analisis bagaimana kampanye pemilihan legislatif dilakukan, seperti apa sumber daya utama yang digunakan dan bagaimana strategi pemenangan yang digunakan sehingga menyebabkan keterpilihan calon petahana mengalami kenaikan.

Sementara Luky Sandra Amalia menganalisis mengenai efek ekor jas di Pemilu 2019 dalam bab ketujuh. Dalam kajiannya, Luky Sandra Amalia mengemukakan efek ekor jas pada pemilu serentak, yaitu efek ekor jas konvensional (conventional coattail effect) dan efek ekor jas yang menyebar (diffused coattail effect). Kajian Luky Sandra Amalia menganalisis mengenai efek ekor jas di masing-masing partai pendukung utama dan efek ekor jas untuk partai politik anggota koalisi baik koalisi kandidat presiden nomor urut 01 dan 02. Selain itu, kajiannya juga menggambarkan suara kandidat presiden dan partai politik koalisi untuk masing-masing provinsi.

Pada bab kedelapan, Moch. Nurhasim mengulas tentang konsolidasi kartel koalisi pasca pilpres 2019: kekuatan mayoritas pendukung politik presiden di parlemen. Moch. Nurhasim menganalisis mengenai perkembangan politik pasca pemilu, khususnya yang berkaitan dengan bagaimana dinamika politik parlemen apakah terjadi fragmentasi atau terkonsolidasi. Moch. Nurhasim juga mengurai tentang perubahan politik yang digambarkan dari hubungan partai koalisi dengan presiden terpilih dan kecenderungan hubungan politik presiden terpilih dengan partai oposisi. Selain itu, Moch. Nurhasim menganalisis mengenai dinamika politik dan poblematik presidensial periode kedua.

Dalam bab kesembilan yang merupakan bab terakhir, Aisah Putri Budiatri dan Syamsuddin Haris mengulas tentang pemilu serentak 2019 dan masa depan presidensialisme di Indonesia. Tulisan keduanya membahas tentang persoalan-persoalan dalam sistem politik dan pemilu yang berpengaruh pada efektivitas sistem presidensial. Kajian Aisah Putri Budiatri dan Syamsuddin Haris ini melihat bagaimana skema baru dalam Pemilu 2019 dan dampaknya bagi sistem presidensial di Indonesia. Selain itu juga dipaparkan agenda reformasi tentang skema pemilu ke depan yang menjadi rekomendasi dari kajian buku ini.

Akhirnya, buku ini tidak lepas dari kekurangan. Terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu atas terbitnya buku ini. Semoga buku ini bisa memberikan sumbangan bagi kajian-kajian tentang pemilu, partai politik, dan sistem presidensialisme di Indonesia.

Selamat membaca

Jakarta, Maret 2020
Ridho Imawan Hanafi

Daftar Isi

Cover
Daftar isi
Daftar tabel
Pengantar Editor
Bab 1: Pemilu serentak 2019, sistem kepartaian, dan penguatan sistem presidensial: Catatan awal
     Pendahuluan
     Fokus Permasalahan
     Kerangka Pemikiran
     Penutup
     Daftar pustaka
Bab 2: Desain Pemilu serentak 2019: Antara idealisme dan pragmatisme politik
     Pendahuluan
     Desain Pemilu 2019: Kombinasi Cara Lama dan Metode Baru
     Di balik Desain Pemilu 2019: Antara Idealisme dan Pragmatisme Politik
     Desain Pragmatis Pemilu 2019
     Kompromi dalam UU Pemilu dan Dampaknya
     Penutup
     Daftar pustaka
Bab 3: Evaluasi penyelenggara dan penyelenggaraan pemilu serentak 2019
     Pendahuluan
     Catatan Evaluasi pada Penyelenggara Pemilu
     Penutup
     Daftar pustaka
Bab 4: Kekuatan partai politik hasil pemilu legislatif 2019
     Pendahuluan
     Peserta Pemilu
     Hasil Pemilu Legislatif
     Partai Politik yang Turun Suaranya
     Kegagalan Hanura dan Partai Baru
     Kegagalan Partai Islam
     Peta Kekuatan KIK vs KIAM
     Penutup
     Daftar pustaka
Bab 5: Pemilu presiden 2019: Hasil, kontelasi politik, dan peta dukungan
     Pendahuluan
     Pencalonan dan Koalisi Pemilihan Umum Presiden 2019
     Strategi Kampanye Paslon dan Koalisi Pemilihan Umum Presiden 2019
     Peta Dukungan Pemilihan Umum Presiden 2019
     Sengketa Pemilihan Umum Presiden 2019
     Penutup
     Daftar pustaka
Bab 6: Kampanye yang berpusat pada caleg, splitticket voting, dan keterpilihan caleg petahana dalam pemilu serentak 2019
     Pendahuluan
     Kampanye Caleg dan Split-Ticket Voting
     Kampanye Pileg dan Keterpilihan Caleg DPR Petahana
     Penutup
     Daftar pustaka
Bab 7: Efek ekor jas di Pemilu serentak 2019
     Pendahuluan
     Efek Ekor Jas Konvensional dan Menyebar
     Efek Ekor Jas Bagi PDIP dan Gerindra
     Efek Ekor Jas untuk Koalisi 01
     Efek Ekor Jas untuk Koalisi 02
     Suara Capres dan Parpol Koalisi Per Provinsi
     Penutup
     Daftar pustaka
Bab 8: Konsolidasi “kartel koalisi” pasca Pilpres 2019: Kekuatan mayoritas pendukung politik presiden di parlemen
     Pendahuluan
     Peta Kekuatan Politik di DPR: Jangan Ada Oposisi Politik yang Kuat
     Menarik Masuk Prabowo: Disain Baru Penguasaan Parlemen
     Dinamika Politik dan Problematik Presidensial Periode Kedua
     Fragmentasi atau Konsolidasi Kekuatan Politik di DPR
     Penutup
     Daftar pustaka
Bab 9: Pemilu serentak 2019 dan masa depan presidensialisme
     Problematika Sistem Pemilu (2004-2014) dan Sistem Demokrasi Presidensial
     Skema Pemilu 2019 dan Dampaknya bagi Presidensialisme
     Mengapa Penguatan Presidensialisme Tak Terjadi?
     Reformasi Skema Pemilu ke Depan
Indeks