Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Resiliensi Penduduk Menghadapi Perubahan Lingkungan yang Berdampak pada Bencana

1 Pembaca
Rp 50.000 30%
Rp 35.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 105.000 13%
Rp 30.333 /orang
Rp 91.000

5 Pembaca
Rp 175.000 20%
Rp 28.000 /orang
Rp 140.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan yang tidak dikelola dengan baik ditambah dengan dampak dari perubahan iklim berimplikasi pada meningkatnya frekuensi bencana banjir dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Penduduk perdesaan yang kehidupan dan penghidupannya bergantung pada kondisi sumber daya alam dan lingkungan akan sangat terpengaruh oleh kondisi ini. Oleh karenanya, resiliensi sangat diperlukan untuk keberlanjutan kehidupan dan keberlangsungan penghidupan.

Buku ini menyajikan pengembangan model/kerangka resiliensi penduduk dalam menghadapi perubahan iklim yang berdampak pada bencana. Berfokus pada bencana banjir dan karhutla, model dibangun berdasarkan sintesis hasil penelitian selama tahun 2015-2019 dengan lokasi studi di Provinsi Jambi dan Jawa Barat. Selain itu, juga didasarkan pada review terhadap berbagai model/kerangka, teori dan konsep resiliensi, serta dokumen kebijakan yang terkait dengan penanggulangan kedua jenis bencana tersebut. Dalam model yang dikembangkan tersebut, perubahan lingkungan akibat tata kelola SDA yang buruk akan meingkatkan kerentanan dan menurunkan kapasitas penduduk. Mekanisme respons penduduk saat terjadi bencana sebagai akibat perubahan lingkungan akan menentukan tingkatan resiliensi. Dalam model ini, resiliensi dikategorikan ke dalam lima tingkatan, yakni: gagal, erosi, koping/absorpsi, adaptasi, dan transformasi. Setiap tingkatan tersebut dimaknai sebagai hasil dari proses respons penduduk berdasarkan kerentanan dan kapasitas yang dimiliki. Selain kedua komponen tersebut, dukungan kebijakan dan program ditengarai dapat menentukan tingkat resiliensi penduduk. Program seperti asuransi usaha tani (AUTP) yang dijalankan oleh pemerintah merupakan contoh program yang dapat meningkatkan resiliensi penduduk guna menjamin keberlanjutan kehidupan dan keberlangsungan penghidupan petani.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Ali Yansyah Abdurrahim, DKK

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786233210157
Terbit: Maret 2021 , 114 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan yang tidak dikelola dengan baik ditambah dengan dampak dari perubahan iklim berimplikasi pada meningkatnya frekuensi bencana banjir dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Penduduk perdesaan yang kehidupan dan penghidupannya bergantung pada kondisi sumber daya alam dan lingkungan akan sangat terpengaruh oleh kondisi ini. Oleh karenanya, resiliensi sangat diperlukan untuk keberlanjutan kehidupan dan keberlangsungan penghidupan.

Buku ini menyajikan pengembangan model/kerangka resiliensi penduduk dalam menghadapi perubahan iklim yang berdampak pada bencana. Berfokus pada bencana banjir dan karhutla, model dibangun berdasarkan sintesis hasil penelitian selama tahun 2015-2019 dengan lokasi studi di Provinsi Jambi dan Jawa Barat. Selain itu, juga didasarkan pada review terhadap berbagai model/kerangka, teori dan konsep resiliensi, serta dokumen kebijakan yang terkait dengan penanggulangan kedua jenis bencana tersebut. Dalam model yang dikembangkan tersebut, perubahan lingkungan akibat tata kelola SDA yang buruk akan meingkatkan kerentanan dan menurunkan kapasitas penduduk. Mekanisme respons penduduk saat terjadi bencana sebagai akibat perubahan lingkungan akan menentukan tingkatan resiliensi. Dalam model ini, resiliensi dikategorikan ke dalam lima tingkatan, yakni: gagal, erosi, koping/absorpsi, adaptasi, dan transformasi. Setiap tingkatan tersebut dimaknai sebagai hasil dari proses respons penduduk berdasarkan kerentanan dan kapasitas yang dimiliki. Selain kedua komponen tersebut, dukungan kebijakan dan program ditengarai dapat menentukan tingkat resiliensi penduduk. Program seperti asuransi usaha tani (AUTP) yang dijalankan oleh pemerintah merupakan contoh program yang dapat meningkatkan resiliensi penduduk guna menjamin keberlanjutan kehidupan dan keberlangsungan penghidupan petani.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Penduduk—terutama penduduk pedesaan yang kehidupan dan penghidupan sehari-harinya sangat tergantung pada kondisi sumber daya alam (SDA) dan lingkungan—akhir-akhir ini semakin sering terpapar bencana yang disebabkan oleh perubahan lingkungan secara signifikan. Selain akibat tata kelola SDA dan lingkungan yang buruk, dampak perubahan iklim dan anomali cuaca semakin meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana. Dalam kondisi seperti ini, resiliensi yang dimiliki penduduk menjadi sangat penting agar kehidupan dan penghidupannya tetap dapat berjalan dan berkelanjutan.

Buku yang berjudul Resiliensi Penduduk Menghadapi Perubahan Lingkungan yang Berdampak pada Bencana, secara umum, bertujuan untuk mengembangkan model resiliensi penduduk dalam menghadapi perubahan lingkungan yang berdampak pada bencana. Model resiliensi penduduk tersebut dibangun berdasarkan sintesis hasil penelitian Kelompok Penelitian Ekologi Manusia, Pusat Penelitian Kependudukan LIPI tahun 2015-2019 dan review terhadap berbagai kerangka/model resiliensi penduduk dengan mempertimbangkan Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030.

Selain itu, secara khusus, buku ini juga dilengkapi dengan analisis-analisis: (a) perubahan lingkungan yang berdampak pada bencana; (b) kerentanan penduduk yang dilihat dari aspek lingkungan, fisik, dan sosial ekonomi; (c) kapasitas penduduk yang didasarkan pada sumber daya (manusia, alam, fisik, finansial, sosial), kesiapsiagaan, mitigasi dan adaptasi; (d) menganalisis respons penduduk menghadapi perubahan lingkungan yang berdampak pada bencana, menganalisis tingkat resiliensi penduduk yang terbagi ke dalam lima tingkatan (gagal, erosi, koping/absorpsi, adaptasi, dan transformasi); dan (e) dukungan kebijakan dan program pemerintah dan stakeholders lainnya untuk meningkatkan resiliensi penduduk.

Model hasil pengembangan yang dilengkapi dengan berbagai analisis yang komprehensif tersebut diharapkan dapat memberikan pembelajaran dan inspirasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan, baik untuk kebijakan peningkatan resiliensi penduduk, inisiatif lokal-mandiri pengurangan risiko bencana, maupun mempelajari/ meneliti isu-isu sosial-ekologi (masyarakat, komunitas, perubahan lingkungan, bencana, tata kelola SDA, dll). Dengan meningkatnya resiliensi, diharapkan tingkat risiko bencana pun dapat dikurangi serta keberlangsungan kehidupan dan keberlanjutan penghidupan penduduk dapat terjamin.

Penghargaan yang setinggi-tingginya, saya haturkan untuk tim penulis yang telah berkomitmen menulis buku ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya sampaikan kepada narasumber, informan, responden, dan semua pihak yang telah mendukung penelitian dan penulisan buku ini.

Sebagai penutup, saya pun menyadari bahwa buku yang telah berusaha ditulis dengan sesempurna mungkin ini tidak luput dari kekeliruan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan masukan dari pembaca yang budiman sangat diperlukan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas buku dan karya-karya tulis selanjutnya.

Daftar Isi

Cover
Kata Pengantar
Daftar isi
Daftar tabel
Daftar gambar
I Pendahuluan
     1.1 Latar belakang
     1.2 Tujuan
     1.3 Metode
II Kebijakan penanggulangan bencana karhutla dan banjir
     2.1 Kebijakan nasional terkait penanggulangan bencana
     2.2 Peraturan-perundangan penanggulangan karhutla dan banjir
     2.3 Bedah kebijakan dan peraturan-perundangan membedah peraturan-perundangan
     2.4 Ikhtisar
III Teori & konsep resiliensi
     3.1 Model DROP (Cutter dkk., 2008)
     3.2 Framework Resiliensi DRLA/UEH (2011)
     3.3 CoBRA (UNDP, 2013)
     3.4 Model Resiliensi FAO
     3.5 Elemen dalam pengukuran resiliensi (Winderl, 2014)
     3.6 USAID (2016)
     3.7 Model Resiliensi DRIVER
IV Pengembangan kerangka model resiliensi penduduk
     4.1 Kerangka Awal Model Resiliensi Penduduk
     4.2 Kerangka Model Resiliensi Penduduk Hasil Pengembangan
V Perubahan lingkungan dan kerentanan
     5.1 Kerentanan Lingkungan
     5.2 Kerentanan Fisik
     5.3 Kerentanan Sosial Ekonomi
VI Sumber daya yang dimiliki penduduk
     6.1 Sumber Daya Manusia
     6.2 Sumber Daya Alam
     6.3 Sumber Daya Fisik
     6.4 Sumber Daya Finansial
     6.5 Sumber Daya Sosial
VII Kemampuan penduduk merespon bencana
     7.1 Mitigasi dan Adaptasi
     7.2 Kesiapsiagaan
VIII Peningkatan resiliensi penduduk
     8.1 Tingkat Resiliensi Penduduk
     8.2 Dukungan Kebijakan dan Program
IX Penutup
Daftar pustaka
Indeks
Tentang penulis