Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Peluang Negara Berpenduduk Sangat Besar

Teori dan Praktik Transformasi Kependudukan di Tiongkok

1 Pembaca
Rp 125.000 30%
Rp 87.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 262.500 13%
Rp 75.833 /orang
Rp 227.500

5 Pembaca
Rp 437.500 20%
Rp 70.000 /orang
Rp 350.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

“Perdebatan mengenai baik atau buruknya jumlah penduduk yang besar (atau kecil) di suatu negara tak pernah berhenti. Pada akhir abad ke-18, Malthus mengungkapkan beban ekonomi dari pertumbuhan penduduk yang cepat. Jumlah penduduk tumbuh melebihi kecepatan pertumbuhan pangan. Namun, pemikiran Malthus ini berhasil dipatahkan dengan adanya kemajuan teknologi di sektor pertanian. Jumlah penduduk yang terus meningkat justru membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Namun, di akhir tahun 1950-an, para ekonom di negara maju mulai teringat pemikiran Malthus. Negara berkembang seperti India, dengan jumlah penduduk sangat banyak, merupakan beban. Dengan mutu modal manusia yang rendah dan kesempatan kerja produktif yang rendah, jumlah penduduk yang besar menjadi bencana perekonomian. Sejak saat itulah muncul pemikiran untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui program keluarga berencana. Kemudian muncul pemikiran untuk mencari jumlah penduduk yang optimal, walau pun banyak pula yang mempertanyakan apakah jumlah penduduk yang optimal memang ada.

Yang kemudian kita lihat adalah terjadinya penurunan angka kelahiran dan kematian di banyak negara berkembang. Yang paling menonjol adalah Singapura, Korea Selatan, Hong Kong, dan Taiwan. Sejak tahun 1960-an, dalam waktu kira kira satu dasawarsa, angka kelahiran telah turun dengan amat cepat di empat negara ini. Angka kelahiran yang tinggi disusul dengan angka kelahiran yang rendah dalam waktu cepat menyebabkan jumlah angkatan kerja yang relatif besar relatif terhadap jumlah anak anak. Dengan mutu modal manusia yang bagus dan adanya kesempatan kerja produktif di empat negara ini, jumlah angkatan kerja yang besar menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat yang luar biasa.

Walau begitu, di tahun 1980-an, saya masih pesimis pada perkembangan di Tiongkok. Tiongkok berbeda dengan empat negara kecil (Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura) tersebut. Jumlah penduduk di Tiongkok amat besar. Dapatkah Tiongkok mengulang keberhasilan di empat negara tersebut? Namun, yang terlihat sejak tahun 2000-an mengubah pesimisme saya. Seperti halnya dengan empat negara tadi, mutu modal manusia dan kesempatan kerja produktif di Tiongkok telah membuat jumlah penduduk yang besar suatu modal pembangunan yang amat berharga. Kini Tiongkok menjadi salah satu kekuatan ekonomi yang penting di dunia.”

Aris Ananta, seorang ekonom-demografer, dengan Ph.D di bidang ilmu ekonomi dari Duke Univesity, Amerika Serikat dan Master di bidang Statistik Ekonomi Sosial dari George Washington University, Amerika Serikat. Ia guru-besar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Xueyuan Tian

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786233210317
Terbit: Maret 2021 , 562 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

“Perdebatan mengenai baik atau buruknya jumlah penduduk yang besar (atau kecil) di suatu negara tak pernah berhenti. Pada akhir abad ke-18, Malthus mengungkapkan beban ekonomi dari pertumbuhan penduduk yang cepat. Jumlah penduduk tumbuh melebihi kecepatan pertumbuhan pangan. Namun, pemikiran Malthus ini berhasil dipatahkan dengan adanya kemajuan teknologi di sektor pertanian. Jumlah penduduk yang terus meningkat justru membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Namun, di akhir tahun 1950-an, para ekonom di negara maju mulai teringat pemikiran Malthus. Negara berkembang seperti India, dengan jumlah penduduk sangat banyak, merupakan beban. Dengan mutu modal manusia yang rendah dan kesempatan kerja produktif yang rendah, jumlah penduduk yang besar menjadi bencana perekonomian. Sejak saat itulah muncul pemikiran untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui program keluarga berencana. Kemudian muncul pemikiran untuk mencari jumlah penduduk yang optimal, walau pun banyak pula yang mempertanyakan apakah jumlah penduduk yang optimal memang ada.

Yang kemudian kita lihat adalah terjadinya penurunan angka kelahiran dan kematian di banyak negara berkembang. Yang paling menonjol adalah Singapura, Korea Selatan, Hong Kong, dan Taiwan. Sejak tahun 1960-an, dalam waktu kira kira satu dasawarsa, angka kelahiran telah turun dengan amat cepat di empat negara ini. Angka kelahiran yang tinggi disusul dengan angka kelahiran yang rendah dalam waktu cepat menyebabkan jumlah angkatan kerja yang relatif besar relatif terhadap jumlah anak anak. Dengan mutu modal manusia yang bagus dan adanya kesempatan kerja produktif di empat negara ini, jumlah angkatan kerja yang besar menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat yang luar biasa.

Walau begitu, di tahun 1980-an, saya masih pesimis pada perkembangan di Tiongkok. Tiongkok berbeda dengan empat negara kecil (Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura) tersebut. Jumlah penduduk di Tiongkok amat besar. Dapatkah Tiongkok mengulang keberhasilan di empat negara tersebut? Namun, yang terlihat sejak tahun 2000-an mengubah pesimisme saya. Seperti halnya dengan empat negara tadi, mutu modal manusia dan kesempatan kerja produktif di Tiongkok telah membuat jumlah penduduk yang besar suatu modal pembangunan yang amat berharga. Kini Tiongkok menjadi salah satu kekuatan ekonomi yang penting di dunia.”

Aris Ananta, seorang ekonom-demografer, dengan Ph.D di bidang ilmu ekonomi dari Duke Univesity, Amerika Serikat dan Master di bidang Statistik Ekonomi Sosial dari George Washington University, Amerika Serikat. Ia guru-besar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Tantangan dan Peluang Dinamika Kependudukan Menuju Indonesia Emas

Perdebatan mengenai baik atau buruknya jumlah penduduk yang besar (atau kecil) di suatu negara tak pernah berhenti. Pada akhir abad ke-18, Malthus mengungkapkan beban ekonomi dari pertumbuhan penduduk yang cepat. Jumlah penduduk tumbuh melebihi kecepatan pertumbuhan pangan. Namun, pemikiran Malthus ini berhasil dipatahkan dengan adanya kemajuan teknologi di sektor pertanian. Jumlah penduduk yang terus meningkat justru membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Namun, di akhir tahun 1950-an, para ekonom di negara maju mulai teringat pemikiran Malthus. Negara berkembang seperti India, dengan jumlah penduduk sangat banyak, merupakan beban. Dengan mutu modal manusia yang rendah dan kesempatan kerja produktif yang rendah, jumlah penduduk yang besar menjadi bencana perekonomian.

Sejak saat itulah muncul pemikiran untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui program keluarga berencana. Kemudian muncul pemikiran untuk mencari jumlah penduduk yang optimal, walau pun banyak pula yang mempertanyakan apakah jumlah penduduk yang optimal memang ada.

Yang kemudian kita lihat adalah terjadinya penurunan angka kelahiran dan kematian di banyak negara berkembang. Yang paling menonjol adalah Singapura, Korea Selatan, Hong Kong, dan Taiwan. Sejak tahun 1960-an, dalam waktu kira kira satu dasawarsa, angka kelahiran telah turun dengan amat cepat di empat negara ini.

Angka kelahiran yang tinggi disusul dengan angka kelahiran yang rendah dalam waktu cepat menyebabkan jumlah angkatan kerja yang relatif besar relatif terhadap jumlah anak anak. Dengan mutu modal manusia yang bagus dan adanya kesempatan kerja produktif di empat negara ini, jumlah angkatan kerja yang besar menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat yang luar biasa.

Walau begitu, di tahun 1980-an, saya masih pesimis pada perkembangan di Tiongkok. Tiongkok berbeda dengan empat negara kecil (Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura) tersebut. Jumlah penduduk di Tiongkok amat besar. Dapatkah Tiongkok mengulang keberhasilan di empat negara tersebut? Namun, yang terlihat sejak tahun 2000-an mengubah pesimisme saya.

Seperti halnya dengan empat negara tadi, mutu modal manusia dan kesempatan kerja produktif di Tiongkok telah membuat jumlah penduduk yang besar suatu modal pembangunan yang amat berharga. Kini Tiongkok menjadi salah satu kekuatan ekonomi yang penting di dunia. Selanjutnya, dengan angka kelahiran yang amat rendah di Tiongkok, jumlah angkatan kerja pun telah mulai menurun.

Tak lama lagi, Tiongkok tak lagi menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. India akan memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Kekhawatiran mulai muncul, dampak penurunan jumlah angkatan kerja terhadap kesejahteraan masyarakat. Namun, seperti halnya dengan Jepang, Tiongkok telah masuk ke era teknologi tinggi, termasuk teknologi digital dan robotik.

Tiongkok dan Jepang memperlihatkan bahwa jumlah penduduk (besar atau kecil) bukan faktor utama penentu kesejahteraan. Mutu modal manusia, teknologi, dan kesempatan kerja produktif-lah yang mengubah jumlah penduduk (besar atau kecil) menjadi mendorong kesejahteraan masyarakat. Tanpa mutu modal manusia yang bagus, teknologi, dan kesempatan kerja produktif, jumlah penduduk atau angkatan kerja yang besar atau kecil dapat menjadi bencana demografi untuk perekonomian.



Daftar Isi

Cover
Daftar Isi
Kata Pengantar
Sekapur Sirih
Bab 1 Koreksi terhadap Teori Kependudukan dan Masalah Kependudukan di Tiongkok
     1.1 Membalikkan Putusan atas Teori Kependudukan Baru yang Diajukan Ma Yinch
          1.1.1 Mempertahankan Harkat Pembelajaran
          1.1.2 Tergolong Mazhab Apakah Teori Kependudukan Baru?
          1.1.3 Pelajaran Penting yang Diperoleh
     1.2 Teori Biaya-Efisiensi untuk Anak dan Pengendalian Jumlah Penduduk
          1.2.1 Teori Biaya-Efisiensi untuk Anak
          1.2.2 Ragam Peran Biaya-Efisiensi untuk Anak di Tiongkok Saat Ini
          1.2.3 Pengendalian Jumlah Kelahiran Berdasarkan BiayaEfisiensi Anak
     1.3 Pengendalian Jumlah Penduduk di Bawah Ekonomi Pasar
          1.3.1 Pengendalian Populasi Mikro: Mempromosikan Penyesuaian Minat
          1.3.2 Pengendalian Penduduk Aras Menengah: Memberi Peran Pengaturan kepada Komunitas
     1.4 Kecenderungan Pembangunan Kependudukan di Tiongkok pada Abad ke-21 dan Penelitian tentang Pilihan Keputusan
          1.4.1 Kecenderungan Ragam Kependudukan secara Keseluruhan dan Pilihan Kebijakan Pengendalian Kelahiran
          1.4.2 Kecenderungan Perbaikan dan Distribusi Kualitas Budaya Penduduk dan Pilihan Keputusan Reformasi Pendidikan
          1.4.3 Kecenderungan Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja dan Pilihan Keputusan tentang Ketenagakerjaan
          1.4.4 Kecenderungan Penuaan Penduduk dan Pilihan Kebijakan Reformasi Jaminan Hari Tua
          1.4.4.1 Mengembangkan Dukungan Sosial secara Aktif dan Mengupayakan Reformasi
          1.4.4.2 Mengadvokasi Dukungan Keluarga dan Mengembangkan Layanan Masyarakat
          1.4.5 Kecenderungan Urbanisasi dan Pilihan Keputusan tentang Peralihan Surplus Tenaga Kerja Perdesaan
          1.4.6 Kecenderungan Aliran Penduduk yang Lebih Besar dan Pilihan Keputusan Pembangunan di Wilayah Tengah dan Barat
     Daftar Pustaka
Bab 2 Ekonomi Kependudukan dan Ketenagakerjaan
     2.1 Penyesuaian: Kunci bagi Keseluruhan Ekonomi Nasional Saat Ini
     2.2 Keseimbangan Komprehensif antara Kependudukan dan Ekonomi Nasional [12]
          2.2.1 Keseimbangan Antara Total Populasi dan Mata Pencaharian
               2.2.1.1 Proporsi Populasi dan Pendapatan Nasional
               2.2.1.2 Proporsi Populasi dan Dana Konsumsi
               2.2.1.3 Proporsi antara Investasi pada Konstruksi Modal Produktif dan Nonproduktif
          2.2.2 Keseimbangan Antara Penduduk Usia Kerja dan Sarana Produksi
               2.2.2.1 Hubungan Angka Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja dan Angka Pertumbuhan Sarana Produksi
               2.2.2.2 Hubungan antara Penambahan Lapangan Kerja dan Perbaikan Produktivitas Tenaga Kerja
               2.2.2.3 Hubungan Antara Ketenagakerjaan dan Struktur Ekonomi dan Teknis
          2.2.3 Keseimbangan Antara Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi
     2.3 Memfasilitasi Konstruksi Modernisasi Berdasarkan Ragam Struktur Umur Penduduk
          2.3.1 Pengaruh Komposisi Umur Penduduk terhadap Pembangunan Ekonomi
          2.3.2 Ragam Komposisi Umur dan Rasio Ketergantungan di Tiongkok
          2.3.3 Mengambil Keuntungan dari “Masa Emas” pada Komposisi Umur
     2.4 Ragam Struktur Umur Penduduk dan Penelitian tentang Masalah Pembangunan Ekonomi Makro
          2.4.1 Retrospeksi dan Prospek Ragam Struktur Umur Penduduk Tiongkok
          2.4.2 Ragam Penduduk Usia Kerja dan Strategi Pengembangan Ketenagakerjaan
          2.4.3 Kecenderungan Penuaan Penduduk dan Reformasi Sistem Jaminan Sosial untuk Manula
          2.4.4 Ragam Rasio Ketergantungan dan Kecepatan Pembangunan Ekonomi
     2.5 Laporan Survei tentang Ekonomi Keluarga dan Kelahiran di Sepuluh Provinsi dan Kotamadya di Tiongkok Tahun 1992
          2.5.1 Latar Belakang dan Rancangan Program
          2.5.2 Ekonomi Keluarga dan Angka Kelahiran
          2.5.3 Konstruksi Biaya Anak
          2.5.4 Perbandingan Efisiensi Anak
          2.5.5 Tinjauan Parsial tentang Biaya-Efisiensi Anak dan Reformasi Penyesuaian Manfaat untuk Pengendalian Penduduk
     Daftar Pustaka
Bab 3 Penuaan Penduduk dan Jaminan Hari Tua
     3.1 Situasi Penduduk Manula di Tiongkok
          3.1.1 Mengembangkan Ilmu Manula dan Melakukan Penelitian tentang Penduduk Manula untuk Menghadapi Tantangan Penuaan Penduduk
               3.1.2 Struktur Piramida: Komposisi Umur, Jenis Kelamin,dan Budaya Penduduk Manula
               3.1.2.1 Komposisi Umur
               3.1.2.2 Komposisi Jenis Kelamin
               3.1.2.3 Komposisi Budaya
     3.1.3 Reproduksi pada Perkawinan Masa Sebelumnya:Perkawinan, Kelahiran Anak, dan Keluarga Penduduk Manula
          3.1.3.1 Dominasi Kawin Dini dan Kawin Satu Kali
          3.1.3.2 Angka Rendah Pasangan Suami-Istri dan Angka Tinggi Duda-Janda
          3.1.3.3 Melahirkan di Usia Dini dan Melahirkan Banyak Anak
          3.1.3.4 Keluarga Transisi
     3.1.4 Koeksistensi Karakteristik Pertanian dan Industri:Status Ekonomi dan Dukungan bagi Penduduk Manula
          3.1.4.1 Sumber Pendapatan Ekonomi
          3.1.4.2 Pendapatan Ekonomi
          3.1.4.3 Struktur Dukungan
          3.1.4.4 Status Ekonomi
     3.1.5 Kemandirian dan Kontribusi: Kesempatan Kerja dan Struktur Pekerjaan Penduduk Manula
          3.1.5.1 Angka Kesempatan Kerja
          3.1.5.2 Motif Bekerja Kembali
          3.1.5.3 Komposisi Pekerjaan dan Industri
     3.1.6 Perbaikan Kesehatan dan Energi: Perawatan Medis,Kesehatan, Tempat Tinggal, dan Kegiatan Penduduk Manula
          3.1.6.1 Perawatan Medis
          3.1.6.2 Kesehatan
          3.1.6.3 Pengaturan Hidup
          3.1.6.4 Tempat Tinggal
          3.1.6.5 Kegiatan
     3.2 Prinsip Reformasi Jaminan Hari Tua di Perdesaan dalam “Ekonomi Dualistis” Tiongkok
          3.2.1 Perbedaan Moda Jaminan Hari Tua di Perkotaan dan Perdesaan Berdasarkan “Ekonomi Dualistis
          3.2.2 Jaminan Hari Tua di Perdesaan Tertinggal dari “Ekonomi Dualistis
          3.2.3 Prinsip Reformasi Jaminan Hari Tua di Perdesaan Menurut Ragam “Ekonomi Dualistis
     3.3 Pembangunan Berkelanjutan: Perbandingan antara “Populasi Sedikit Anak dan Penuaan Penduduk” di Tiongkok dan Jepang
          3.3.1 Kecenderungan “Populasi Sedikit Anak dan Penuaan Penduduk” di Jepang dan Tiongkok
          3.3.2 Masalah “Populasi Sedikit Anak dan Penuaan Penduduk”
               3.3.2.1 Pasokan Tenaga Kerja
               3.3.2.2 Beban Sosial
               3.3.2.3 Vitalitas Pembangunan
          3.3.3 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pembangunan Berkelanjutan
     Daftar Pustaka
Bab 4 Arus Penduduk dan Urbanisasi
     4.1 Reformasi dan Keterbukaan Merevitalisasi Urbanisasi
          4.1.1 Mempercepat Reformasi dan Urbanisasi
          4.1.2 Reformasi dan Perubahan Struktur Kota Menurut Jumlah Penduduk
          4.1.3 Reformasi dan Dukungan bagi Kelenturan Moda Urbanisasi
     4.2 Urbanisasi di Tiongkok pada Abad ke-21
          4.2.1 Perhitungan Statistik
               4.2.1.1 Reliabilitas Data Penduduk Tiongkok dan Penduduk Perkotaan
               4.2.1.2 Masalah Utama Statistik Penduduk Perkotaan
          4.2.2 Tinjauan Keragaman Penduduk Perkotaan
               4.2.2.1 Pertumbuhan Pesat Tahun 1950-an
               4.2.2.2 Stagnasi Tahun 1960-an dan 1970-an
               4.2.2.3 Percepatan Pembangunan Sejak Tahun 1980-an
          4.2.3 Kecenderungan Urbanisasi di Masa Depan
               4.2.3.1 Kecenderungan Pembangunan
               4.2.3.2 Perbandingan dengan Negara Lain
          4.2.4 Urbanisasi dan Pembangunan Berkelanjutan
               4.2.4.1 Prinsip Urbanisasi
               4.2.4.2 Setia pada Pembangunan Berkelanjutan
     4.3 Peringatan terhadap “Perangkap di Amerika Latin”dalam Urbanisasi
     4.3.1 Penilaian Umum: Tiongkok Melangkah ke Urbanisasi Tahap Kedua
     4.3.2 “Perangkap di Amerika Latin”: Risiko Utama Urbanisasi Saat Ini
     4.3.3 Pilihan Keputusan: Prinsip Dasar untuk Transformasi Petani menjadi Warga Kota
     4.3.3.1 Menetapkan Konotasi Urbanisasi dengan Tepat dan Memfasilitasi Urbanisasi dengan Baik
     4.3.3.2 Mengorientasikan Prinsip Urbanisasi dengan Benar dan Mengupayakan Pembangunan Terkoordinasi antara Kota Besar, Kota Sedang, dan Kota Kecil dengan Perdesaan
     4.3.3.3 Mengorientasikan Posisi Petani dengan Benar dan Mencari Ide Baru untuk Konstruksi dan Pengembangan Perkotaan
     4.3.3.4 Membedakan Manajemen dari Diskriminasi dengan Benar dan Menciptakan Katup Pengaman untuk Mencegah Tiongkok Jatuh ke dalam “Perangkap di Amerika Latin”
     Daftar Pustaka
Bab 5 Penduduk dan Pembangunan Berkelanjutan
     5.1.1 Memenuhi Kebutuhan Manusia akan Pembangunan dalam Segala Aspek sebagai Tujuan Pembangunan
     5.1.2 Modal Manusia sebagai Penggerak Utama
     5.1.3 Sistem Teori Berorientasi pada Manusia
          5.1.3.1 Teori Populasi Optimum dalam Segala Aspek
          5.1.3.2 Teori Kelangkaan Sumber Daya
          5.1.3.3 Teori Sistem Ekologi
          5.1.3.4 Teori Manfaat Ekonomi secara Keseluruhan
          5.1.3.5 Teori Pembangunan Sosial Terkoordinasi
     5.2 Pembangunan Berkelanjutan untuk Penduduk dan Ekonomi Nasional
          5.2.1 Pembangunan Berkelanjutan untuk Seluruh Penduduk dan Mata Pencaharian
          5.2.2 Pembangunan Berkelanjutan untuk Penduduk Usia Kerja dan Sarana Produksi
          5.2.3 Pembangunan Berkelanjutan untuk Kualitas Penduduk dan Kemajuan Ekonomi dan Teknis
          5.2.4 Pembangunan Berkelanjutan untuk Penduduk Menua dan Jaminan Hari Tua
          5.2.5 Pembangunan Berkelanjutan untuk Urbanisasi dan Rasionalisasi Struktur Industri
          5.2.6 Pembangunan Berkelanjutan untuk Distribusi Penduduk secara Regional dan Perencanaan Angkatan Kerja
     5.3 Mengambil Jalur Pembangunan Modern dan Bermartabat
     Daftar Pustaka
Bab 6 Strategi Pembangunan Kependudukan dan Kebijakan Kependudukan
     6.1 Strategi Pembangunan Kependudukan
          6.1.1 Perubahan dan Kecenderungan Pembangunan Kependudukan di Tiongkok
          6.1.2 Pengendalian Pertumbuhan Penduduk secara Ketat
     6.2 Pentingnya Krisis Gender
     6.3 Tiga Langkah Pembangunan: Pilihan Rasional untuk Strategi Pembangunan Kependudukan
          6.3.1 Pemikiran Makro
          6.3.2 Memilih Jalan
          6.3.3 Usulan Kebijakan
     6.4 Tinjauan dan Prospek Kebijakan Kependudukan di Tiongkok Baru
          6.4.1 Penelusuran Sejarah
          6.4.2 Keputusan Kunci
          6.4.3 Pilihan Saat Ini
     Daftar Pustaka
Bab 7 Penelitian Kependudukan dan Pengembangan Subjek Ilmu Kependudukan
     7.1 Arah Penelitian Kependudukan di Negara Maju dan Masalah Kependudukan
          7.1.1 Arah dan Karakteristik Penelitian Kependudukan di Negara Maju
               7.1.1.1 Menjadikan Penelitian Mikroskopis Demografi Sama Penting dengan Penelitian Makroskopis
               7.1.1.2 Lebih Mementingkan Penelitian Terapan daripada Penelitian Dasar
               7.1.1.3 Lebih Mementingkan Penelitian On-the-Spot dan Penelitian Kuantitatif daripada Analisis Teoretis maupun Analisis Kualitatif
          7.1.2 Urbanisasi dan Perpindahan Tenaga Kerja
          7.1.3 Penuaan Penduduk dan Perlambatan Ekonomi
     7.2 Tambahan Biaya-Manfaat Sosial Anak
          7.2.1 Analisis Konkret dan Contoh Tambahan BiayaManfaat Sosial Anak
          7.2.2 Memperkuat Penyesuaian Biaya-Manfaat Tidak Langsung dari Anak
     7.3 Studi Budaya Kependudukan
          7.3.1 Konsep Budaya Kependudukan
          7.3.2 Objek Studi Budaya Kependudukan
               7.3.2.1 Fenomena dan Esensi Budaya yang Dihasilkan dalam Perubahan dan Pembangunan Kependudukan
               7.3.2.2 Status dan Esensi Budaya Kependudukan dalam Perubahan dan Pembangunan Kependudukan
          7.3.3 Makna Studi Budaya Kependudukan
               7.3.3.1 Makna Teoretis Studi Budaya Kependudukan
               7.3.3.2 Makna Praktis Studi Budaya Kependudukan
     7.4 Perkembangan Ilmu Kependudukan di Tiongkok di Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan
          7.4.1 Tiga Lonjakan Pengembangan Ilmu Kependudukan pada Abad ke-20
          7.4.2 Penyesuaian dan Perkembangan Mutakhir
               7.4.2.1 Penyesuaian yang Perlu dan Signifikan
               7.4.2.2 Perkembangan Baru Ilmu Kependudukan sejak Rencana Lima Tahun Kesembilan
          7.4.3 Kecenderungan Perkembangan Ilmu Kependudukan di Masa Depan
     Daftar Pustaka
Indeks